Di zaman sekarang keberadaan pasar tradisional sudah sedikit dilupakan oleh penduduk kota besar yang semakin menyukai kepraktisan dan kebersihan supermarket. Penduduk kota besar semakin malas mendengar kata “pasar” yang identik dengan kondisi becek dimana-mana. Jauh dari kesan becek, pasar tradisional justru menyajikan sesuatu yang tidak mungkin bisa ditemukan di supermarket.
Melihat ekspresi wajah pedagang yang sumringah saat pembeli menghampiri kiosnya, mendengar suara yang memekakkan telinga saat pembeli menawar barang, menghirup aroma amis daging, merasakan senggolan antar pembeli di gang sempit pasar, kaki yang tidak sengaja terciprat air genangan.
Bukankah semua itu terasa lebih manusiawi?
Pasar Bekonang merupakan salah satu pasar tradisional favorit saya. Pasar tradisional yang terletak di kecamatan Mojolaban, kabupaten Sukoharjo ini bisa ditempuh selama 15 menit saja dari kota Solo. Pasar tradisional ini memiliki keunikan dengan adanya tradisi Kliwonan. Pasar yang semula hanya dipenuhi pedagang buah, sayur, daging, bumbu dapur, pakaian dan peralatan rumah tangga terlihat lebih istimewa di saat kalender Jawa jatuh pada hari Kliwon.
Ada lima hari dalam satu pekan kalender Jawa atau sering disebut siklus pasar, yaitu : Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon.
Gang-gang kecil di sisi kanan dan kiri bangunan pasar dipenuhi pedagang yang menjual barang-barang yang lain dari pada hari biasa. Banyak terlihat mbok-mbok menjual jajanan khas desa seperti tiwul, klepon, gendar dan lain-lain. Banyak dijumpai penjual kerajinan dari bambu, topi caping, sangkar burung, peralatan tani seperti cangkul, sabit, pisau pemotong rumput menggelar dagangannya di sini.
Tidak ketinggalan juga puluhan pit onthel kuno yang berjajar rapi menunggu pembeli. Semua itu hanya bisa ditemui saat Kliwon.
Kliwon menjadi hari di mana pasar hewan yang terletak di belakang Pasar Bekonang dibuka. Peternak dari Wonogiri, Karanganyar, Sragen dan Klaten menjual hewan ternak mereka di Pasar Hewan Bekonang. Ratusan unggas dan burung diletakkan di halaman yang tidak terlalu luas persis di belakang Pasar Bekonang, sedangkan ratusan sapi diletakkan di halaman luas paling belakang.
Ratusan sapi diikat di tiang-tiang yang disiapkan khusus untuk mereka. Sinar matahari yang semakin terik di siang hari membuat mereka kepanasan, suara mowww mowww terdengar semakin nyaring. Mereka harus menunggu pemilik baru yang berhasil memenangkan lelang agar bisa segera terlepas dari panas yang menyengat kulit. Setelah lelang usai dan terjadi kesepakatan harga antara peternak dan pemilik yang baru, sapi tersebut dinaikkan ke truk pemilik yang baru. Mungkin mereka akan menerima sesuap rumput segar di padang, atau mungkin mereka langsung disembelih di rumah penjagalan… Hanya pembeli yang tahu. ;-)
Parade sapi yang digiring menuju truk terkadang menjadi tontonan yang sedikit mendebarkan. Ada sapi yang menurut saat tali yang mengikat mereka ditarik oleh majikan barunya, tapi ada pula sapi yang mogok jalan saat ditarik masuk ke dalam truk. Majikan baru yang emosi saat menarik paksa sering dibalas oleh sapi yang nyaris menyepak si majikan dengan kaki montok miliknya.
Sapi juga makhluk hidup… Makhluk hidup yang punya perasaan sama halnya manusia….
Tontonan yang nggak bisa ditemui di supermarket kan, kawan?
Inilah keseruan Kliwonan di Pasar Bekonang….
Yuk ke pasar tradisional! :-)
Belum pernah kalau yang opasar Bekonang ini, tapi kalau pasar sapi yang di singkil boyolali udah pernah :)
Aku malah blum jelajah Boyolali dsk secara mendalam… Tahunya cuma Pengging aja hehe.
Menunggu waktu en cuaca bagus dulu. Yuk jelajah Boyolali bareng mbak :-)
ayoook…tapi bisanya mungkin pas weekend :)
menarik bro.
ketika pasar tradisional sudah mulai tergeser oleh pasar modern ya… :)
Terima kasih kawan…
Yuk budayakan berbecek ria di pasar tradisional :-D
hehehe… iya nih. dah lama gak ke pasar.
kalo di sini ada yang pasarnya masih seminggu sekali…tiap masar pasti banyak anak mudanya..ngecengin cewek tentunya..hehe
Huehehe…itu bukan salah bedain kata “pasar” ama “pacar” kan?
dekat dengan rumah om saya, lebih afdol lagi kalo nulisnya “pasar mbekonang” hahaha
Hehe…Sehari-hari juga selalu sebut “Mbekonang” krn lebih nyaman di lidah.
Krn nggak mau bikin turis nyasar gara2 googling “Mbekonang” jadilah berjudul Bekonang aja hehehe….
klo aku biasanya hunting alat2 makan etnik atau piring antik, buat plating n food presenting di blogku…
Wahh iya ya…nggak kepikir sampai ke sana karena udah terkesima dengan onthel dan pasar hewannya. Next time berburu piring antik juga ah hehe…
numpang nambahin, di boyolali ada candi lawang dan candi sari.. bergerak dikit ke tengaran ada candi tengaran, yg relatif sudah dipugar candi tengaran, di tepi jalan raya solo-semarang :)
Noted! *penting* :-)
candi klero ada di blog saya,cuma 200 meter dr jalan solo-smg
kalo yg candi di boyolali malah belum, masuk ke dalam dan baca di blog lain gang2 masuknya lumayan njelimet …
sejenis pasar tradisional ya mas… wah kudu dilestarikan ini
Betul… Pasar Bekonang termasuk salah satu pasar tradisional di Sukoharjo yang masih menjual barang-barang yang jarang ditemui di kota besar :-)
RINDU SOTO BEKONANG …., Untungnya di Batam ada SOTO KWALI SUKOHARJO MAKMUR
pasar bekonang jualkambing jg?
Ada kambing juga di pasar hewan Bekonang bagian belakang :-)