Grebeg Sudiro merupakan bentuk akulturasi dari budaya Tionghoa dengan Jawa yang sudah diselenggarakan oleh kota Surakarta atau Solo sejak tahun 2007 silam. Acara ini diadakan sebagai wujud dari perkembangan tradisi Tionghoa “Buk Teko” yang sudah ada di jaman Sultan Paku Buwono ke-X dan sempat hilang di era orde baru #kode.
Semenjak pemerintahan almarhum mantan Presiden Gus Dur, tradisi Tionghoa terasa longgar kanan-kiri, sedikit bernafas lega dan perayaan tradisi budaya Tionghoa berani dikeluarkan dari gudang setelah sekian lama sembunyi dari tanah air. Tidak lagi takut mengeluarkan Barongsai di jalan raya, tidak lagi takut memakai baju cheong sam warna merah di hari raya Imlek, tidak usah lagi sembunyi-sembunyi belajar ilmu beladiri whusu. Berkat jasa beliau pula perayaan tahun baru Imlek dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional. Hurayy…
Sudiro diambil dari nama kelurahan Sudiroprajan dimana kawasan tersebut banyak dihuni oleh penduduk Tionghoa sebagai asal mula grebeg ini dibuat. Tidak berbeda dengan tradisi grebeg lain yang ada di Indonesia, Grebeg Sudiro juga mempunyai beberapa gunungan yang dikirab dengan maksud sebagai wujud persembahan terhadap dewa bumi. Gunungan-gunungan berupa kue keranjang, bakpia Balong, onde-onde, bolang-baling, gembukan, bakpao, keleman ( semacam arem-arem ), serta sayur mayur dan buah-buahan diarak mulai dari klentheng Tien Kok Sie yang terletak di sebelah Pasar Gede Hardjonagoro melewati Jalan Jendral Sudirman, RE Martadinata ( Ketandan ) sampai kembali lagi ke Pasar Gede melalui Jalan Urip Sumoharjo.
Peserta kirab tidak hanya diikuti oleh masyarakat kelurahan Sudiroprajan saja melainkan juga diikuti oleh beberapa kelurahan lain di sekitar Sudiroprajan. Dari tahun ke tahun peserta perayaan ini kian bertambah. Tahun 2010 lalu saya hanya melihat sekitar 20-an kelompok saja yang ikut serta, tahun ini bertambah menjadi 54 kelompok dengan 10 kelompok berasal dari luar Solo.
Kirab diawali dengan berjalannya barisan prajurit kraton Kasunanan diikuti barisan lain seperti kelompok musik “Manunggal Roso” yang berhasil menghibur penonton dengan kebolehan mereka bermain alat musik yang semuanya terbuat dari bambu, kemudian paguyuban klentheng Tien Kok Sie yang pesertanya memakai kostum Biksu Tong, Sun Go Kong serta Pat Kay dan Sam Cheng ( tokoh ‘Journey to The West’ ), dewa-dewi asal Tiongkok, ada juga anak-anak memakai kostum lucu menggambarkan dua belas shio yang ada di Lunar Calender. Topeng Ireng dari kota Magelang, Reog dari Ponorogo serta peserta dari berbagai paguyuban di kota Solo juga ikut meramaikan grebeg yang diselenggarakan hari minggu lalu ( 03 February 2013 ). Puncak dari acara ini adalah atraksi Liong dan Barongsai yang dibawakan secara apik oleh para pemain di sepanjang jalan Urip Sumoharjo.
Dengan adanya perayaan semacam ini seluruh kalangan masyarakat bisa lebih mengenal seni beladiri wushu, tarian Liong yang terkenal, wujud Barongsai yang terkadang membuat takut anak kecil, Reog Ponorogo dan berbagai seni pertunjukan dari berbagai daerah di tanah air. Grebeg Sudiro diadakan setiap satu tahun sekali tepatnya seminggu menjelang tahun baru Imlek.
Jadi jangan lewatkan Grebeg Sudiro tahun depan di kota Solo, kawan… *wink
Blog at WordPress.com. The Suburbia Theme.
wah, baru tahu saya ada grebeg ini. solo skg emang menarik dg banyaknya festival. thanks infonya
Rata-rata sebulan sekali kota Solo punya cultural event yang unik dan lain dari kota sebelah :-)
Perpaduan yg unik, solo emang unik..
Hehe…Betul..Solo memang unik :-D
Akulturasi yang sungguh indah
Yuk singgah ke Solo tahun depan saat Grebeg Sudiro :-)
Aaakkk.. Dia dateng ke Gerebeg Sudirooo.. Penginnn..
Hehe…dia memang populer :-)
Yuk nonton Grebeg Sudiro tahun depan #senyum
Hiks belum pernah liat Grebeg Sudiro…soalnya pasti pas jam kerja…nasiiib…:(
Grebeg Sudiro pas hari Minggu…
Minggu juga kerja kah?
Iya mas…biasanya libur Sabtu :)
Hehe…kebalikan ama orang kantoran ya :-D
Baru tahu ada acara Grebeg Sudiro ini, kalah ama Solo Batik Carnival. Bagus banget rasanya ada karnaval budaya asimilasi Jawa dengan Tionghoa begini. Pengennya di Medan ada yang begini mengingat penduduk Hokkian di sini hampir 20% (500ribuan) dari Penduduk Medan.
Yuk Visit Solo buat ikutin Cultural event yang akan datang :-D
Pingback: Solo Imlek Festival | indonesianheritagetrail
Wuihhh baru tau Oom ada ginian … Jadi penasaran liatnya :-)
Tanggal 26 Januari 2014 di Solo.. Yuk mari… ;-)
Rame ya tahun ini. Meriah banget. Jadi, apa koreksi untuk event kali ini selain acaranya yang molor beberapa jam? hehehe *ngumpet*
Koreksi buat tahun ini, peserta kirab cewek harusnya ditambah lagi biar lenggak-lenggok mereka menyeimbangkan para berondong akmil #halah :-D :-D