Ada banyak tokoh yang menginspirasi sesamanya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sama seperti sosok R.A. Kartini yang hingga sekarang disanjung banyak orang. Dianggap sebagai perempuan tangguh yang memperjuangkan haknya di masa gelap tanam paksa saat itu. Saya sendiri hingga kini tetap mengidolakan wanita yang sudah melahirkan saya di dunia ini, perempuan yang berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya. Meski demikian, tidak menutup diri untuk mengagumi sosok perempuan inspiratif yang lain.
Saat kunjungan ke Gombong, Kebumen, Jawa Tengah setengah tahun yang lalu, saya terpikat dengan cerita kegigihan dan perjuangan seorang wanita kelahiran Kebumen, 4 September 1937 yang bernama Martha Handana, yang kini dikenal dengan Martha Tilaar. Kisah kehidupan masa kecilnya terangkum dengan jelas di sebuah rumah tua peninggalan kakeknya yang kini disebut dengan Roemah Martha Tilaar.
Roemah Martha Tilaar yang beralamat di Jl. Sempor Lama No. 28, Gombong sudah dibuka untuk pengunjung umum sejak Desember 2014. Rumah berlanggam Indische Empire tersebut sempat terlantar bertahun-tahun lamanya, bahkan sempat mendapat sebutan rumah hantu oleh warga sekitar. Setelah direnovasi dengan tetap mempertahankan bentuk dan pondasi bangunan aslinya, kini sudah berfungsi sebagai rumah budaya sekaligus wadah untuk program pemberdayaan masyarakat di Gombong.
Siapa Martha Tilaar? Terlahir sebagai anak tertua dari tiga bersaudara pasangan Yakob Handana ( Tjhie King Han ) dan Liem Herna ( Liem Bok Lan ). Masa kecilnya dihabiskan di rumah Liem Siauw Lam, kakek dari pihak ibu yang terkenal dengan usaha peternakan sapi dan perdagangan hasil bumi di Gombong. Rumah yang dibangun tahun 1920 oleh Liem Siauw Lam ini terletak di tengah kompleks pecinaan Gombong, tidak terlalu jauh dari Fort Cochius atau Benteng Van Der Wijck. Susu sapi perah dan daging potong disetor setiap harinya ke benteng dan rumah-rumah warga Belanda yang tinggal di sekitarnya. Dari situlah kakek Martha Tilaar dikenal sebagai salah satu saudagar kaya dan terpandang di Gombong.
Martha kecil tumbuh menjadi anak yang tergolong memiliki daya tangkap yang rendah yang menyebabkan prestasinya di sekolah boleh dibilang tidak terlalu menggembirakan. Oleh neneknya yang akrab dipanggil Mak Oco ( Bhe Siang Nio, istri kedua Liem Siauw Lam – ibu tiri Liem Herna ), Martha kecil dibimbing dan diwarisi ilmu jamu yang kelak menjadi pondasi berdirinya industri kosmetik Sari Ayu. Setelah dewasa dan menikah dengan suaminya Alex Tilaar, mereka menetap di Jakarta.
Kisahnya semakin menarik saat Mbak Alona, guide yang memandu saya di Roemah Martha Tilaar bercerita bahwa Martha Tilaar yang saat itu sudah menikah selama 16 tahun belum juga dikaruniai seorang anak. Bahkan dokter pernah menvonisnya mandul. Ramuan jamu racikan Mak Oco telaten dikonsumsinya selama beberapa tahun. Urut pun rutin dilakukan dua kali seminggu. Akhirnya ketelatenan itu membuahkan hasil yang menggembirakan. Martha Tilaar melahirkan anak pertamanya yang diberi nama Wulan Tilaar di usianya yang tidak lagi muda, 40 tahun! Di usianya yang ke-45, Martha kembali melahirkan anak keduanya, Kilala Tilaar.
Sejalan dengan keajaiban yang dialaminya, bisnis kosmetik dan jamu berbahan dasar tanaman obat yang dijalani juga menuai kesuksesan. Pada tahun 1983 resmi berdiri PT Sari Ayu Indonesia yang terus berkembang hingga membangun Kampung Jamu Organik di Cikarang, Bekasi dan anak perusahaan Martha Tilaar Group yang masih berdiri hingga sekarang.
Kisah suksesnya sejalan dengan kepeduliannya terhadap rumah keluarga yang sempat ditinggali oleh pamannya namun terlantar. Apalagi kalau bukan masalah biaya perawatan bangunan tua yang cukup mahal yang melilit ekonomi keluarga tersebut. Rumah bergaya modifikasi Empire Style Eropa dengan pengaruh arsitek Amerika bernama Frank Llyod Wright yang berusia hampir 100 tahun itu akhirnya dibeli dan dirawat oleh Martha Tilaar.
Saya sendiri mengetahui keberadaan rumah keren ini dari tulisan salah seorang teman blogger Iqbal Kaustar, selengkapnya klik di sini. Ternyata memang asli menggagumkan saat melihat langsung lantai tegel kunci yang masih mulus, apalagi tegel berukir di beberapa kamar rumah utama yang konon harganya sangat mahal pada zaman dulu. Oleh pemiliknya sekarang, rumah ini sudah dihidupkan kembali auranya. Perabot kuno dikembalikan ke asalnya, beberapa foto keluarga berwarna hitam putih menghiasi dinding kamar dan ruang tamu.
Bekas kamar Mak Oco, orang tua Martha Tilaar dan kamarnya sendiri yang sudah dihidupkan kembali juga membuat saya berdecak kagum. Halaman di sekeliling rumah tidak ada kekosongan, semua ditanami dengan puluhan jenis tanaman obat. Semerbak harum bunga-bungaan yang berkhasiat bagi kecantikan semakin membuat saya betah berlama-lama di Roemah Martha Tilaar. Rasanya imej warga sekitar yang pernah menyebutnya sebagai rumah hantu sudah sirna. Hanya ada kenangan demi kenangan sebuah keluarga besar yang pernah meramaikan tempat itu. Kejayaan kakek Martha Tilaar, Liem Siauw Lam di masa lalu diangkat kembali.
Nostalgia suka dan duka sebuah keluarga akan terus dikenang dan dibicarakan saat keluarga yang masih hidup berkunjung ke sana. Sungguh museum keluarga yang saya percaya kelak akan menjadi panutan rumah tua-rumah tua di seluruh Indonesia. Cheers and peace...
Wah menarik ini mas, rumah orang yang berpengaruh dibidang tertentu pun bisa menajdi tempat wisata (mengenal lebih dalam tentang perjuangannya).
LikeLike
Sejarah Bu Martha Tilaar menginspirasi banyak orang, ditambah usaha beliau mempertahankan rumah keluarga yang beruntungnya belum dirubuhkan seperti nasib rumah-rumah tua di Indonesia. Semakin ngefans dengan beliau deh.
LikeLike
Furniturenya itu masih milik martha tilaar ?
LikeLike
Dengar-dengar sebagian besar masih peninggalan keluarganya yang menempati sebelumnya. Mungkin ada beberapa perabot dari luar yang melengkapi ruang, seperti kosmetik produk Martha Tilaar Group yang sengaja diletakkan di tiap meja rias, mas Fauzi hehehe
LikeLiked by 1 person
Kalau masih peninggalannya, berarti itu terawat sekali ya. Salut.
LikeLike
Gayanya eropah, kyk difilm hayati
LikeLike
Ahh lokasi rumah londo yang warna dominan putih itu di Sumatera Barat kalo nggak salah. Kalo yg rumah Zainudin mewah ala ala itu mah di Jawa Timur hahaha😀
LikeLike
ngebayangin rumahnya beraroma rempah indonesia dan di sediakan minum jamu gratis sepuasnya hehehe
LikeLike
Jadi ikut ngebayangin disuguhi jamu pas berkunjung di sana. Boleh nih diusulin ke pengurus Roemah Martha Tilaar.
LikeLike
Baru tau kalau leluhurnya malah menetap di Gombong-Kebumen. Martha Tilaar bisa disandingkan dengan Mustika Ratu dan Sido Muncul, perusahaan dengan kearifan lokal namun namanya cukup berkibar dan dikenal banyak orang. Pernah melihat acara tentang gedung-gedung bersejarah yang hingga kini tetap lestari dan entah kebetulan atau tidak kebanyakan dimiliki oleh orang-orang Tionghoa peranakan dan masih terawat baik hingga kini.
LikeLike
Martha Tilaar dan Mooryati Soedibyo ( Mustika Ratu ) pernah berteman akrab secara keahlian mereka sama, pandai meracik jamu. Racikan peranakan bersanding dengan racikan keraton hehehe.
Tentang gedung-gedung bersejarah yang kebanyakan dimiliki Tionghoa peranakan, nggak semua bernasib baik, Hen. Kalau roda kehidupan mereka sedang di bawah ya rumah tuanya dibagi, saling rebut, lalu dijual. Kalau roda kehidupannya sedang di atas ya syukurlah masih dirawat dengan baik.
LikeLiked by 1 person
Ooh ngono. Tp aku kmrn pas lihat di Chanel news asia ttg rumah2 bersejarah di ID ada yg msh cakep bgt
LikeLike
Belum pernah kesini, tapi aku ngefans juga sama tante Martha.. Orgnya sabar banget pastinya. Dan rumah nya pun selalu wangi rempah2 gitu.. Sayang banget, belum kesampean foto dengan beliau 😁😁
LikeLike
Saya pun baru menatap muka dengan Bu Martha lewat televisi aja hehehe. Dari nada suaranya memang terdengar tuturnya yang halus dan lembut, keibuan banget
LikeLiked by 1 person
Hehe.. iya beliau ramah.. Pak Alex nya juga baik..
LikeLiked by 1 person
Waah, padahal baru nonton kemarin di .Net, sekarang udah tayang di sini.😀
LikeLike
Malah nggak nonton pas tayang di .Net😀
Mumpung masih semangat Kartini jadi share tulisan tentang perempuan inspiratif deh hehehe.
LikeLike
Teras yang luas dan besar mengingatkan saya pada Angkringan Rumah Nenek itu Mas :haha, meski bentuk rumahnya agak berbeda namun konsep tata ruangnya hampir sama ya :)). Bagian atap depan rumah itu mengingatkan saya akan sesuatu… tapi apa, ya? Agak lupa :haha. Kayaknya pernah melihat bentuk yang mirip. Yah namun nama pun rumah seorang saudagar terpandang, tentu bahan-bahan di dalamnya adalah yang terbaik, ya :hehe. Mudah-mudahan kalau berkunjung ke Kebumen suatu hari nanti bisa berkunjung ke sana :hehe.
LikeLike
Iya terasnya sama-sama mengadopsi gaya Indishe, tipikal bangunan corak Eropa yang menyesuaikan iklim tropis Hindia Belanda, Gar. Bedanya kalau di Rumah Nenek Laweyan masih punya ruang yang Jawa-Solo banget, seperti kerobongan, senthong dan gandok hehehe.
Bagian atapnya mirip bangunan di mana? Kalau sudah inget segera kasih tahu ya😛
Ini sudah ratjun keduaku tentang Kebumen lo, Gar. Ayo buruan piknik ke Kebumen hihihi
LikeLike
Rumahnya cantik dan artistik. selera Martha Tilaar sudah bagus dari sananya ya. inspirasinya dalam membesarkan perusahaan pasti datang dari rumah ini
LikeLike
Desain rumahnya beneran bikin betah lama mengamati detailnya. Yuk kita piknik rame-rame ke Gombong lalu masuk ke Roemah Martha Tilaar, siapa tahu aja tante Martha pas kebetulan berkunjung hehehe.
LikeLike
bagus rumahnya
LikeLike
Lama-kelamaan saya kagum dengan Kebumen. Termasuk Gombong dan sekitarnya. Selain memiliki barisan karst yang menawan, juga heritage-nya.
Termasuk mengagumi Martha Tilaar. Biasanya orang yang berada di lingkungan yang sama dengan seseorang yang besar, akan tebersit rasa kebanggaan. Yang juga menular untuk dibanggakan oleh orang lain
Mas, pakai produknya Martha Tilaar gak? #ehsalahfokus😀
LikeLike