Postcards From Istiqlal

Andai pemimpin negara saat itu tahu nilai penting reruntuhan benteng yang bisa dijual sebagai salah satu obyek wisata sejarah seperti negera tetangga, mungkin benteng yang terletak di area Taman Wilhelmina akan terlihat sangat megah sekarang. Entah rasa bencinya terhadap kolonial yang membangun citadel ( benteng ) tersebut pada tahun 1837 atau alasan yang lain.

Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal

Yang jelas empat tahun setelah Indonesia merdeka, reruntuhan Benteng Prins Frederick Hendrik diratakan dengan tanah. Di atasnya kemudian dibangun sebuah tempat beribadah umat beragama Islam yang pernah dinobatkan sebagai Masjid terbesar se-Asia Tenggara. Oleh Presiden Ir Soekarno, masjid yang mampu menampung maksimal 200.000 jamaah itu diberi nama Masjid Istiqlal.

suasana di dalam Masjid Istiqlal
suasana di dalam Masjid Istiqlal

Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1951 namun proses pembangunan baru dilaksanakan setelah arsitek bernama Frederich Silaban memenangkan sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal yang diadakan tahun 1955. Desain dengan sandi “Ketuhanan” milik Frederich Silaban lebih disukai oleh tim juri yang diketuai oleh Bung Karno.

Marmer putih menghiasi lantai dan dinding masjid, dua belas tiang berukuran sangat besar melingkari tepi kubah, baja anti karat menjadi bahan dari kubah, dinding, hingga tempat wudhu. Langit yang tinggi mengalirkan udara yang selalu sejuk di saat musim kemarau panjang sekalipun. Sungguh sebuah karya besar seorang arsitek Indonesia yang mengharumkan nama bangsa. Tak heran jika banyak turis lokal maupun mancanegara yang mengagumi hasil rancangan Frederich Silaban tersebut.

empat tingkat balkon Masjid Istiqlal
empat tingkat balkon Masjid Istiqlal

Sayangnya proses pembangunan Masjid Istiqlal tidak berjalan mulus seperti harapan Bung Karno. Meski sudah dipancangkan tiang pertama pada tahun 1961, pembangunan sempat berhenti saat peristiwa Gestapu 1965 meletus. Hingga akhirnya pada tahun 1978, pembangunan Masjid Istiqlal dinyatakan selesai dan diresmikan pembukaannya oleh Soeharto yang saat itu sudah menjadi presiden kedua Republik Indonesia.

Monas dilihat dari Masjid Istiqlal
Monas dilihat dari Masjid Istiqlal

Mungkin banyak pemerhati sejarah menyayangkan lokasi masjid yang dibangun di atas peninggalan kolonial yang seharusnya dipertahankan oleh Bung Karno yang selalu mengatakan “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Tapi apa boleh buat, egonya yang tinggi justru menciptakan pencitraan yang kini disanjung oleh rakyat.

sudut di salah satu koridor Masjid Istiqlal
sudut di salah satu koridor Masjid Istiqlal
be the light
be the light

Persis di seberang Masjid Istiqlal terdapat Gereja Katedral, berdampingan sebagai simbol kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Mudah-mudahan selalu seperti itu. Tak goyah oleh ancaman-ancaman yang sering disebarkan oleh ahli politik masa kini.

Cheers and peace. ;-)

30 comments

  1. Foto kedua dari bawah itu baguuuus banget Lim.
    Aku belom pernah euy masuk ke dalam Istiqlal, cuma lewat doang. Semoga kalo ke Jakarta lagi bisa solat di sana.

    • Thank you, Om Ndut :-)
      Loh kenapa cuma lewat aja? Pasti pilih berhenti di Es Ragusa yang letaknya nggak jauh dari sana ya? Hahaha. Dari masjid Istiqlal bisa masuk ke Museum Katedral seperti yang sudah kutulis sebelumnya ;-)

  2. Cakep banget mas bw nya! Btw sayang banget bentengnya diruntuhkan..coba bentengnya tetap dipakai jd masjid, tinggal dipugar aja..mungkin jd mirip2 hagia sofia gtu yaa..btw dulu pernah dengar kalo pas sholat ied, katedral ikut open house jd tempat parkir, kalo pas natal istiqlal nya yg open house jd tempat parkir..cmiiw..nice share!

    • Ahh iya betul dengar-dengar juga begitu, pas sholat Ied, Katedral open house untuk parkir, begitu pula sebaliknya, Istiqlal open house saat Natal :-)
      Konon Taman Wilhelmina yang terletak di dekat Benteng Frederik Hendrik merupakan taman terindah di masanya, sayang sekarang sudah berubah wujud jadi area Monas hehehe

  3. Suka banget foto arsitektur yang BW ginii. Paling suka yang 2 terakhir :D
    Kapan-kapan main ke Istiqlal bawa kamera aahh..

  4. Masjid Istiqlal memang kokoh banget dengan desainnya, salut dengan perancangan arsitekturnya yang mana dia adalah beragama Nasrani tapi punya pandangan sendiri tentang Islam dalam hal desain.
    Sebuah keharmonisan antar umat beragama.

    • Betul, perancangnya Frederich Silaban beragama Nasrani, dan kalau diserempetkan namanya nyaris sama dengan bekas benteng yang kini menjadi Masjid Istiqlal, Citadel Prins Frederik Hendrik :-D

  5. Aku baru tau lho kalau masjid ini dibangun di bekas citadel. By the way, rancang bangun mesjid ini sepertinya terpengaruh gaya bangunan negeri-negeri komunis macam Soviet dan China … Gagah, agung, kaku sekaligus dingin. Sesuai dengan tahun perancangannya kali ya, yg masih dalam era perang dingin, dimana Soekarno lebih dekat dengan Soviet dan China daripada Amerika.

    • Kalau dilihat dari gambar lamanya, Citadel Frederik Hendrik punya arsitektur lumayan unik dibanding benteng tengag kota lain yang pernah dibangun mereka. Yang disayangkan lagi sebenarnya adalah Taman Wilhelmina, entah ditaruh di mana patung-patung penghias tamannya. Mudah-mudahan sih pindah ke tangan yang tepat :-)

      Bener juga Masjid Istiqlal punya fasad kaku, kotak semua nggak ada lengkungan, cuma kubahnya aja yang terlihat kena pengaruh Timur Tengah. Jadi pnasaran bunker citadel masih ada sisanya nggak yah hihihi.

      • Halim, selalu aja ada info yang bikin aku penasaran tiap kali baca postinganmu. Aku juga jadi pengen tau lebih jauh tentang Citadel Frederik Hendrik!

  6. Sebenarnya citadelnya sendiri di zaman kolonial akhir memang sudah terbengkalai dan nyaris hancur, sih… akibat salah perhitungan yang mengira keadaan bakal penuh dengan perang seperti dua abad sebelumnya, tapi yang ada adalah masa damai karena orang Indonesia yang ada di Jakarta lebih memilih berperang dengan cara diplomasi, merubah pola pikir terjajah menjadi berpendidikan. Tertutuplah bangunan di atas pulau ini, benteng yang dirancang dengan sedemikian jelinya. Saya selalu terpukau dengan fakta bahwa benteng itu dibangun di atas sebuah tanjung yang hampir-hampir mempulau.
    Bagus foto-fotonya, Mas. Saya yang kantor dan kosannya tinggal ngesot dari sana saja belum pernah masuk… :haha.

    • Dengar dari beberapa sumber, citadelnya memang tinggal reruntuhan. Tapi lumayan kalo dulu hanya dipugar dan jadi cagar budaya yah hehe. Eh iyaa baru sadar kalo di sana ada aliran sungai yang melingkari. Jadi beneran dulu Benteng Frederik Hendrik dibangun di atas tanjung? Woww banget yah. Btw masih ada sisa bunkernya nggak sih, Gar?

      • Dan tanjung itu buatan yaa, bukan alami, Ciliwung sengaja dipecah dua seperti itu. Belanda memang jago sih kalau soal perkanalan. Nah, soal bunker saya kurang tahu, desas-desus sih katanya masih ada. Memang bangunan sekitar Waterlooplein hampir semuanya punya bunker sih. Kalau yang di kantor saya sih bunkernya juga katanya masih ada, cuma tidak ada yang berani buka. Sering ada suara-suara sih dari bawah sana. Hehe.

  7. wah bagus mas, fotonya dibuat black n white..saya mah belum pernah sholat disini, klo ke jakarta cuma jakarta pinggiran :(

  8. Moga – moga masjid Istiqlal dan gereja katedral tetap menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Indonesia,,,, Amien,,, mantabbb

  9. baru sadar betapa megahnya masjid istiqlal. padahal pernah satu kali solat jumat disana tapi waktu dulu gak terlalu meratiin. jadi pingin ke sana lagi.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s