Tahun 2008 lalu saya diundang teman kantor saya yang lagi cuti melahirkan ke tempat asalnya di suatu tempat nun jauh di daerah Ciamis. Karena merasa sayang cuti kantor hanya dimanfaatkan ke satu tempat saja, lalu mulailah saya browsing objek lain di sekitar Ciamis, dan jatuhlah pilihan ke Pangandaran.
Setelah ijin cuti di approve, berangkatlah saya dengan modal secarik kertas peta wisata Pangandaran hasil googling dan sms dari teman saya yang berbunyi seperti ini:
“Desa Sukapulang, Panjalu,Ciamis, naik mobil jurusan Sindang kasih, naik angkot 13-turun di SMA pamokolan, naik jurusan Panjalu-turun di THR Sukakerta.“
Sekilas baca sms ini kok membingungkan atau saya yang belum pinter baca sms ya, tapi masa bodohlah…yang penting sampai dulu di Pangandaran, barulah dipikir belakangan untuk pergi ke Ciamis nya.
Cerita dimulai dari kecerobohan saya lupa menanyakan ke Google di kota mana saya harus turun dari bus kalau mau ke Pangandaran.
“Pak, kalau mau ke Pangandaran saya harus turun dimana ya?” tanya saya ke kernet bus
“Oh,turun aja di terminal Ciamis, nanti ambil bus langsung ke Pangandaran, tapi…”
“Tapi kenapa, pak?”
“Bus ke Pangandaran kalo subuh begini belum ada, dik… Nunggu aja dulu di terminal sampai jam 5.”
Ternyata jam 01.10 subuh, bus sudah tiba di kota Ciamis, brarti harus mnunggu 4jam di terminal? Yang benar aja? Karena saya bukan tipe orang yang sabar menunggu, jadi nekadlah saya naik ojek ke kota Banjar yang kata pak ojek di terminal kota Banjar masih ada bus arah Pangandaran. Di tengah kabut, tanpa helm di kepala, hanya memakai jaket tipis, lengkap sudah membuat saya menggigil sepanjang jalan. Empat puluh lima menit kemudian sampailah di terminal kota Banjar yang ternyata kondisinya sama seperti di Ciamis, tidak ada bus yang beroperasi sepagi itu. Akhirnya menyerahlah saya. Saya putuskan menunggu di terminal sepi ini sampai pukul 5pagi.
Bus arah Pangandaran mulai berdatangan mulai pukul setengah enam dari terminal ini. Dan perjalanan yang ditempuh dari Banjar kurang lebih 3jam menuju kota Pangandaran.
Setelah sampai di terminal Pangandaran saya berjalan kaki menuju kawasan pesisir pantai untuk mencari tempat menginap murah. Tidak begitu jauh jarak antara terminal dan pesisir pantai, hanya 1km jalan kaki. Pangandaran menjadi destinasi favorit bagi warga ibukota, jadi hotel-hotel di pesisir pantai relatif mahal, harga dimulai dari 300ribu sampai jutaan untuk yang model resort. Bila ingin hemat ala backpacker bisa mencari model guesthouse/homestay seperti pilihan saya MINI TIGA home stay yang hanya seharga 60ribu permalam untuk single person. Kesan tempat ini bersih, bergaya rumah pantai, pemiliknya ramah, ditambah breakfast yang enak. Tidak salah bila tempat ini menjadi salah satu rekomendasi budget hotel dari buku Lonely Planet (edisi Indonesia).
Info bahwa menuju Green Canyon transportasinya agak susah dan hasil browsing tidak lengkap membuat saya mengambil one day tur yang dipesan lewat home stay, dengan harga 150ribu per orang. Peserta tur ini terdiri dari saya, dan 4orang bule asal negara Swiss.
Tepat pukul 8pagi, kami diantar menuju Dermaga Ciseureuh untuk naik perahu boat yang akan membawa kita menyusuri Sungai Cijulang. Sebenarnya dari dermaga ini tanpa ikut tur pun bisa menyewa perahu langsung, dengan harga 75ribu perorang(maksimal 8orang satu perahu)yang tiketnya dapat di beli di loket pintu masuk Green Canyon ini. Tapi kalau pergi sendirian seperti saya berarti harus menunggu barengan untuk berangkat atau rent satu perahu yang tentunya harga jadi lebih mahal.
Kenapa disebut Green Canyon? Ternyata sebutan itu karena warna air sungai disini yang berwarna hijau tosca di waktu musim kemarau. Tapi jangan harap di musim penghujan berwarna sama. Waktu saya disana, air berwarna agak kecoklatan karena semalam sebelumnya hujan deras sekali.
Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan tebing-tebing dengan patahan bebatuan yang terbentuk alami, air terjun kecil, dan tentu saja biawak! Wow… Hewan satu ini sangat banyak hidup di sungai ini. Setelah beberapa saat, kami berhenti di hilir sungai yang terdapat tebing tinggi seperti goa. View pemandangan goa ini sering dijadikan simbol Green Canyon, karena di gua ini terdapat air terjun “hujan abadi” yang katanya bisa bikin awet muda. Siapa mau coba? :)
to be continued………
Blog at WordPress.com. The Suburbia Theme.
I’d have to go along with with you one this subject. Which is not something I usually do! I enjoy reading a post that will make people think. Also, thanks for allowing me to speak my mind!