Dari kota Bandung menuju Tangkuban Perahu tidaklah susah. Meski bukan asli orang Bandung, saya pernah mencoba naik transportasi umum dengan dua teman dengan modal tanya sana-sini ke supir angkot atau sesama penumpang. Jangan takut tersesat, setahu saya sih orang Bandung ramah-ramah jadi mereka dengan senang hati kasih tahu arah ke kita kok.
Perjalanan kurang lebih 1,5 jam untuk sampai di Tangkuban Perahu. Supaya tidak bosan diperjalanan, setelah angkot masuk di daerah Lembang, kami sempat berhenti sebentar di sebuah warung untuk mencicipi susu khas Lembang. Rasa hampir sama seperti susu di kota tempat, hanya suasana adem Lembang yang bikin beda, serasa minum susu di awang-awang. Setelah kenyang minum susu, niat kami sih lanjut perjalanan ke Tangkuban Perahu, tapi….tiba-tiba perut saya tidak mau diajak kerjasama. Celaka tiga belas. Merasa harus mencari ‘sesuatu’, kami berjalan cepat menuju sebuah gereja yang letaknya tidak terlalu jauh dari warung susu tadi. Sampai di gereja, bukannya masuk buat berdoa tapi saya langsung lari terbirit-birit mencari yang namanya TOILET,hehe.
Legaa… Nama gereja yang saya singgahi ini bernama Gereja Lembah Karmel yang semoga amal ibadah saya diterima #senyumlebarmalu.
Dari Gereja Karmel tadi, kami lanjut naik angkutan umum jurusan Subang yang akan turun persis di depan jalan masuk kawasan Gunung Tangkuban Perahu. Tidak ada transportasi umum lagi di jalan ini, jadi kami terpaksa menyewa mobil seharga 50.000 sekali jalan.
Awalnya merasa sayang membayar ongkos sewa mobil semahal itu, toh jaraknya kan cuma kurang lebih 4km aja dari jalan besar tadi. Tapi setelah melihat medan jalan yang lumayan mengerikan dengan jalan yang tidak rata karena banyak batu-batu besar di tepi jalan dan melihat beratnya usaha orang yang nekad jalan kaki, kami merasa rela.
Pak supir menurunkan kami di area parkir mobil wisata, dari situ berjalan sebentar sudah ketemu loket masuk wisata. Tiket waktu itu seharga 3000 perak. Selain petunjuk arah Kawah Tangkuban Perahu, ternyata masih ada kawah lain di kawasan ini, yaitu Kawah Domas, dan Kawah Upas yang semuanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Kawah terbesar di Gunung Tangkuban Perahu disebut Kawah Ratu yang kawah nya masih sering menyemburkan asap belerang dan termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh badan Vulkanologi.
Beberapa saat menikmati pemandangan kawah ratu, tiba-tiba langit menampakkan sesuatu yang indah di antara awan.
Pelangi! Pelangi di tengah panasnya matahari dan yang membuat kami geleng-geleng saking takjubnya adalah bentuknya yang seperti senyuman menawan. Meski di awal perjalanan sempat mengalami ‘sesuatu’, tapi ‘sesuatu’ yang ini benar-benar luar biasa…….
Smile from Heaven….
Selain Kawah Ratu tadi, kami mencoba explore kawah yang lain yaitu Kawah Domas yang kata orang setempat kawahnya bisa buat merebus telur. Berbekal telur mentah yang dibeli di sepanjang jalan turun menuju kawah Domas, saya masih semangat mendaki turun. Tapi tiba-tiba gerimis, dan selanjutnya hujan deras sebelum sampai di sana. Akhirnya berhenti di sebuah warung yang ternyata tepat dibawah warung itu sebenarnya sudah terlihat kepulan asap dari kawahnya. Gelo bercampur senang karena menemukan spot bagus buat makan indomie goreng. Kapan lagi coba bisa makan indomie di tengah hujan deras dalam kondisi badan basah kuyup,hehe.
Hujan belum reda-reda akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari Tangkuban Perahu karena sudah sore, takut kehabisan angkot buat pulang ke Bandung. Info dari si ibu penjaga warung kami disuruh jalan lurus lewat belakang warung itu, tapi kok ketemunya hutan belantara. Yang bikin tambah parno, anjingnya pemilik warung dari tadi menggonggong terus, pakai mau ngejar kita lagi. Nekad jalan ke hutan belantara makin bikin horror…ketemu seorang anak kecil kami coba tanya arah, tiba-tiba muncul anjing yang entah dari mana mulai membuntuti kita. Satu…dua..sampai 4 anjing. Capek campur takut. Merasa info dari anak kecil tadi salah, ketemu seorang bapak kami tanyain lagi arah yang betul. Ternyata dari awal sudah betul arahnya, cuma karena jalanan longsor, jadi kita dikasih arah putar sama si anak kecil tadi. Anjing yang tadi membututi kita juga udah menghilang dari pandangan. Hiuh…Akhirnya ketemulah jalan besar untuk keluar dari kawasan gunung ini. Dari Kawah Domas menuju jalan keluar tidaklah jauh, karena tanpa sadar kami sudah turun gunung melewati jalan mendaki turun ke Kawah Domas ditambah menyusuri hutan belantara tadi.
Entah karena suasana mistis Gunung Tangkuban Perahu atau akibat saya salah setor di tempat yang bukan seharusnya… Yang jelas ini menjadi pengalaman tak terlupakan di Bandung.
Blog at WordPress.com. The Suburbia Theme.
Bosan jadi pegawai
Ini Nich…sesuatu bangeeeeeeeet..
Good Luck
Makasih… :)
Emang Bandung tuh sesuatu banget!! Jadi kangen bdg euy hihi.