Jejak BOcahiLANG

Life is like the surf, so give yourself away like the sea

Pesona Kebun Kubis Gunung Tanggamus

Pagi itu bus milik Dinas Perhubungan menurunkan para peserta yang tergabung dalam Tour D’Semaka di Desa Sidokaton, kecamatan Gisting. Titik awal dimana kami akan memulai pendakian menuju puncak Gunung Tanggamus. Gunung dengan ketinggian sekitar 2.100 m/dpl yang menjadi cikal penamaan Kabupaten Tanggamus tersebut merupakan gunung tertinggi kedua Provinsi Lampung setelah Gunung Pesagi yang terletak di Lampung Barat.

Terdengar tidak terlalu tinggi, tapi bagi saya dan beberapa kawan yang tidak terbiasa mendaki gunung, kegiatan ini sungguh menguras tenaga. Meremehkan ketinggian gunung membuat sebagian besar peserta tidak membawa persediaan air mineral yang cukup. Entah rasa malas membawa air mineral yang tidak dikemas dalam bentuk botol atau merasa sombong bisa dengan mudah menaklukkan Gunung Tanggamus.

Untungnya alam masih berbaik hati membagikan hasil buminya. Di sepanjang perjalanan kami menemukan buah-buahan yang bisa dipetik dan disantap secara gratis, seperti pepaya, pisang dan jambu. Ehmm untungnya lagi nggak ada petani yang memergoki dan menuduh kami pencuri hehehe.

good morning Tanggamus

good morning Tanggamus

sambutan kebun kubis di awal perjalanan

sambutan kebun kubis di awal perjalanan

Jalan setapak yang semula mendatar dengan pemandangan hamparan kebun kubis, tomat, lombok dan sayuran yang lain mulai terlihat menanjak di seperempat perjalanan. Setelah berkali-kali menghentikan langkah untuk mengatur nafas yang tersenggal-senggal, melewati tanjakan 45 derajat yang cukup terjal akhirnya satu-persatu peserta tiba di base camp Sonokeling. Langit tidak terlalu cerah membuat pemandangan dari base camp Sonokeling terasa kurang cetar. Saya hanya bisa berpuas diri memandang puncak Gunung Tanggamus dari kejauhan sembari mencari angin segar untuk mengeringkan kaos basah akibat pendakian dua jam ini.

bukan sumber air untuk awet muda...

bukan sumber air untuk awet muda…

Melihat kondisi peserta yang lemas membuat panitia memutuskan titik akhir pendakian hanya sampai base camp Sonokeling saja. Muncul tawaran melihat sebuah sumber mata air yang terletak tak jauh dari basecamp. Nggak jauh kok, bujuk salah satu panitia. Tanjakan dan turunan kembali dilewati dan setibanya di sumber mata air yang dimaksud ternyata air di kolam tidak terlalu jernih akibat longsoran tanah dari hujan semalam. Hanya mendapati sebuah kolam kecil dengan lubang kecil yang mengucurkan air setetes demi setetes. Butuh waktu yang cukup lama untuk menadah segelas penuh air pelepas dahaga. Baiklah… pasrah menahan rasa haus…

turunan terjal

turunan terjal

Menuruni gunung terasa lebih melelahkan dibanding saat menaikinya. Kaki harus menahan berat badan dan menahan laju agar tidak berjalan terlalu cepat yang bisa mengakibatkan terpeleset apalagi amit-amit salah jalur sampai terperosok di jurang. Rasa lelah dan lapar membuat saya sempat berhalusinasi ikan goreng yang tersaji dengan sepiring nasi hangat… Slurpp… Setiap melihat buah jambu yang menjuntai di pohon hanya bisa menelan air liur tanpa ada usaha untuk memetiknya, apa daya tenaga sudah hampir habis.

sepeda motor tanpa rantai

sepeda motor tanpa rantai

Tiba-tiba terdengar deru sepeda motor yang membuyarkan lamunan. Rupanya itu adalah sepeda motor tanpa rantai milik petani yang selesai menenggok hasil panen dan membawa pulang kayu bakar. Tapi ada yang istimewa siang itu, sekelibat terlihat seorang ibu dengan wajah pucat membonceng salah satu pengendara sepeda motor, dan orang itu adalah tante Evi! Beliau adalah salah satu peserta yang menyerah di tengah perjalanan saat menuju base camp Sonokeling dan terpaksa uji adrenalin menaiki sepeda motor tanpa rantai yang melaju kencang menuruni lereng gunung! Keberanian yang ruarrr biasa :-)

suasana makan siang di tengah kebun kubis

suasana makan siang di tengah kebun kubis

Setengah jam kemudian saya tiba di tengah hamparan kebun kubis dimana menu makan siang sudah dihidangkan oleh ibu-ibu dari desa setempat. Satu wadah besar nasi putih, ikan goreng, tempe goreng, sebaskom sayur asem, sambal terasi dan lalapan yang diletakkan di atas daun pisang siap untuk disantap. Lupakan doa sebelum makan, lupakan tangan kotor yang belum dicuci, hanya ada keinginan untuk segara melahap semua yang ada di depan mata. Tanpa menunggu lama, semua sudah makan dengan sangat lahap, lupa sejenak akan rasa capek yang menjalar di sekujur tubuh.

Tanpa disadari gerombolan awan hitam bergerak sangat cepat menuju tempat kami makan siang. Dan bisa ditebak lima menit kemudian hujan deras menguyur hamparan kebun kubis tersebut. Suasana syahdu makan di alam terbuka langsung buyar! Semua panik mencari tempat berlindung! Ada yang panik mencari tempat berteduh sembari menenteng bekal makanan. Ada yang berlari tanpa memedulikan makanan dan tanaman kubis yang tak sengaja terinjak. Ada yang menyelamatkan handphone-nya di celana dalamnya! Ada pula yang bersikukuh melahap lauknya meski hujan sudah turun dengan sangat deras… Semuanya lupa bahwa terpal yang kami gunakan untuk duduk seharusnya bisa diangkat dan digunakan sebagai tempat berlindung! Ya sudahlah… sudah terlanjur basah… :-D

Setelah hujan mereda kami hanya bisa pasrah meratapi sebagian lauk yang tidak terselamatkan dalam kondisi berantakan di tengah kebun kubis. Kembali berjalan dengan tenaga yang belum terisi penuh menuju rumah Pak Lurah. Untungnya beliau berbaik hati memberi kami kesempatan untuk melanjutkan makan siang di kediamannya.

Meski tidak lagi berada di alam terbuka, tempe goreng yang masih panas, sayur asem yang sudah dihangatkan dan tak ketinggalan sambel terasi yang maknyus tetap menjadi makanan terenak selama di Tanggamus. Secangkir kopi panas sore itu menutup kesan manis kebun kubis di Gunung Tanggamus sebelum melanjutkan perjalanan ke objek selanjutnya, air terjun Way Lalaan. *seruput kopi*

to be continued…

About these ads

37 comments on “Pesona Kebun Kubis Gunung Tanggamus

  1. Avant Garde
    November 17, 2014

    tau daerah ini karena ada temen kantor yang aslinya ambarawa (masuk kab. tanggamus dulu) sebelum dimekarkan jadi kab. pringsewu…

    • Halim Santoso
      November 17, 2014

      Banyak nama kecamatan yang pakai nama kota persis di Pulau Jawa ya hehehe… Pas di perjalanan menuju TNBBS juga melewati Wonosobo :-D

      • Avant Garde
        November 17, 2014

        hehehehe…iya mas, nah logo kab. pringsewu juga bambu :D

    • noe
      November 18, 2014

      Yang betul adalah, tanggamus itu pemekaran dari kab. Pringsewu. Dulu, tanggamus masuk ke kab. Pringsewu, lalu pada tahun entah berapa dimekarkan dan tanggamus jadi kabupaten baru di lampung. ;)

      • Avant Garde
        November 20, 2014

        kayaknya penjelasan guidenya salah deh mbak :p

        http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pringsewu

      • noe
        November 20, 2014

        Eh iya mf, ralat, yg kental diingatan saya adlh saat pemekaran dan tanggamus jd kabupaten baru. Sy lupa klo tanggamus itu pemekaran dr kab. Lampung selatan. Dulu tanggamus ibukotanya pringsewu. :D br pemekaran lg ya, pringsewu jd kab baru. Thanks ya

      • Avant Garde
        November 20, 2014

        lampung selatan, tanggamus, pesawaran, pringsewu dulunya 1 kabupaten mbak hehehe :) yups

  2. Melly Feyadin
    November 17, 2014

    Mas Halim terlalu vulgar menyebut handphone masuk celana..wkwkw
    awas dibaca yang punya, gak aman ntr klo berkunjung ke Lampung lagi..haha

    • Halim Santoso
      November 17, 2014

      Huahaha aku khilap… padahal bulan depan bakal ketemuan… tapi bagian itu perlu diceritakan sih #ngeyel :-D :-D

  3. Donna Imelda
    November 17, 2014

    kamu selalu berhasil menangkap momen ketjebok, foto nomer satu, aku sukaaaaaa

  4. eviindrawanto
    November 17, 2014

    Keren ih tulisan Mas Halim. Aku juga suka pada komposisi fotonya. Kok aku gak kepikiran seperti itu yah… :)

    • Halim Santoso
      November 17, 2014

      Waaa makasih atas pujiannya, tante Evi… tulisan dan foto tante Evi juga bagus-bagus :)

  5. Sandrine Tungka
    November 17, 2014

    Makan ditengah kebun kubis itu terlihat nikmat sekali…

    • Halim Santoso
      November 17, 2014

      Seruuu banget… sayangnya hujan deras merusak suasana garden party hehe

  6. mawi wijna
    November 17, 2014

    Hohoho…Way Lalaan yang saya nanti muncul di urutan artikel selanjutnya. :D

    Sepertinya memang dirimu ditakdirkan untuk kembal lagi kemari suatu saat nanti Bro. Masih ada PR yang menanti di puncak gunung Tanggamus itu.

    Eh bentar. Itu kalian makan di ladang kubis, berarti kubisnya kalian tindih dengan terpal?

    • Halim Santoso
      November 17, 2014

      Iyapp harap sabar menunggu Way Lalaan ya baru di-draft nih hehe…

      Ada kubis yang sudah dipanen warga jadi menyisakan sepetak tanah kosong yang jadi tempat kami duduk dan makan :-D

  7. Yasir Yafiat
    November 18, 2014

    Tak ada tempat lainkah selain menyelamatkan HP di dalam celana dalam hihihihihihi :)

    Petualangan yang berkesan..

    • Halim Santoso
      November 18, 2014

      Hahahaha no comment… takut yang di-no mention baca ini :-P

      • Yasir Yafiat
        November 18, 2014

        Ok baiklah..

  8. noe
    November 18, 2014

    Waktu itu aku pingiin bgt metik tomatnya, dan makan lalap kubis. Tapi ngga berani haha

    • Halim Santoso
      November 18, 2014

      Eh kenapa nggak berani petik? Jangan bilang kalo takut dikejar petani trus ditimpuki sekampung ya mbak? Hahahaha

      • noe
        November 18, 2014

        Ngga ada yang nduluin soanya. Hahaha

  9. haynu aurora
    November 18, 2014

    waahhh menu makan siangnya bikin ngilere #pastiEnak

    • Halim Santoso
      November 18, 2014

      Eankkk banget… bagai makan siang dari khayangan yang dibawa turun bidadari #lebay :-P

  10. Hikari Azzahirah
    November 18, 2014

    aku orang pringsewu lhoo…
    dan belum pernah naek tanggamus =..=
    ibuk saya yang dulu pernah naek sana jaman masih keciilll, nyari kayu bakar. :D

    • Halim Santoso
      November 18, 2014

      Wahh baru tahu kalau aslinya Pringsewu… Berarti suatu hari harus naik ke sana nih, mumpung masih kuat dan suami masih kuat gendong hehehe

      • Hikari Azzahirah
        November 18, 2014

        ahahahaha… balik kampung cuman 2-3 hari.
        cuman di rumah orang tua aja jadinya. hehe.

        someday lah ya…. hehe

  11. winnymarch
    November 18, 2014

    u suka naik gunung ya halim

    • Halim Santoso
      November 18, 2014

      Kagaaa… napas pendek jadi nggak ditakdirkan jadi anak gunung hahaha…

      • winnymarch
        November 18, 2014

        kirain haha

  12. Pingback: Festival Teluk Semaka – Keseruan di Lereng Tanggamus | Keliling Lampung

  13. Gara
    November 24, 2014

    Nyahaha, seru!
    Kocak banget waktu kehujanan pas makan siang. Apa kabar handphone yang disembunyikan di dalaman, masih wajarkah cita rasanya? :haha
    Momen tak terlupakan yang diramu dengan citra kata yang juga susah dilupa!
    Sip!

    • Halim Santoso
      November 24, 2014

      Kabar handphone-nya masih dalam keadaan sehat karena aman dari guyuran hujan kan? Hehehe

      • Gara
        November 24, 2014

        Syukurlah kalau baik-baik saja :p

  14. Ailtje Binibule
    December 9, 2014

    Sepeda motor nggak pakai rantai emang bisa jalan ya?

Leave a Reply to Melly Feyadin Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s

Destinations

Archives

Join 1,648 other followers

No COPY / SAVE AS without permission please…

All texts and photos (c) Halim Santoso. Please respect by not using them without written permission.
Follow

Get every new post delivered to your Inbox.

Join 1,648 other followers

Build a website with WordPress.com
%d bloggers like this: