Kuliner Bandar Lampung

Bagi tipe pejalan tertentu rasanya nggak afdol jika singgah ke suatu tempat yang eksotis tapi belum mencicipi kuliner tradisional atau makanan khas yang cuma ada di daerah tersebut. Itu niat awal saat menjelajahi Lampung khususnya ibukota provinsinya, Bandar Lampung. Tapi niat tinggal niat karena terbilang susah mencari kuliner khas Lampung di Bandar Lampung.

Bandar Lampung sebagai kota besar yang berpenduduk multi suku dan etnis mengaburkan kuliner tradisional Lampung-nya. Lebih mudah menemukan jenis makanan yang dibawa dan diperkenalkan oleh para perantau baik dari Pulau Jawa maupun sesama Pulau Sumatera. Tak buruk, hanya sayang karena ketradisionalan penduduk asli seolah hilang perlahan.

Setiap orang perlu makan, pejalan pun perlu rekomendasi makanan enak kan? Jadi ini beberapa kuliner di Bandar Lampung yang pernah saya cicipi. Enak di lidah dan pastinya lebih enak jika dicoba langsung saat singgah di sana.

Are you ready? ;-)


Ketoprak Sayur
Ketoprak Sayur

Ketoprak Sayur yang hits di Jakarta ternyata gampang ditemukan di Kota Bandar Lampung. Tidak susah menemukan gerobak atau warung pinggiran jalan yang menjual Ketoprak Sayur di tengah kota, sebelas dua belas dengan keberadaan warung Nasi Uduk. Harga dibenderol mulai dari sepuluh ribu rupiah dengan isi potongan lontong atau ketupat dilengkapi dengan potongan tahu, soon dan sambal goreng kemudian diguyur kuah opor. Gurih campur pedas, lidah Jawa banget lah. :-)


Kapal Selam
Kapal Selam “Pempek 88”
Pempek 88
Pempek 88

Jika ditanya, pempek asalnya dari mana? Tentu Palembang. Tapi bagi warga Bandar Lampung nggak perlu jauh-jauh mencari pempek enak sampai provinsi sebelah karena di sepanjang Jalan Mayor Salim Batubara ada beberapa warung pempek dengan cita rasa masing-masing. Yang terkenal di kalangan warga lokal dan turis adalah Pempek 88 yang dinamai sesuai nomor rumahnya.

Hampir semua jenis pempek tersedia di sini, mulai dari kapal selam, lenjer, lenggang, keriting, adaan, tekwan. Bahan baku ikan Belida atau Lopis yang konon menjadi daging paling ideal untuk diolah sebagai pempek masih dipertahankan oleh Pempek 88. Bagi saya pribadi kekenyalan dan kuahnya hampir sama dengan pempek pada umumnya. Hanya saja pempek panggang buatan Pempek 88 yang berbentuk mirip mochi lah yang mampu mengalihkan lidah saya. Bulatan bertabur tepung dengan isi sambal campuran cabai, kecap dan ebi berwarna kecoklatan bercampur aduk dengan kekenyalannya. Ugh, asli rasanya nendang di dalam mulut! ( Harga mulai dari 4.500/ biji untuk pempek panggang, 17.000 untuk satu porsi kapal selam )

Pempek goreng
Pempek goreng “Pempek 88”

Bakso Sony - Jl Imam Bonjol
Bakso Sony – Jl Imam Bonjol

Kuliner berikutnya tentu Bakso paling hits se-Bandar Lampung! Dari penampakannya serupa dengan bakso di Jawa, bulat dengan warna keabuan daging sapi, kuah kaldu bening dengan pelengkap bakmi atau bihun. Bedanya pas digigit percaya nggak percaya bakso ini memiliki lapis demi lapis daging dengan tekstur yang lembut. Ukuran baksonya juga nggak pelit seperti Bakso Solo. Seratus persen rasa daging sapi, dan yang terpenting nggak banyak urat nyangkut di gigi!

Berkat kepopulerannya jangan heran Bakso Son Haji Sony atau Bakso Sony sudah merajalela di Bandar Lampung, di Jalan Imam Bonjol yang pernah saya sambangi saja sudah memasang plang nama “Bakso Sony 10” yang berarti ada banyak cabang yang lain di antero kota.

Bakso Sony
Bakso Sony

Perporsi Bakso Sony mulai dari 15.000 rupiah untuk semangkok mie bakso isi enam pentol. Jika tidak menghendaki mie atau bihun dikenakan harga sama dengan ganti tambahan satu pentol lagi. Kabar gembiranya, pelanggan bisa membeli Bakso Sony sebagai oleh-oleh buat keluarga di rumah dengan porsi sebanyak 50 pentol kuah pisah seharga 105.000 rupiah. ( harga update 2014 – entah di saat harga daging sapi melambung tinggi :-) )


Dapoer Tatu - Jl Putri Balau 24
Dapoer Tatu

Berulang kali singgah ke Lampung saya sudah hampir putus asa mencari Tempoyak atau fermentasi durian yang merupakan salah satu makanan khas Lampung dan daerah sekitarnya. Tempoyak biasa dimakan langsung sebagai lauk atau dimasak dengan campuran daging.

Hingga akhirnya di sela memeriahkan rangkaian Krakatau Festival, Mbak Alya dari pihak Disparekraf Lampung membawa saya dan kawan-kawan ke sebuah tempat bernama Dapoer Tatu yang terletak di Jl. Putri Balau no. 24, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung.

Pindang Baung
Pindang Baung

Di sana tersedia Pindang Patin, Pindang Baung dan… Brengkes Patin Tempoyak! Kuah masak campuran cabe merah, bawang merah dan putih, laos, salam, daun kemangi dan potongan nanas menyedapkan rasa dari ikan Patin, itulah Pindang Patin khas Dapoer Tatu. Kuah dari Pindang Baung hampir mirip rasa dengan Pindang Patin, bedanya tentu pilihan ikannya. Meski ukuran tidak sebesar Patin, ikan Baung yang tergolong semakin langka ternyata memiliki rasa lebih enak jika dipindang.

Lalu bagaimana dengan Brengkes Patin/ Baung Tempoyak? Brengkes merupakan istilah lain dari pepes Palembang. Ikan Patin atau ikan Baung yang dilumuri bumbu yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan tempoyak dibungkus dengan daun pisang kemudian dipepes hingga matang. Rasanya, patinnya lembut di lidah, tempoyaknya melting di mulut! Slurp! Nggak percaya? Silakan intip sendiri. :-D


Note : Tulisan ini mengacu pada pengalaman pribadi dan kesempatan mencicipi tempat-tempat di atas saat singgah di Bandar Lampung. Tentu masih banyak kuliner menarik di Bandar Lampung, serta masih ada kuliner tradisional yang menunggu untuk dikoar-koarkan agar ketradisionalan kuliner Lampung bangkit kembali.

Selamat berwisata kuliner. ;-)

42 comments

  1. Wah itu pindang baung salah satu kuliner favorit saya apa lg dgn lalap jolang jaling semacam jengkol kas lampung hehe :-) ikan endemik sumsel kususnya sungai sepeti di way seputih dilampung tengah memang sdh cukup sulit mendapatkannya.. Oyah klu kelampung lg coba kuliner pindang meranjat kepala simba di RM IKA di Hanura.. Sensasi selain rasa ajib nya besarnya pindang kepala simba bisa sebesar mangkok ukuran sangat besar :-D kadang saya menyerah menghabiskannya meski sdh dibantu teman hehe

  2. sebagai orang Palembang yang tinggal di Jakarta, saya suka kalau lagi dinas ke Lampung atau Jambi karena makanan yang biasa saya jumpai di Palembang bisa saya temui di kedua kota itu..

  3. Halim, aku baru bangun tidur sehabis shift malam, dan langsung baca ini pas lagi lapar-laparnya. Duuh, pengen langsung makan aja bawaannya. Tapi kantinnya baru buka jam 5 sore. Tanggungjawab hayoo! :-D

    Ngomong-ngomong iya tuh, aku penasaran banget sama sesuatu yang benar-benar khas Lampung. Sepertinya ini salah satu propinsi yang kekayaan aslinya kalah dibandingkan bawaan pendatang. Beberapa teman dari Lampung pun, kebanyakan bukan penduduk asli sana. Jadi kalau aku Tanya bahasa asli atau masakan khas nya, mereka tergagap.

    Thanks buat review singkatnya Lim, paling nggak kalau nanti ada rejeki bisa main ke Lampung, aku tau harus makan apa, dimana dan sama siapa … eh lupakanlah point yang terakhir :-D

    • Jadi sudah makan apa di kantin? Ada pindang patin nggak? Hihi.

      Kondisi serupa dengan Bandar Lpung menimpa Pulau Sumba, pas berkunjung ke sana nyaris nggak nemu kuliner tradisional Sumba padahal hasil buminya eksotis semua. Usut punya usut ternyata mereka minder, malu dengan pendatang sehingga ikut-ikutan masakan yang dibawa pendatang biar pe-de. Sayang banget…

      • Ada sih pindang patin di sini kadang-kadang. Cuma aku gak terlalu suka.

        Wah sayang banget yaaa? Padahal justru seharusnya mereka gak perlu minder, karena kita datang kesana justru pengen coba kuliner setempat. Perlu di-encourage nih dunia perkulineran Sumba dan Lampung.

  4. Siap mas ali.. klupun tak sempat mengantarkan ke RM IKA dihanura, digubuk saya pun bisa istri saya jago bt masakin pindang meranjat karna istri Asli Orang SumSel, Komering tepatnya :-D

  5. Kalo mau cari tempoyak mah di pasar biasanya. Tapi aku kurang tau sih, soalnya kalau di rumah pasti ada di kulkas. Jadi entah itu beli atau gimana, soalnya ga mungkin bikin sendiri.

    Tapi setahunya bisa didapet di pasar2.

  6. Lagipula kalo emang mau masakan kuliner aslinya jangan ke Rumah makan mas, kalau punya kenalan orang Lampung asli baru bisa ngerasain makanan khas Lampung. Paling umum biasanya pindang ikan, seruwit, pepes ikan. Pokoknya berbau ikan, soalnya orang Lampung asli makanan pokoknya ikan. Kalau mau cari rumah makan atau restoran kuliner khas Lampung di Balam mah susaahhh, jarang ada orang lampung usaha rumah makan.

    Kalo Mas ke Daerah Tulang Bawang baru bisa ketemu banyak rumah makan khas Lampung. Kalo memang mau cari khas lampung mungkin bisa ke Teluk aja, kan ada toko2 makanan khas lampung kayak kue lapis legit atau keripik pisang.

    • Keripik pisang saya kategorikan oleh-oleh bukan makanan khas :-)
      Mantap deh infonya, bbrp teman BandarLampung juga info di Pesisir dan Tulang Bawang masih banyak kuliner asli Lampung. Ini tulisan kan masih bahas kuliner di Bandar Lampung hehe. Makasih infonya, mbak Annie :-)

    • Kemarin pas di Dapoer Tatu ada menu seruit juga, tapi nggak pesan karena telat tahu kalau ada menu tersebut. Di waktu yang sama malah dibikinin khusus ama salah satu teman yang kelahiran Lampung, jadi tahu deh apa itu nyeruit dan hasilnya enakkkk hehehe

  7. Dulu saya ke Lampung dan makannya di warung tegal dan rumah makan Surabaya, di Metro :hehe :peace. Iya, kuliner khas Lampung pastinya ada, menunggu untuk dieksplorasi dan dilestarikan. Soalnya sejauh ini yang saya bilang makanan khas sana itu ya… keripik pisang yang berbubuk macam-macam, ada coklat, keju, durian… (keripik pisang rasa durian :hihi). Kalau ke Lampung lagi, ajak-ajak dong Mas, siapa tahu waktunya tepat :hehe.

    • Keripik pisang yang gula bubuknya manis pake banget itu ya, siap-siap kadar gula darah naik kalo nyemil berbungkus-bungkus :-D Pertama kali ke Bandar Lampung juga penasaran dengan rasa keripik pisang, tapi di trip berikutnya lebih pilih beli lempok durian Lampung yang asli dan rasanya lebih khas Lampung dibanding lainnya :-)

  8. fix berhasil bikin perut gue keroncongan ;(

    jgn lupa mampir ke blog alay aku ya kak di http://www.travellingaddict.com

    • Iyaa kuah Pindang Baung yang kemarin itu masih kerasa sedapnya di lidah aja sampai sekarang. Next trip kudu makan rame-rame di Bakso Sony biar nambah daftar kulineran di Bandar Lampungnya, Tante Ev :-D

  9. Dari sekian banyaknya makanan khas Lampung yang paling buat ngiler itu pndangnya, baik ikan pindan pati atau pun ikan pindang baungnya, kalau di Jakarta agak sulit nayrinya, coba kemarin di bungkus y. ha,,, ha,,, ha,,

  10. Eanak banget nih makan Lampung, tapi aku lebih suka dengan sup pindangnya, karena susah di cari kalau di Jkarta hanya ada beberapa tempat saja. Coba kemarin kita bungkus ya Lim ? ha,, ha,, ha,,,

    • Solo juga susah cari ikan pindang, adapun cuma di restoran tertentu yang harganya mahal banget hiks. Betner nih sekarang jadi nyesel nggak bungkus bawa pulang ke rumah, pingin bungkus satu toples isi tempoyak juga :-D :-D

  11. Tampilan blogmu jadi keceh Koh. Btw, kuliner Lampung paling yummy ya pindang baung itu. Aku sampe nambah kalau makan itu pas ke Lampung. Kalo bakso sony sih enak juga, cuma kan di Nganjuk sama Malang banyak :)

    • Bakso Sony kres kres e terasa beda ama bakso Malang, ntah pas cabang yg kumasuki bikin bakso yg murni daging atau memang semua cabang kerasa baksonya daging banget nggak campuran tepung hehe.

  12. jadi keingat lebaran di rumah temen yang asalnya dari lampung. nikmati ketoprak sayurnya yang enak ditambah pempek buatan sendiri yang harum banget.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s