Tumbuh menjadi salah satu daerah dengan tata kota rapi yang sengaja diciptakan oleh Belanda menjadikan beberapa area di Malang memiliki pedestrian dan jalan raya yang lebar. Meski kini perkembangan pemukiman seakan-akan tidak terkontrol, Kota Malang masih punya kharisma yang kuat. Baik itu sejarah terkait dengan bekas kerajaan Singasari, sisa-sisa bangunan milik kolonial, juga kuliner tradisional dan modern yang tersebar di sudut-sudut kota.
Sebelumnya pernah saya tulis mengenai kafe-kafe di Ngalam yang sedikit bikin hati dongkol karena perlakuan kurang menyenangkan yang mereka berikan ( lengkapnya baca di sini ). Tenang, kali ini saya akan berbagi tempat kuliner di Malang yang asli enak, nggak bikin emosi pas masuk dan bebas foto-foto di dalam warungnya kok.
Are you ready?😉
Rasanya seantero Indonesia kenal dengan kuliner bakso Solo dan bakso Malang. Jika Solo terkenal dengan bulatan bakso yang cenderung kecil dengan pelengkap bihun, bakmi, dan terkadang diberi tambahan pangsit goreng, Malang justru menjual pentol atau bakso berukuran lebih besar dengan pelengkap aneka gorengan yang menggoda.
Salah satu warung bakso yang terkenal di Malang adalah Bakso Cak Man yang sudah dirintis oleh H. Tukiman sejak tahun 1980. Bakso Cak Man sendiri sudah membuka enam cabang di Malang serta cabang maupun franchise di kota-kota se-Indonesia. Bagi beberapa pelanggan dari luar kota, Bakso Cak Man masih dianggap sebagai kuliner wajib saat mereka sedang beraktivitas di Malang.
Saya sempat mencobanya di salah satu cabang di Jl. WR Supratman C1 Kav 13-14, Malang. Pentol atau bakso yang dijual di sana punya beberapa pilihan pentol, seperti bakso halus, bakso jumbo, bakso urat, dan bakso kotak isi rawit. Pelanggan bisa melengkapinya dengan tahu putih, tahu kuning, siomay, tahu isi bakso, pangsit goreng, sosis goreng, dan gorengan yang lain sebelum diguyur dengan kuah kaldu panas di mangkoknya. Pilihan gorengan tergantung selera masing-masing. Tapi jangan kalap ambil semua gorengannya ya! Hahaha.
Bakso lain yang nggak kalah enak di Malang menurut saya adalah Bakso Pak Samut yang beralamatkan di Jalan Tidar. Debby pemilik blog www.debbzie.com yang berdomisili di Malang merekomendasikan tempat tersebut. Betul sudah, kuah bakso racikan Pak Samut terasa lebih smooth, tidak terlalu berlemak seperti milik Cak Man.
Aneka gorengan yang dijual di sana seperti bakso Malang pada umumnya. Tahu isi, pangsit goreng, siomay goreng dan basah serta beberapa pelengkap yang lain. Mereka disajikan dengan ukuran lebih kecil sehingga mangkok tidak mbludag saat diisi banyak gorengan. Lebih enak disantap tanpa perlu memotongnya menjadi beberapa bagian. Tinggal HAPP bakso dan gorengannya. #ehh #soundwrong😛
________
Cwie Mie menjadi kuliner favorit saya selama di Malang. Dari penampilannya nampak seperti mie ayam, tapi jangan salah, coba lihat dengan seksama. Pada dasarnya Cwie Mie memakai bakmi bulat dengan ukuran tidak terlalu tebal, ditambah potongan kecil daging ayam. Ada yang mencincangnya hingga lembut seperti abon, ada yang sudah memberi variasi pada Cwie Mie-nya agar disukai pelanggannya. Biasanya ditambah dengan sayuran dan gorengan kulit pangsit di atasnya.
Cwie Mie Malang Gajah Mada yang beralamatkan di Jl. Pasar Besar no. 17 A termasuk salah satu penjual Cwie Mie yang dikenal banyak warga. Suasana depot lawas ala pecinaan masih terasa di sana. Meja dan kursinya menjadi saksi bisu kejayaannya di masa lalu. Kini menu yang dijual sudah bervariasi, seolah bersaing dengan depot-depot Cwie Mie lain di Malang.
Contoh variasi Cwie Mie bisa dilihat di Hot Cui Mie cabang Ruko Kawi Atas 43B, Malang. Mereka mulai menggunakan kulit pangsit berukuran besar yang dicetak seperti mangkok sebagai wadah Cwie Mie. Tak salah jika ditulis slogan “mangkoknya pun bisa dimakan.” di spanduk dan buku menunya. Yamien jika ingin mencicipi mie khas Malang, Song Mie untuk mie jamur. Yang jelas jangan lupa pesan Es Gloria yang rasanya nggak kalah dengan Es Moccha Alpukat milik Depot Gang Jangkrik.
Kuliner yang satu ini awalnya dijajakan dengan gerobag oleh Pak Iwan sejak tahun 1974. Dulu rute kelilingnya tak jauh dari tempat di mana warungnya berdiri sekarang, yaitu Jl. Kapt Pierre Tendean, Jagalan, Malang. Warung yang buka dari pukul 15.30 hingga 22.00 tersebut menjual menu Tahu Campur khas Jawa Timur-an.
Potongan tahu, lontong, daging sapi, kikil sapi dilengkapi dengan kentang, tetelan singkong, dan bihun. Toppingnya diberi taoge, sawi, petis kemudian diguyur dengan kuah kaldu sapi panas. Hampir mirip seperti semur daging. Namun daging dan kikil sapinya yang tidak ulet membuat Tahu Campur Pak Iwan disukai banyak orang. Harga per porsinya mulai dari 12.000 rupiah per porsi.
Eits, jangan keburu kenyang dulu… Masih ada beberapa jajanan dan hidangan penutup yang kudu dicicipi selagi beraktivitas di Malang…
Lanjut!😀
Saat mengutarakan niat ke Toko Oen Malang, lagi-lagi ucapan orang lokal lebih manjur. Debby menyarankan cicip es krim yang lebih enak dari toko mainstream itu. Sesampainya di Griya Eskimo yang beralamatkan di Jalan Gresik, Malang, mereka beneran punya varian es krim yang enak dipandang mata dengan harga yang masuk di akal. Sayangnya saat itu perut sudah terlalu kenyang sehingga hanya bisa menyendok pelan-pelan Cherries Ice rasa buah aprikot dan menikmati kelembutan fla dari Soes Cokelat-nya. Nyummm.
Jajanan pasar di Malang pada malam hari nggak kalah menarik untuk dicicipi. Di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Malang terdapat lapak sederhana bernama Putu Lanang. Di sana dijual aneka ragam jajanan pasar seperti cenil, klepon, lopis, hingga sawut yang berbahan dasar singkong. Juga putu, kue basah terbuat dari tepung beras dengan isi gula merah.
Masih belum puas kulineran di Malang? Monggo beranjak ke Kota Batu yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Malang. Tepat di Alun-Alun Kota Batu terdapat lapak dengan nama Pos Ketan yang sudah jadi legenda katanya. Maklum warung kecil yang menjual jajanan berupa ketan tersebut sudah dikenal sejak tahun 1967.
Varian ketan yang dijual cukup unik dengan aneka topping yang kekinian. Sebut saja Ketan Susu Meses, Ketan Durian Susu, Ketan Ayam Pedas, Ketan Vla Durian + Pisang. Tapi Ketan Kelapa Gula Bubuk dengan komponen ketan diberi kelapa parut, gula merah dan bubuk kedelai tetap menjadi pilihan favorit pelanggan. Harga yang ditawarkan mulai dari IDR 5.000 per piring. Murah dan bikin kenyang, dijamin mblenger. :-P
Note: Tentu masih banyak kuliner di Kota Malang dan sekitarnya yang belum sempat saya cicipi. Pun dengan perbedaan selera. Mungkin ada yang mengatakan bakso A lebih enak daripada bakso B, es krim W lebih enak daripada es krim X. Kembali ke selera lidah masing-masing. Selamat berwisata kuliner di Malang!😉
*beli tiket kereta ke malang
LikeLike