Motor tanpa plat nomor kendaraan yang saya sewa dua hari sebelumnya sudah terisi bensin penuh. Bekal makan siang berupa nasi kuning yang dijual di warung pinggir jalan menuju Pelabuhan Tenau juga sudah dibeli. Tinggal menunggu kapal berlayar menuju pulau seberang setelah membayar tiket masuk pelabuhan sebesar 1.500 per orang.
Setengah jam kemudian kapal mulai dipenuhi oleh tas, kardus-kardus isi sembako, hingga sepeda motor milik penumpang-penumpang yang akan menyeberang ke pulau. Sesaat kemudian senyum awak kapal merekah, mengode satu-persatu penumpang agar segera naik ke kapalnya, tanda kapal siap diberangkatkan.
Segaris daratan yang terlihat dari Pelabuhan Tenau itu bernama Pulau Semau. Pulau yang terletak di Kabupaten Kupang sebelah barat Kota Kupang merupakan pulau cukup besar dengan banyak obyek menarik, sebut saja pantai-pantai berpasir putih, goa semacam Goa Kristal, dan petualangan!
Waktu tempuh dari Pelabuhan Tenau menuju Pelabuhan Onan Batu di Semau sekitar tiga puluh menit saja ( tarif untuk dua orang + satu sepeda motor 50.000 rupiah ) dengan ombak laut yang cukup bersahabat waktu itu. Sesampainya di Pelabuhan Onan Batu, nahkoda dan awak kapal mulai menurunkan sepeda motor dengan cara yang bikin ketar-ketir sama seperti saat menaikkannya ke atas kapal di Pelabuhan Tenau. Tidak ada jembatan, tangga kayu atau papan khusus di kedua pelabuhan, sehingga mereka harus mengangkat sepeda motor dengan hati-hati. Salah langkah entah apa yang akan terjadi. Untung kalau hanya tergores, kalau nyemplung ke laut? Entahlah…
Keluar dari pelabuhan disambut jalan tanah menyusul jalan beraspal mulus dengan rumah penduduk di kanan kirinya. Teman yang duduk di belakang saya lebih percaya dengan jalur yang tertera di GoogleMaps alias peta-sok-tahu-segalanya dari telepon genggamnya. Sehingga kami mencoba percaya dan mengikuti jalur yang digambarkan.
Peta-sok-tahu-segalanya mengambarkan sebuah jalan pintas yang bisa mempersingkat waktu tempuh. Kenyataannya, jalan yang harus dilewati masih berupa jalan setapak tengah hutan kering yang dipenuhi oleh deretan pohon sejenis asem berduri tajam. Kadang menerobos semak belukar, menerobos sungai kering, sesekali menekan rem kaki secara dadakan untuk mengindari batu besar di depan. Jalur off-road, kawan!
Tidak terlihat satupun rumah penduduk membuat saya sedikit parno. Amit-amit kalau sampai ban bocor di tengah jalan. Di tengah kepanikan tersebut ada pemandangan tak terduga yang ditemui di sepanjang jalan. Seperti danau yang entah apa namanya karena berpergian tanpa didampingi penduduk lokal, dan kabar baiknya peta-sok-tahu-segalanya belum mencatat namanya.
Mesin sepeda motor langsung dimatikan setelah melihat sosok manusia di tengah hutan. Saya langsung menghampiri dan menanyakan kepastian arah menuju Goa Letbaun ke seorang bapak yang tengah menyadap pohon Lontar. Tak disangka setelah selesai memberikan jawaban, si bapak menawarkan hasil sadapannya yang masih berada di dalam wadah daun lontar kering untuk diminum.
Istrinya pun tersenyum, tidak keberatan melihat perbuatan baik suaminya. Ahh air sadapan Lontar yang manis dan menyegarkan. Pelepas dahaga dan kearifan lokal yang tidak akan didapat jika mata saya ikut disibukkan dengan kegiatan melototi layar peta-sok-tahu-segalanya.
Setelah sekian menit off-road ngawur menerobos hutan belantara, akhirnya roda sepeda motor sewaan bisa melaju dengan tenang di jalan beraspal mulus. Menapaki jalan yang seharusnya dilewati kendaraan beroda. Adrenalin perlahan menurun apalagi mata berulang kali disuguhi hamparan padang rumput kering yang dihiasi batu karang berwarna kehitaman. Disusul pemandangan sepasang kuda yang berteduh di sebuah pohon rimbun dan keindahan yang lain.
Ada beberapa obyek cantik yang saya dan kawan saya sempat kunjungi selama seharian menelusuri sisi demi sisi Pulau Semau. Sebut saja Pantai Letbaun, Pantai Otan, Pantai Onanbalu dan pantai-pantai kecil yang sayangnya tidak sempat menanyakan namanya ke penduduk lokal.
Semuanya menawarkan keindahan khas Timor, tapi sepi turis. Sepertinya para turis yang terbang ke Pulau Timor lebih tergiur dengan ombak besar di Pulau Rote ketimbang Pulau Semau yang menawarkan kesunyian. Ketiadaan homestay yang mumpuni mengharuskan wisatawan yang hendak bermalam disarankan menumpang di rumah warga. Begitupun dengan kebutuhan perut harus bergantung dengan kebaikan pemilik rumah karena ketiadaan warung makan. Terdengar menyusahkan bagi wisatawan manja kan?
Setelah setengah puas melihat pantai-pantai cantik Semau, mau tidak mau harus mengejar waktu agar tiba di Pelabuhan Tenau sebelum matahari tengelam. Tidak ada rencana bermalam mengingat masih ada rentetan rencana yang harus dijalankan di hari berikutnya.
Ketakutan akan waktu dan keterikatan oleh rencana membuat “setengah puas” ini menunggu waktu yang tepat untuk dihilangkan perlahan. Kembali lagi dan menikmati sepuas-puasnya Pulau Semau tanpa bantuan peta-sok-tahu-segalanya melainkan GPS ( Gunakan Penduduk Setempat ) sepertinya terdengar lebih baik. ;-)
kangen ntt…. ah kangen lho yg gersang2an dan pantai indah
LikeLike
Tahun depan NTT yuk, tapi… tanpa ikatan waktu. Mau? :-P
LikeLike
Entah kenapa habis baca ini aku merasa mesti belajar supaya makin lihai naik motor, terutama di medan-medan offroad. Habis itu keluyuran ke NTT dan blusukan di sana tanpa takut kena tilang karena ngga punya SIM. :D
Eh, ongkos naik kapalnya berapa Lim?
LikeLike
Sepeda lipat mungkin bisa diboyong sampai NTT, Wi hehehe
Oh iya lupa kasih info tarif kapalnya, kemarin satu motor plus dua manusia dikenai biaya 50.000 rupiah. Kalau nyeberang orang aja cuma bayar 15.000 rupiah. :-)
LikeLike
Petualangan di jalan off road itu memang mengesankan, mesti kadang dag dig dug dhuer kalau tanjakan dan turunannya terlalu tajam terus di tempat yang sama aspalnya sudah tinggal kerikil yang jatuh-able dan terperosok-able banget, belum lagi duri sepanjang jalan yang menggores kaki dan babi hutan yang tiba-tiba muncul entah dari mana *malah curhat*. Tapi, tapi, perjuangan akan sepadan dengan hasil, itu yang saya akui, jadi pantai di sana menurut saya pasti berpanorama kelas satu :)).
Waa gersangnya mirip-mirip beberapa titik di Gunung Tunak yang saya datangi kemarin :hehe. Mungkin karena NTB dan NTT sharing kode iklim Koppen yang sama kali yah. Ah, NTT… sampai sekarang masih jadi untoched land buat saya. Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa ke sana :)).
LikeLike
Seninya off-road memang full petualang banget, meski di akhir baru kerasa badan pegel banget padahal cuma berkendara satu jam di jalan ( anjrut-anjrutan ), trus tangan jadi setengah mati rasa kelamaan genggam stang motor hahaha.
Dari NTB cuma sekali nyeberang pakai kapal atau ferry udah sampe NTT loh, Gara. Ayo cepet nyeberang ke NTT :-P
LikeLiked by 1 person
Iya, megang stang motornya mesti kuat-kuat supaya tidak tergelincir atau terperosok :haha.
Siiip, sudah diniatkan, pasti ada jalan untuk bisa ke sana :hehe :amin.
LikeLike
Hahaha Google Maps emang demen banget kasih jalur alternatif antah berantah :D Duh, pulau Semau, aku kan mengunjungimu next time! Btw emang gak masalah ya bawa motor tanpa plat nomor?
LikeLike
Pulau Semau cakep banget, batal ke Rote lumayanlah sempet ke pulau ini, meski kurang puas, pingin meneguk air sadapan Lontar lagi…
Pas seliwar seliwer di kota ternyata nampak beberapa sepeda motor yang belum punya nomor plat juga. Stock belum dikirim dari Jawa, jadi polisinya maklum #diiyainaja :-P
LikeLike
akhirnya ke kupang juga ya halim jd beta rindu dong kupang
LikeLike
Pulau utama NTT yang akhirnya kukunjungi setelah Flores dan Sumba. Tapi masih kurang lama nih, belum sempat mlipir ke Atambua dan Dilli seperti dirimu, Win hehe
LikeLike
aku malahan belum ke sumba halim. u ke pulau kera gk?
LikeLike
Nggak sempat ke Pulau Kera, Win. Banyak obyek dekat Kota Kupang yang belum dipijak, ada alasan balik ke sana lagi nih hehe
LikeLike
Punya sodara di NTT tapi belum pernah ke sana, duuuhh aku nih ngapain aja siihh…harus segera ke sana deh ini, sirik liat foto-fotonya.
LikeLike
NTT di pulau mana, Dit? Sapa tahu daku bisa ikut nebeng sekalian kalo dirimu pergi liburan rame-rame #ngarep, kalo hanimun ama misua ya daku nggak jd nebeng wes hahaha
LikeLike
Ruteng tu pulau mana ya kak? Hahaha maap gak apal peta 😂😂 gak hanimun lah kalo ke rumah sodara maaah, rame2 aja yuk ke sana 😉
LikeLike
Ruteng itu di Flores, dari Labuan Bajo ke timur 3-4 jam perjalanan. Pernah ke sana bbrp tahun lalu dan tempatnya dataran tinggi duinginnn, ahh jd pingin seruput kopi hahaha
LikeLike
Aku makin seneng mampir ke postingan2mu, Lim!
Pengalaman kalian seru banget! Dan 2x ke NTT, aku belum pernah ke sini sama sekali #Duh
*menunggu postingan selanjutnya*
LikeLike
Disuruh menetap di Kupang pun aku gelem, moso dirimu nggak mau tinggal lama di sana, mbak Dian? Tukang dempul masih jarang loh #malahnantang hihihi
LikeLike
Beta sonde bisa lama2 di sana. Nanti yang di Jawa kangen #EhiniBahasKeluargaLhoLim
LikeLike
Nah lain kali itu foto yang di atas harus difoto lagi tapi dengan memasukkan kamera ke dalam air ditanggung dapet pemandangan bawah laut yang bagus. Sampai sekarang aku juga belum tau kawasan terumbu karang yang indah yang disebut dengan kawasan Beatrix, katanya bagus banget… Hayo kapan kesini lagi
LikeLike
Kemarin ada niat nyemplungin kamera underwater tapi kapalnya bergerak cepat, next time mesti cari spot bagus buat snorkeling di Semau hehehe.
Pinginnya tahun depan jelajah total semua kota dan desa menarik di pulau-pulau NTT… Kalo mo ke sana kabar-kabar ya mas Baktiar :-D
LikeLike
Bener deh Mas Halim ini si Bolang, tempat yang sama sekali belum diaspal pun dijajah… Wah wah…
Btw, seru juga ya naik perahu gituan sambil ada muatan motornya. Serem pasti ya? Eh, seru deng hehehe
LikeLiked by 1 person
Sebelum berangkat teman yang iming-imingi keindahan Semau, gambar pantai-pantai yang masih bersih karena belum terlalu banyak sampah yang dibawa oleh turis. Langsung deh tancapkan niat ke sana meski dihadang jalan yang belum mulus, tetap gas pol. Seruuu! Mesti ke sini, Bay :-D
LikeLike
Bawa tenda sakjane Mas, nginap semalam :D
LikeLike
Lebih seru nginap di rumah penduduk, bisa ngobrol banyak sama mereka to ;-)
LikeLike
Iya, tergantung misinya. Kalau ingin berbaur ya di rumah penduduk. Tapi kalau untuk suasana privasi ya menyepi.
LikeLike
Penasaran sama Matahari di Semau. Panasan mana ya sama matahari di Aceh? Itu motor bisa sewa dari daratan lah ya?
LikeLike
Kemarin datang pas angin lagi kencang jadi panasnya nggak secetar biasanya hehe. Motornya sewa di kota Kupang terlebih dahulu lalu bawa nyeberang ke pulau, kak Citra :-)
LikeLike
baguuuss.. baru tau ternyata pohon lontar modelnya begitu hehehe
LikeLike
Sadapan pohon lontarnya juga enak dan menyegarkan. Mesti coba kalo suatu hari menemukannya :-)
LikeLike
Wah udah nyampai Kupang aja. Baru dengar nama2 pulaunya. Kelihatan kering ya pulaunya tapi jadi bagus difoto hehe
LikeLike
Pantainya keren semua Vel. Tunggu tulisan tentang keindahan pantainya yah ;-)
LikeLike
keren juga nih pulau semau, kemana aja aku kok baru tau nih pulau keren haha foto2nya juga keren :D
LikeLike
Terima kasih, kawan. Semoga jadi penasaran dengan Semau hehe
LikeLike
kalau lihat pohon lontar jadi ingat sasando, ini bener yang dibikin sasando ya?
LikeLike
Betul, alat musik sasando dibuat dari daun lontar yang dikeringkan. Seperti wadah sadapan yang kupasang di atas kurang lebih bentuknya :-)
LikeLike
fotonya bagus-bagus, seneng liatnya. :)
semoga bisa nyusul ke Kupang!
LikeLike
Makasih pujiannya, kak Yuki… eike jadi maluu >.<
Jakarta-Kupang deket, cuma sekali jalan nyampe. Tapi kalo mo ke sana ajak-ajak ya hihihi
LikeLike
hahaha, boleh boleh! asyik banget kalau bisa trip bareng, ya! :)
LikeLiked by 1 person
Semau, Kupang, Boti dan banyak lagi. Next time as soon as possible
kalo kesana lagi ajak2 dong kaka :D
LikeLike
Belum sempat berkunjung ke Boti dan Bena. Bolehlah nanti kita rencanakan rame-rame, mbak Ainun :-)
LikeLike
Lim, misale aku gak kepingin ke sini gitu pantes gak sih? Gak pantes ya? Yowis, aku kepingin ke sini aja deh. HAHHAHAHA…
*lha piye, nyetir motor ae aku oraiso loh hiks*
LikeLike
Kudu mrono… yen iso bawain segalon air sadapan lontar e buat oleh-olehku hahaha. Soal motor bisa sewa ojek seharian di Pulau Semau. Mereka biasa mangkal di pelabuhan dan siap sedia antar pengunjung keliling pulau ;-)
LikeLike
Wow. Siap antar! Kui sing sip!!
Eh sadapan lontar rasane piye?
LikeLike
Sadapan lontar itu rasane legi kaya legen gitu. Seger banget. Di Kota Kupang ada yang difermentasi jadi semacam tuak, sayange wingi gak sempet coba yang udah difermentasi iki hahaha
LikeLike
Wooow.. Opo gak enek sing dodol dalam bentuk kemasan ngono Lim? Mestine akeh yaaa..
LikeLike
waw itu perjalanannya cukup lama ya, kalau nginep dimana ya ? rumah warga ?
semoga bisa jalan2 ketempat ini nanti :D
LikeLike
Waktu tempuh menyeberang ke Pulau Semau tidak lama, hanya setengah jam saja. Pulau lumayan besar dan banyak obyek menarik sehingga tidak cukup seharian keliling pulau hehe. Iya kalau mau bermalam ada baiknya nginap di rumah warga atau mau pasang tenda di dekat pantai juga bisa :-)
LikeLike
Halo mas! salam kenal lho. Saya Sam… kalau ke NTT ajak2 bisa kali ya *serius*
Saya lagi naksir sama pulau padar n danau kelimutu..
LikeLike
Halo Sam, salam kenal juga. Ntar kalo saya mau traveling ke NTT lagi bakal sebar infonya (via email yah) :-)
LikeLike
Wah baru tau nih ada pulau semau, bisa di jadikan next destination nih
LikeLiked by 1 person
Pulau Semau menarik untuk dikunjungi. Alternatif jika ingin menyeberang ke pulau sepi tapi punya waktu terbatas di Kupang :-)
LikeLike
Hahaha!!
Jadi inget dulu sepeda motoran demi mengejar sunset di pantai Puru Kambera haha! Kl dulu sih lbh ke persoalan bensin yak! ;-)
LikeLiked by 1 person
Bensin hampir habis, nggak ada lampu jalan, plus ditakut-takutin kalo banyak penduduk lokal yang asal nyelonong dari semak-semak hahaha. Ehh jadi pingin motoran lagi di Sumba secara jalan masuk ke pantai-pantainya bisa diakses sepeda motor, kecuali Tarimbang :-P
LikeLike