Tanggal cantik 31.3.13 menjadi momen istimewa program”Blusukan nDalem Pangeran” bareng @blusukansolo. Nggak kebayang bisa mblusuk seru di Dalem ( rumah ) para pangeran Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Senang sekaligus merinding melihat kenyataan bahwa Surakarta atau Solo punya banyak peninggalan bersejarah yang terabaikan oleh pihak berwajib termasuk oleh negara…
Starting point peserta berada di kantor kelurahan Gajahan, sebuah kampung yang terletak di sebelah barat alun-alun kidul. Dahulu kala kampung Gajahan merupakan sebuah tempat untuk menampung gajah-gajah yang digunakan sebagai armada latihan perang para prajurit karaton. Namun seiring dengan perkembangan zaman, gajah-gajah tersebut tidak dipakai lagi. Mereka dipindah ke Satwa Taru Jurug dan kampung Gajahan menjadi pemukiman warga. Dan blusukan dimulai…
Perlu diketahui, Sunan Paku Buwono X ( ke-10 ) adalah sosok penting yang membuat Karaton Surakarta Hadiningrat di puncak kejayaan. Beliaulah yang membangun infrastuktur penting bagi kota Solo di masa kolonial Belanda, seperti Pasar Gede Hardjonagoro, Stasiun Solo Jebres, Stadion Sriwedari, Satwa Taru Jurug, gapura di setiap batas kota, sampai rumah penjagalan hewan. Jangan heran saat berkunjung di kota Solo banyak menemukan ukiran “PB X” di beberapa bangunan kuno.
nDalem Jayakusuman awal mulanya merupakan tempat tinggal GPH Kusumabratan, kemudian ditempati oleh GPH Jayadiningrat dan akhirnya digunakan oleh GPH Jayakusuman. Jayakusuma adalah salah satu putra PB X yang menyelesaikan pendidikan hukum dan mendapat gelar master dari Belanda.
Tempat ini sempat mengalami renovasi besar-besaran setelah pindah pemilik ( pejabat ) yang untungnya masih mempertahankan bentuk aslinya. Sempat menjadi sebuah cafe juga tidak membuat soko guru ( tiang penyangga ) di pendopo rusak ataupun kerusakan fatal di beberapa bagian ndalem.
Namun perpindahan kepemilikan ke ( pejabat ) mantan kepala Bulog Widjanarko Puspojo justru menjadi petaka bagi bangunan bersejarah yang dibangun sejak tahun 1849 ini. Lantai yang sudah diganti marmer, beberapa bungalow yang dibangun di halaman belakang, kolam dengan hiasan patung-patung, semuanya terabaikan… Sekarang status tempat ini menjadi rumah sitaan negara!
nDalem Kusumabratan yang terletak tidak jauh dari nDalem Jayakusuman memiliki nasib lebih menggenaskan lagi. Kediaman anak PB X bernama KGHP Kusumabrata hanyalah tinggal puing-puing saja. Dahulu kala tempat ini sering dikunjungi oleh PB X untuk sekedar melihat latihan perang para prajurit di alun-alun kidul atau mengunjungi anak kesayangannya. Tak heran bila nDalem Kusumabratan memiliki balkon khusus yang mengarah ke alun-alun. Tempat ini juga memiliki musholla yang digunakan untuk menunaikan sholat bagi PB X yang agamis. Tempat ini memang tidak berpindah tangan ke orang lain, tetapi tempat ini lebih tepat dikatakan sengaja tidak dipelihara dan dihancurkan.
Dalem ini sudah tidak lagi terlihat kemegahannya, hanya terlihat lantai tanpa atap, kubangan air hujan di musim penghujan, lumut yang sudah setia menempel puluhan tahun di tiap retakan tembok, semak belukar di sela-sela bangunan, dan bunga sesaji layu yang diletakkan di tiap sudut rumah. Bangunan yang tidak dihuni sekian lama pasti mengundang hawa mistis yang identik dengan kesan horror. Terasa hawa dingin dan angker di beberapa ruangan dan lensa kamera juga kadang mogok untuk focus ke suatu objek. Bahkan ada satu ruangan yang pernah digunakan untuk uji nyali salah satu acara misteri! Alangkah baiknya bila bangunan ini dijadikan objek wisata sejarah yang mumpuni, bukan hanya sekedar bangunan kosong yang identik dengan penampakan roh halus…
Perjalanan tidak hanya menelusuri dalem pangeran saja, para peserta juga diajak melihat gerbong Kereta Jenazah PB X yang terletak di alun-alun kidul ( alun-alun utara ). Gerbong buatan Belanda “Werk Spoor Amsterdam 19343″ yang dibuat pada tahun 1914 ini digunakan untuk mengangkut jenazah Paku Buwono X ke Imogiri, Jogjakarta. Persis di depan kereta terdapat gundukan batu yang diletakkan tidak rapi, hanya dilingkari oleh pagar bambu seadanya. Makam? Ya itu sebuah makam sebuah kerbau yang disakralkan bernama Kebo Kyai Slamet. Nenek moyang kebo bule ini adalah binatang kesayangan Paku Buwono II sejak masih bertahta di Kraton Kartasura. Kerbau tersebut merupakan hadiah dari Bupati Ponorogo yang diberikan untuk Paku Buwono II beserta pusaka Kyai Slamet, maka dari itu disebut Kebo Kyai Slamet.
Ada Dalem yang hancur ada pula yang masih dirawat dengan baik, salah satunya nDalem Kayonan. Dahulu bernama nDalem Cakradiningratan yang dihuni oleh pepatih dalem bernama Cakradiningrat. Konon beliau wafat pada peristiwa Gerakan Anti Swapraja yang dipimpin oleh Tan Malaka. Sekarang bangunan ini dimiliki oleh salah satu putri dari Paku Buwono XII, Gusti Ayu. Nama Kayonan diambil dari nama Ayu yang ditambahi awalan ka- dan akhiran -an untuk menyatakan kata “tempat”. Rumah ini tidak dihuni oleh pemiliknya karena yang bersangkutan sudah berdomisili di Jakarta. Tempat ini masih dirawat dengan baik oleh penjaganya, taman di halaman depan juga terlihat asri. Di pendopo nDalem Kayonan pengunjung bisa melihat foto ayah ibu dari Gusti Ayu serta foto-foto beliau dari masa ke masa, termasuk gambar saat beliau membawakan tarian Jawa di luar negeri.
Tujuan berikutnya adalah nDalem Kotawaringin yang terletak berseberangan dengan nDalem Kayonan. Rumah yang dibangun sekitar tahun 1862 ini pada awalnya dihuni oleh Nyai Tumenggung Saka, seorang abdi dalem yang bertugas menyiapkan sesaji berupa wewangian, kemudian berpindah pemilik menjadi tempat tinggal Cornel Smith, warga kebangsaan asing yang bertugas menyiapkan susu sapi perah untuk raja pada masa PB X.
Akhirnya sejak tahun 1950 rumah ini ditempati oleh keluarga Sultan Kotawaringin XIV dikarenakan oleh permaisurinya ( BRA Subandinah ) masih merupakan cucu dari Paku Buwono IX ( ke-9 ). Meski beberapa bagian bangunan yang memiliki atap berbentuk limas ini sudah tidak lagi terlihat keasliannya, keturunan Sultan Kotawaringin bernama Raden Alidin Sukma Alamsyah masih tinggal di sini.
Persis di belakang nDalem Kotawaringin terdapat kampung yang merupakan tempat tinggal para prajurit Wireng. Mereka adalah prajurit yang mempunyai tugas untuk menjaga keamanan selama proses grebeg yang diadakan oleh keraton setiap tiga kali setahun. Mereka juga memiliki keahlian menari, maka tak heran jika terlihat sanggar tari di Kampung Wirengan. Tempat tinggal prajurit yang letaknya berdekatan dengan pusat pemerintahan mempunyai maksud supaya prajurit siap sedia bertugas apabila keraton mendapat serangan mendadak dari musuh.
Saat beberapa peserta menunaikan sholat di masjid kampung Wirengan, saya dan beberapa peserta yang menunggu di luar masjid mendapat kejutan kecil. Warga kampung Wirengan yang ramah tiba-tiba menyodorkan buah mirip anggur hasil panen dari halaman depan mereka. Mereka menyebut buah itu dengan sebutan jambu bol. Nama buah yang asing di telinga, dan saya pun baru pertama kali mendengar dan mencicipinya. Jambu bol memiliki warna ungu seperti anggur, rasa sedikit masam namun segar dengan tekstur buah mirip jambu yang membuat lidah langsung berwarna ungu. Seru kan? :-)
Selesai mencicipi buah unik di Wirengan, kami lanjut berjalan menuju nDalem Purwohamijayan. Bangunan ini dahulu bernama nDalem Brotoningratan yang merupakan kediaman KPH Brotoningrat, menantu PB X yang saat itu bertugas sebagai bendahara negara. Seiring dengan waktu, bangunan ini berpindah tangan ke Jend. Sudjono Hoemardani. Pejabat tersebut merupakan ayah mertua dari GRAy Kris, salah satu putri Paku Buwono XII ( ke-12 ). Bangunan ini berganti nama sesuai dengan gelar menantu raja yang diterima oleh RM Djoko Maruto, yaitu Purwohamijayan.
Bangunan ini masih terlihat kokoh, pintu dan kaca mozaik kuno masih terlihat terawat. Di setiap sudut ruangan masih terlihat bunga sesaji yang lumayan segar. Penempatan sesaji di setiap ruangan adalah hal lumrah bagi bangunan kuno di kota yang masih percaya dengan kejawen keraton. Detik ini nDalem Purwohamijayan disewakan sebagai gedung pertemuan dan acara pernikahan.
Perlu diketahui, sosok Paku Buwono XII ( ke-12 ) adalah Sunan yang tidak pernah mengangkat salah satu istrinya menjadi permaisuri. Padahal menurut tradisi kerajaan, penerus tahta adalah anak laki-laki dari permaisuri atau anak laki-laki paling tua. Semua istri yang dianggap sederajat inilah yang membuat anak-anak mereka berebut tahta sehingga menimbulkan bentrokan selama bertahun-tahun di keluarga kerajaan. Beberapa waktu lalu masih terdengar berita tentang ketidakakuran calon dan mantan Paku Buwono XIII ( ke-13 ). Bagi yang pernah bermimpi mendapat jodoh berdarah biru mungkin bisa memikirkan resiko ini terlebih dulu. :-D
Rute selanjutnya adalah SMK Kasatriyan, sebuah sekolah kejuruan yang pada awal mulanya merupakan sekolah khusus putri-putri raja dan kerabat raja. Sosok Gusti Pembayun tidak lepas dari peran pendirian sekolah berarsitektur indis ini. Siapakah Gusti Pembayun? Gusti Pembayun adalah putri dari PB X dengan Ratu Hemas ( anak Sultan HB VII ). Menurut mitos, tidak akan pernah lahir seorang putra mahkota dari pernikahan Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta dan terbuktilah mitos tersebut dengan lahirnya Gusti Pembayun. PB X mencurahkan kasih sayangnya terhadap Gusti Pembayun melalui pendirian sekolah Pamardi Putri pada tahun 1927.
Sekolah ini memiliki cekungan di depan gerbang sekolah yang berfungsi sebagai tempat parkir kereta kuda yang bertugas mengantar jemput si putri. Selain bangunan yang megah, di ruang guru terdapat sebuah lukisan gadis kecil berwajah ayu yang duduk tenang tanpa terlihat sedikit senyum di wajahnya. Itulah sosok Gusti Pembayun. Lukisan ini dibingkai kayu dari hutan Donoloyo, Wonogiri. Hutan Donoloyo terkenal dengan keangkerannya, namun kayu yang dihasilkan dari hutan merupakan kayu berkualitas sangat bagus. Terbukti dengan bingkai lukisan Gusti Pembayun yang masih terlihat bagus sampai sekarang.
Ada yang aneh di lukisan itu. Mata di lukisan seolah mengikuti gerakan orang yang melihatnya dari berbagai sudut. Melihat dari samping kanan, mata putri ikut melirik ke kanan, pindah ke samping kiri, putri masih melihat tajam ke kiri juga! Bahkan menurut kesaksian salah satu guru, hampir tidak pernah ada guru yang berani bertahan di ruang tersebut menjelang petang. Entah lukisannya yang memiliki efek tiga dimensi atau aura mistis kayu Donoloyo yang masih tertinggal. Who know…
Ada bangunan yang dirawat, ada yang ditelantarkan, ada pula yang dirawat setengah hati. Itu yang saya rasakan saat melihat nDalem Mangkubumen. Bekas tempat tinggal Pangeran Mangkubumi, putra Paku Buwono XI ( ke-11 ) ini tidak memiliki atap yang semestinya, bangunan ini sudah beratapkan seng. Tiap ruangan ditata mengikuti fungsi yang ada tanpa terikat oleh aturan baku pembangunan rumah keraton. Penataan yang sedikit modern ini bisa dilihat di salah satu kamar mandi yang pintunya dibuat menyerupai pintu almari, sehingga banyak orang tertipu saat membukanya. Ada juga kamar mandi yang agak horror dimana tempat tersebut selalu terdengar air mengucur meski setelah dipastikan tidak pernah ada air setetespun di dalam bak mandi.
Bangunan yang kurang terawat ini tidak lagi dihuni oleh keturunan Pangeran Mangkubumi. Yah mungkin mereka memiliki rumah yang lebih layak di luar keraton sehingga bangunan sejarah ini tidak mendapat perhatian dan dana yang layak untuk merawatnya.
Hanya bisa berandai… Andai semua bangunan nDalem Pangeran dirawat dengan benar, mungkin kompleks Kasunanan bisa terlihat lebih indah untuk dikunjungi para wisatawan. Bila melihat keindahan bangunan bersejarah, pengunjung akan sedikit lupa tentang carut-marut perebutan tahta antar pangeran, lupa akan gelar bayaran yang diberikan untuk setiap bintang film yang lagi naik daun.
Hanya bisa berandai…
Perjalanan selama blusukan ini membuka mata lebar-lebar bahwa kota Surakarta itu betul-betul contoh sebuah kerajaan yang hancur perlahan. Bekas kediaman anak-anak Sunan PB X menjadi saksi bisu kehancuran tersebut.
Ayo kenali kotamu sendiri terlebih dahulu, kawan…
Lestarikan dan jaga sebelum semuanya terlambat untuk diatasi…
Note: ( Beberapa informasi penting disadur dari @blusukansolo )
keren! much info.. seolah2 saya ikut serta.. :)
Makasih, bro…
Semoga gampang dipahami juga cerita singkat ttg sejarah keratonnya hehe…
wowwwww pake banget .. kalo mau masuk ke rumah2 ini ijinnya ribet nggak?
Yang ada embel-embel status sitaan negara agak susah, tapi yang masih terawat seperti Kayonan dan Puwohamijayan boleh masuk asalkan minta izin dulu ke penjaganya :-D
Kapan2 ikut dong kalau blusukan lagi *kalau gak pas kerja…heheheh. Halim bagi nomer hp atau pin dong ke emailku ya . Tengkyuuu
Dulu mau woro-woro tapi bingung mo contact ke mana…hehe…
Sipp…ini aku email yah, kalo punya whatsapp alangkah lebih baik :-)
keren … suka banget liat rumah dalem kayonan :)
nDalem yg lain sebenarnya lebih bagus lagi kalau masih utuh dan dirawat dengan baik. :-)
Aku suka rumah-rumah lama di Jawa Tengah!
Tegelnya itu loh…ciamik!
Sayang ya rumah nDalem itu banyak status disita, padahal bsia dijadikan tempat wisata sejarah semacam Heritage Trail gitu.
Suka artikel ini! :)
Tegel antiknya jg bikin aku terpesona hehe…
Kadang keserakahan manusia akan uang membuat mereka lupa akan heritages dan menjualnya ke org kaya/pejabat. Semoga aja bisa ditindaklanjuti segera…
Artikel yang bagus banget! Lengkap infonya :)
Aku suka mengunjungi bangunan2 tua atau reruntuhan, sambil membayangkan dulunya seperti apa keadaan disana.
Ayo ke Solo, Deb…
Ntar tak anter mblusuk ke bangunan kuno…hehe…
kereennn, coba kerjanya di kampung halaman, tak niatin ke solo buat ikutan blusukan
hahahhaa
Blusukannya diadain tiap sebulan sekali rute beda-beda. Munkin pas mudik bisa ikutan hehe…
wow..! lucky you mas ;)
gilaaaa keren banget! sampe waktu baca ini ngerasa terbawa atmosfer nya jalan-jalan kesana!
Makasih kawan atas pujiannya :-D
wahh join dong mas kapan2 kalo mau explore yg kuno-kuno lg do Solo…
Aku udah lama jatuh cinta sama kota itu….
whatsapp infonya yaa 085659057315…
mtrnuwun,,,
Makasih udah mampir di blog ini kawan :-)
Untuk info tentang program mblusuk yang akan berlangsung mungkin bisa gabung di FanPage FB Blusukan Solo >> https://www.facebook.com/blusukansoloindonesia
Saya juga akan bantu kabar-kabari via whatsapp kalo ada kegiatan bareng Blusukan Solo :-)
bangunan tempay raja mana, dan kamar tidurnya mewah nggak ya. Di alon alon kidol ada bangunan nggak terwat, kelihatan tingkat…….depan kereta jenasah…..milik siapa itu..sudah bobrok tapi masih kelihatan bagus.
Bangunan yang sudah hancur tingkat dua dekat alun-alun kidul itu dulunya merupakan kediaman Pangeran Kusumabratan, ada di artikel ini.
Kalau bangunan tempat raja ada di dalam keraton Kasunanan, dan saya belum pernah masuk ke dalamnya, kawan :-)
Suka banget sama artikel ini, lim. Lengkap banget seperti biasanya. Kayak buka buku sejarah Solo deh hehe.. Sayang banget liat peninggalan bangunan-bangunan itu. Seandainya (hanya bisa berandai juga), solo bisa seperti Eropa dengan bangunan-bangunan keratonnya yg keren.. Berarti harus main lagi ke solo nih ya.
Ditunggu kedatanganmu lagi Bob :-D
blusukan ke cagar budaya era pra Mataram dong….. (candi2)
Mas halim…aq wong solo, tapi malah ngga pernah blusukan seperti itu…bisa bagi no hape, Mas…dan kapan bisa antar blusukan di kotaku sendiri…hiks…???
Bisa email ke untuk info lebih lengkap. Atau update acara @blusukansolo jika ingin mengikuti acara serupa :-)
selamat..gaya bertutur yang baik,saya sangat menikmati artikel ini..
sangat disayangkan memang tentang Ndalem yang tidak terurus atau dalam sitaan negara-kalau sudah begitu,bukan pasukan pangeran yang akan menyambut tapi tim kejaksaan agung atau malah pasukan KPK :p
salam kenal!!
nDalem-nDalem pangeran di Solo memang butuh perhatian khusus setelah dilepas oleh ahli warisnya. Hanya bisa berharap semoga pemilik yang baru tidak jadi tersangka KPK seperti yang sudah terjadi saja hehehe. Salam kenal Eky :-D
makasih mbk bro this infonya,tp mhon mbk bro buat akun sosmed soalnya sya pengguna sosmed seperti facebook,saya sekarang skolah di man 2 ska jurusan ips,saya pecinta sejarah,termasuk sjarah solo,klau bsa posting di sosmed ya mbk matur suwun