Pada akhir abad ke-19, Pelabuhan Sunda Kelapa dinilai tidak lagi mampu mengatasi lalu lintas perdagangan yang meningkat akibat dibukanya Terusan Suez. Hal ini memaksa pemerintah Hindia Belanda untuk membangun pelabuhan baru di Batavia. Pelabuhan itu direncanakan dan dibangun di sebelah timur Sunda Kelapa, tepatnya di Tanjung Priok.
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada tahun 1877 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge yang menjabat dari tahun 1875-1881. Berakhir sembilan tahun kemudian ( 1886 ) dan beberapa tahun kemudian disusul peresmian Stasiun Tanjung Priok ( 1914 ) yang menghubungkan kota dengan Tanjung Priok.
Boleh dibilang banyak peninggalan bersejarah di Tanjung Priok. Tapi pagi itu saya justru terpukau dengan video yang diputar oleh Mbak Banu selaku Secretary Coorporate IPC. Perlu diketahui bahwa PT Pelabuhan Indonesia II ( Persero ) atau disingkat Pelindo II sudah berganti identitas menjadi IPC sejak 22 Februari 2012 lalu. Nama boleh baru, tapi wilayah pengaturannya masih meliputi pelabuhan-pelabuhan di sebagian Sumatera ( Teluk Bayur, Jambi, Palembang, Bangka, Belitung, Bengkulu, Lampung ), lalu Pontianak, Cirebon, Banten, dan wilayah DKI Jakarta ( Tanjung Priok dan Sunda Kelapa ).
Secara garis besar ditayangkan gambaran pelabuhan di bawah naungan IPC sudah berbenah menjadi lebih baik. Salah satunya adalah Pelabuhan Tanjung Priok. Tidak ada lagi gambaran kemacetan truk-truk kontainer yang mengular di pelabuhan, karena sudah ada peningkatan jumlah crane yang mempercepat proses bongkar muat peti kemas. Begitu pula dengan tingkat keamanan di masing-masing gate terminal pelabuhan. Sudah dilengkapi puluhan CCTV dan sistem komputerisasi dengan pengawasan yang ketat membuat kendaraan yang masuk ke pelabuhan lebih disiplin, sudah tidak ada truk-truk yang parkir inap apalagi PKL di dalam kompleks pelabuhan.
Sebelum mendengar penjelasan di kantor IPC bersama kawan-kawan blogger dan media, saya beranggapan bahwa pelabuhan hanya sekedar tempat naik dan turun penumpang yang hendak berpergian ke pulau seberang. Pentingnya jalur pengiriman barang dari/ke luar pulau hingga luar negeri melalui pelabuhan tidak terpikirkan sebelumnya.
Simpelnya begini, proses bongkar muat peti kemas di pelabuhan yang tidak bisa diselesaikan dengan cepat akan berimbas terhadap penentuan harga jual barang impor di toko. Biaya sandar kapal yang mahal menjadi alasan membengkaknya harga barang. Lain cerita jika proses bongkar muat bisa dipercepat sehingga kapal-kapal hanya sandar satu hari atau bahkan kurang dari 24 jam, tentu harga jual jadi lebih murah kan?
Perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok bukan omong kosong belaka. Tim humas IPC yang dipimpin oleh Pak Sofyan membuktikannya dengan membawa kami mengelilingi kompleks pelabuhan dengan menggunakan bus. Hasilnya beneran sudah tidak ada antrean panjang truk di tiga terminal Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan justru terlihat lenggang karena bongkar muat peti kemas selesai dalam waktu relatif cepat. Saat mengintip terminal penumpang Pelni, kondisinya bersih dan tiap ruang sudah tertata rapi sesuai fungsinya, sungguh serupa dengan bandara. Dermaganya juga bebas dari sampah plastik yang tak sengaja terbawa dari kota!
Terminal 1 dikhususkan untuk bongkar muat barang-barang curah baik itu kering maupurn cair. Terminal 2 untuk penangangan peti kemas domestik dan terdapat terminal penumpang. Sedangkan Terminal 3 merupakan terminal full peti kemas baik domestik maupun internasional.
Meski Pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan lain sudah berbenah menjadi lebih baik, tugas IPC belum selesai. Masih ada proses pembangunan New Priok Port di Kalibaru yang diperkirakan sudah bisa berjalan penuh mulai tahun 2030. Lalu perencanaan Pelindo II atau IPC menjadi back up koridor tol laut yang menyatukan Pelindo I ( wilayah Sumatera Utara, Kep. Riau ), Pelindo III ( berpusat di Surabaya ), Pelindo IV ( berpusat di Makassar ) guna memperlancar pendistribusian barang di Indonesia. Keren kan?
Selesai berkendara di darat, kami diajak menyusuri perairan Pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan Pilot Boat. Dari laut terlihat sangat jelas kecepatan dan kecanggihan cara kerja crane atau alat-alat bongkar muat di masing-masing terminal. Gantry Luffing Crane yang bergerak dengan bantuan rel serta Peti Kemas Crane yang mampu mengangkut dua puluh tujuh kontainer perjam terlihat sangat gagah dilihat dari laut lepas.
Sungguh pengalaman mengintip Pelabuhan Tanjung Priok yang menyenangkan. :-)
Iya dwelling time memang tantangan banget (termasuk bagi teman-teman bea cukai) soalnya ini menentukan sekali “kelas” suatu pelabuhan di kancah perdagangan internasional. Mudah-mudahan Tanjung Priok bisa jadi pionir dengan membuat gebrakan besar. Aaaak soal peninggalan sejarah saya jadi penasaran dengan Stasiun Tanjung Priok, mudah-mudahan direaktivasi.
Tapi mari mulai dengan jalan tol di depan pelabuhan, semoga cepat selesai jadi lalu lintas kontainer (yang menakutkan jika saya berkendara motor di dekatnya) bisa terlokalisasi dan fokus menuju pelabuhan :hehe.
Kemarin udah mo nekad jalan sendiri ke Stasiun Tanjung Priok hahaha. Tapi dengar-dengar baru tahap renovasi oleh PT KAI jadi urung niat deh. Mudah-mudahan sih bisa segera dibuka buat penumpang umum yah. Gara, makam mbah Priok yang semakin terhimpit jg menarik dikunjungi loh :-)
Jalan tol depan pelabuhan sempat dibicarain juga, sepertinya akan segera selesai kok ;-)
Amin :hehe.
Wah, iya, makam Mbah Priok ya. Di Jakarta ada banyak keramat tapi belum pernah saya kunjungi :hehe.
Semoga saja, supaya kemacetan di sana bisa terurai.
IPC komit bgt ya melakukan perubahan demi pembangunan pertumbuhan ekonomi, salut aku! Apa lagi bagian green port kalibaru. Keren!
Setelah dengar rancangan New Priok memang bikin geleng-geleng kepala, takjub. Anak bangsa sudah punya rencana semaju itu, ahh semoga lancar agar Priok menjadi terkenal hingga mancanegara. :-)
Btw jadi pingin intip sekolah yang didirikan oleh IPC juga nih. Hehehe
Kalau dibuka buat jalan-jalan umum seru juga ya :)
Kalau nggak salah anak-anak sekolah dan mahasiswa bisa melakukan karya wisata dan studi banding di sana. Asalkan mengurus izin sebelumnya di kantor IPC. Tertarik bikin trip emak ke sana nggak, tante Ev? :-D
Aku belum pernah masuk pelabuhan Priok. Tapi, ini kan kalau gak salah acaranya weekend ya makanya sepi dan kelihatan rapi. Kalau acaranya weekdays serapi itu juga gak ya kira2 pelabuhannya. Aku penasaran pengen main ke stasiun Tanjung Priok. Katanya bagus banget :)
Pelabuhannya jalan 24 jam nonstop, Die. Kantor administrasi dan bagian lain memang libur, tapi planing dan control division-nya tetap masuk kerja. Kalau bongkar muatnya mungkin bisa mendadak rame sekali kalo jelang Lebaran atau akhir tahun kali ya hehehe.
Yuk kumpulkan massa buat mlipir ke Stasiun Tanjung Priok yuk :-D
Ternyata pelabuhan tanjung priok keren banget klw di lihat foto2nya, sayang masih banyak berita miring di media tentang manajemen didalamnya yang syarat akan praktek korupsi, semoga pelabuhan tanjung priok terus berbenah dan menjadi pelabuhan percontohan internasional
Benar sekali sering ada berita calo pelabuhan dan oknum tidak bertanggung jawab yang membuat pelabuhan jadi tidak nyaman dan aman. Pelindo II juga mengatakan akan terus berbenah agar tercipta kenyamanan bagi pengunjung maupun bagi IPC sendiri. :-)
keren juga ya pelabuhannya jadi pingin ke sana
Yuk ajak anak-anak untuk belajar mengenal pelabuhan juga, mbak Tira :-)
Baru tahu pelindo udah ganti nama. Malah udah 3 tahun yak. :D
Yang ganti nama jadi IPC cuma Pelindo II, kak Iqbal. Pelindo I, Pelindo III dan IV masih memakai nama lama :-)
Why so? :O
Owh ini laporan perjalanan setengah harimu kemaren itu, Lim ..
Hmm, iya ih, Tanjung Priok jadi rapi gitu. Duluuu, dulu banget sih emang, sampe saya ngga inget itu saya masih kelas berapa, kawasan pelabuhan Tanjung Priok itu serem, kotor, ngeri dan sejenisnya. Berbenahnya luar biasa berarti ya .. :D
Kondisi yang kulihat saat itu katanya masih akan terus dibenahi lagi hingga New Priok diresmikan. Mudah-mudahan bisa jadi contoh baik yang kelak diikuti semua pelabuhan di Indonesia. Trus jadi penasaran naik kapal Pelni dari Tanjung Priok nih hehehe
Paling ingat Tanjung Priok itu waktu malamnya cakep kalau dilihat dari atas kapal yang akan bersandar. Banyak lampu-lampu, kapal-kapal, dan kontainer.
Malah belum pernah ke Priok pas malam hari karena takut ama kegelapan, kak Citra. Temeni akuh ke sana kalo malem donk #lahh :-D
Halah…hahahaha…aku juga ngeri kalau mengulang lagi. Dulu itu kan mau nggak mau harus datang malam. :D