Rumah Terakhir Sang Proklamator

Tumbuh kembang pada masa pemerintahan orde baru memberikan warna-warni tentang sejarah masa lalu Indonesia. Kegelapan yang menyelimuti tanah air pada tahun 1998 meninggalkan borok yang susah dilupakan. Perlahan menghapus efek dari cuci otak yang diterapkan oleh orde baru selama puluhan tahun.

Larangan berpendapat tentang politik mulai diabaikan, pengikisan cerita sejarah tokoh minoritas yang ikut berjuang pasa masa pra kemerdekaan mulai dikuak. Kisah para jenderal “korban” gestapu yang ditonjolkan selama puluhan tahun mulai dipertanyakan. Citra buruk para saksi hidup yang terlibat dalam PKI atau Partai Komunis Indonesia mulai diluruskan.

Akibat alasan sejarah masa lalu yang dibuat kabur itulah yang membuat saya tidak terlalu mengenal sosok Sang Proklamator, Ir Soekarno. Hanya ada buku sejarah di sekolah yang membanggakan presiden orde baru, hanya ada bayangan bapak pembangunan bernama Soeharto yang diceritakan berjasa dalam membangun negeri selama beliau menjabat beberapa periode ( baca : tiga puluh satu tahun menjadi presiden RI ).

Rasa penasaran terhadap sosok Ir Soekarno, selanjutnya saya sebut Bung Karno, terjawab sedikit demi sedikit setelah menelaah buku-buku yang mengisahkan kehidupan politik serta pribadinya. Hingga akhirnya saya meluangkan waktu untuk melihat lebih dekat rumah terakhir Bung Karno di Kota Blitar.

Makam Bung Karno
Makam Bung Karno

Berkunjung pada hari biasa bukan weekend memberikan ketenangan dan kekhusyukan saat ziarah. Hanya ada segerombol anak-anak dari salah satu sekolah di Jawa Timur yang hendak menyekar kompleks Makam Bung Karno. Sebelum masuk ke dalam, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu di pos penjagaan dan membayar retribusi secara sukarela. Kebijakan tempat ziarah yang sedikit membuat canggung.

Makam Bung Karno diapit oleh makam ibunya, Ny Ida Aju Njoman Rai yang wafat pada tanggal 12 September 1958, dan ayahnya R. Soekeni Sosrodihardjo yang wafat pada tanggal 8 Mei 1945. Nisan kedua orang tuanya hanya berbahan marmer, sedangkan nisan Sang Proklamator berbahan pualam hitam yang bertuliskan :

Di sini dimakamkan
Bung Karno
Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia
Lahir 6 Juni 1901
Wafat 21 Juni 1970

Penyambung Lidah Rakyat

Atas perintah Soeharto lah, Bung Karno dimakamkan di Blitar dengan maksud agar berdampingan dengan kedua orang tuanya. Bertentangan dengan permintaan terakhir Bung Karno sebelum ajal menjemputnya yang menginginkan dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor. Muncul pro dan kontra. Ada yang berbisik lirih bahwa Soeharto takut rakyat tidak bisa move on jika makam diletakkan dekat ibukota. Kelak bertolak belakang dengan Astana Giri Bangun milik Soeharto yang dibangun lebih megah di atas sebuah bukit di kabupaten Karanganyar, tepat di bawah kompleks makam para praja Pura Mangkunegaran.

Sang Proklamator
Sang Proklamator
generasi muda yang mau belajar tentang masa lalu
generasi muda yang mau belajar tentang masa lalu

Dokumentasi dan beberapa buku yang menuliskan sejarah, ilmu politik yang dikembangkan oleh Bung Karno tersimpan rapi di Perpustakaan dan Museum Bung Karno yang terletak di sebelah selatan kompleks makam. Memang belum menjadi sebuah museum bertaraf internasional seorang mantan presiden yang dipenuhi ragam koleksi beliau yang hingga kini masih tersebar di seluruh pelosok negeri. Namun tak ada salahnya meluangkan sedikit waktu melihat gambar-gambar masa kecil hingga detik terakhir Bung Karno sebelum penyakit menggerogoti tubuhnya sejak tahun 1965 hingga 1970.

Sedalam dan segelap apapun sejarah dikaburkan, pada akhirnya akan muncul pembenaran yang mungkin membuat generasi penerus bergidik akan kejamnya politik sebuah negara, atau mungkin menjadi generasi yang terus mengikuti arus akibat kebobrokan sebuah pikiran dan perkataan sesat seseorang…

Cheers and peace.😉

33 comments

    • Nggak afdol kalau hanya melihat patung lilin tapi belum berkunjung ke rumah masa kecil dan makam beliau di Blitar hehehe. Ntar sekalian melipir ke Jombang berkunjung ke Trowulan biar perjalanan makin asyik😀

      Like

  1. Akhir-akhir ini saya mulai sering membaca buku-buku tentang Bung Karno. Buku-buku yang menguak tabir yang selama ini nyaris menutup rapat peran Bung Karno pada masanya. Ditelantarkan oleh The Smiling General di akhir hayatnya, dikaburkan jejak sejarahnya, membuat saya sadar bahwa saya selama ini dibodohi dengan paradigma-paradigma masa orba. Sehabis membaca buku-buku Bung Karno kadang ingin menangis, iba dengannya.

    Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, walau tak pernah hidup pada zamannya, saya bulat menganggap Bung Karno, bersama Bung Hatta, adalah bapak bangsa terbaik di antara presiden-presiden penggantinya. Bung Harto? Maaf, tidak bagi saya😦

    Liked by 1 person

    • Buku-buku bertuliskan tentang Bung Karno dari sudut pandang pahlawan serta aktivis nasional yang lain juga menarik dibaca. Bisa lihat kelemahan dan juga pandangan luas beliau yang terbilang luar biasa di zamannya. Sayang kelemahannya dimanfaatkan oleh musuh dalam selimutnya…

      Like

  2. Semua orang di keluarga saya sudah mengunjungi tempat ini kecuali saya :haha. Ah, di ekspedisi ke Blitar nanti semoga saya bisa menyesap jejak dan semangat beliau tatkala bertandang ke tempat ini. Tak sabar rasanya menunggu hari itu tiba! Jujur, menurut saya Blitar ini menyimpan sungguh banyak tempat wisata tapi banyak yang belum terekspos :hehe.

    Liked by 1 person

    • Boleh dibilang Blitar punya semua sektor wisata yang mumpuni, mulai dari sejarah kerajaan, kisah Sang Proklamator, alam indah yang terletak di kaki Gunung Kelud. Semua menunggu untuk diperkenalkan:-)

      Liked by 1 person

      • Yap, setuju! Semakin dikulik memang Blitar ini makin banyak objek wisata misteriusnya. Jangan-jangan di sana seperti di Batu juga, setiap dusun punya punden :)). Tak sabar aku oh tak sabaar :huhu.

        Like

  3. Walaupun tinggal gak jauh dari Blitar, aku gak pernah jenguk makam bung Karno. Tapi biarpun gak sesuai keinginan almarhum, ekonomi dan pariwisata Blitar pasti terkena dampak positif dari adanya makam ini.

    Like

  4. Sama kayak mba Cece, sebagai org Jatim tp gak pernah explore Blitar aku merasa gagal. Kemana aja aku selama iniiii

    Like

  5. Konon sejarah dibuat oleh mereka yg berkuasa. Dan Bung Karno terlempar dari kekuasaanya sehingga sejarahnya dituliskan orang lain:)

    Like

    • Begitu seterusnya sampai sekarang ya hehehe. Presiden yang akan selesai masa jabatannya juga sedikit dicemarkan nama baiknya oleh tim sakses calon presiden baru😀

      Like

  6. Mampir ke rumahnya nggak tuh mas? Kan ada tuh rumah yang pernah ditinggalin Soekarno di sekitar situ? Hehe

    Like

  7. ayo tulis masukkin majalah Lim, ada yg butuh artikel mengenai Indonesia bulan agustus ini, ctc me for details ya, asap:)

    Like

  8. Merinding baca kalimat di poster pada gambar pertama. Itu amanat banget …

    Aku baru tau kalau ternyata ada bangunan-bangunan lain selain pusara di kompleks makam Ir Soekarno ini. By the way ini kompleks makam keluarga kah?

    Like

    • Kompleks makam hanya diisi oleh Bung Karno, dan kedua orang tuanya saja, tidak ada makam dari sanak saudara lain:-)
      Blitar punya banyak peninggalan bersejarah, bangunan tua peninggalan kolonial dan hotel tua bernama Tugu juga legendaris banget hehe

      Liked by 1 person

  9. wahh.. makamnya udah rapi dan modern ya..
    dulu kesana pas pertengahan tahun 90-an..
    *kelamaan gak main ke Blitar!*
    wkwkwkwk..

    Like

  10. Aku pernah ke sini saat masih belum suka sejarah, saat masih belum suka jalan-jalan, saat masih piyik, yaitu saat masih SD! Gak ingat lagi gimana suasana di sini. Hahaha..

    Like

  11. Satu lagi tempat yang harus didatangi nih. Aku mulai tertarik dengan Bung Karno pas dapat salah satu buku tentang beliau. Sayang nggak sempat cari tahu lebih banyak dan jadi lupa malah.

    Like

  12. Yap, memang selama ini kita sudah didikte untuk mengerti arti proklamasi dalam sudut pandang orde baru.
    masih teringat jelas ketika malam 30 september, tvri selalu menyiarkan film dokumnetasi bagaimana kejamnya PKI terhadap para panglima TNI pada saat itu, terlihat jelas bagaimana peran soekarno turut andil dibalik tragedi tersebut.

    Sepatutnya kita saat ini lebih selektif dalam belajar tentang sejarah.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s