Kota Pekalongan yang tidak memiliki dataran tinggi dan garis pantai yang luas sadar akan kekurangan wisata alam yang dimilikinya. Bertahan dengan kecintaan warga terhadap kotanya sendiri serta terus berusaha menemukan cara efektif untuk menyebarkan informasi kemegahan bangunan yang tatkala diremehkan banyak orang.
Antusias masyarakat terhadap batik yang sudah ditetapkan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO sejak tahun 2009 sudah membuat pemerintah Kota Pekalongan memperluas obyek wisata shopping.
Penyebaran pengunjung yang hendak berbelanja batik tidak lagi berkumpul di satu titik Kampung Kauman yang terletak di belakang Masjid Al’Jami saja, mereka sudah diarahkan ke Kampung Pesindon yang diresmikan sebagai kampung batik sejak tahun 2011.
Workshop di beberapa rumah batik Kampung Pesindon dibuka bagi yang tertarik untuk melihat proses pembuatan batik yang rumit. Para juragan mulai blak-blakan dengan rahasia dapur meski terkadang aksi para pengunjung sedikit mengganggu aktivitas pekerja.
Jangan lagi mengeluh dan menanyakan alasan harga mahal selembar batik setelah menyaksikan sendiri proses membatik yang dilakukan oleh para pengrajin di kampung batik.
Perlahan tapi pasti pemerintah kota juga mulai mengemas acara seni dan budaya yang mampu mengundang minat calon wisatawan lewat sanggar seni yang dimiliki oleh Pekalongan. Sanggar Cahyo Kedaton ( kisahnya baca di sini ) salah satu yang berhasil diangkat dan akan menyusul keberhasilan dari sanggar-sanggar yang lain.
Tanpa promosi yang gencar, kuliner khas Pekalongan seperti Garang Asem “H Masduki” di Jalan Jend Sudirman 169, Pekalongan mampu menarik perhatian pengunjung yang singgah. Perpaduan rasa asam dari belimbing wuluh dan kaldu dading sapi ditambah rempah dan keluwak yang mengakibatkan kuahnya berwarna gelap digemari para pemburu kuliner.
Selain batik, kuliner dan sanggar seni, lambat laun bangunan bersejarah yang berada di kawasan Jetayu seperti Museum Pekalongan ( selengkapnya klik di sini ), sekitar alun-alun kota, Kauman dan kampung-kampung batik yang menyisakan rumah para saudagar pun mulai diperkenalkan.
Tentu memerlukan usaha ekstra dan kejelian untuk menumbuhkan ketertarikan pengunjung terhadap cagar budaya yang tersebar di kota. Memerlukan kesadaran dan kepedulian terhadap sejarah masa lampau agar mereka semakin dikenal banyak orang.
Menunggu waktu agar salah satu kota yang dipenuhi bangunan tua di Indonesia layak dianggap sebagai World Heritage Sites UNESCO – Historic Cities seperti beberapa kota di negeri seberang.
Cheers and peace…
Harusnya sih bisa ya kalau jadi kota yang punya wisata kota tua + batiknya. Kan kota tua di Pekalongab bangunannya masih relatif terawat dibanding kota tua di kota lainnya. Ya kan? Hehehe
LikeLike
Sepanjang jalan lihat banyak banget rumah tua yang sejauh ini masih terawat. Mumpung belum banyak bangunan tua yang hancur dan Pekalongan udah diresmikan sebagai Creative City dari UNESCO seharusnya pemerintah atau pihak berwajib mulai memberi pengarahan pentingnya menjaga heritage. Harusnya sih :-)
LikeLike
Nah bener bang, harusnya bisa. Mumpung bangunan tuanya masih pada kokoh dan banyak, selagi belum banyak orang rese yang mau ngeruntuhin ya hehe
LikeLiked by 1 person
Huhuh pengen ke pekalongan
*banyak pengennya*
LikeLike
Rencana awal Juni mo balik ke sana lagi, ikut yuk #sebarratjun :-D
LikeLike
Eksotis banget Siji Hotel itu, Mas Halim.
Yah aku takan mengeluh harga batik tulis yang mahal walau tetap saja telan ludah karena gak kebeli hehehe. .
LikeLike
Kebetulan kemarin nginap di sebelah Sidji hehe, dan jujur mata ijo pas lihat arsitektur rumah Sidji Hotel yang masih terawat hehe. Jadi pingin nginep sana pas balik ke Pekalongan lagi :-)
LikeLike
pingin ke tempat pengrajin batik.
motret2 gittuuuu *lirik dompet*
LikeLike
Bolehlah masuk ke workshop, nggak dilarang kok jepret sana-sini. Tapi usahakan beli selembar kain batiknya dulu di showroom yah *intip dompet* :-P
LikeLike
Kota kecil yang seru buat blusukannyari batik :D
LikeLike
Iya surga banget bagi emak-emak yang hobby belanja, ada puluhan showroom yang punya koleksi variasi harga dan motif. Udah pernah ke Pekalongan kah?
LikeLike
Adekku buka kedai kopi di Pekalongan jugaaa :D jadi sering ke sana hahaha
LikeLike
Kedai kopi yang sama dengan Solo? Mantap nih. Mampir cari icip-icip ahh :-)
LikeLike
potensi arsitektur dan budaya kita sangat layak menjadi situs warisan dunia tapi terkadang masyarakatya belum siap menerima tamu
LikeLike
Perlu badan khusus yang memberikan penyuluhan kepada penduduk yang daerahnya akan dijadikan tujuan wisata, sama halnya perlu menyiapkan penduduk pulau terpencil dalam hal mengelola sampah sebelum pulau tersebut diperkenalkan ke khalayak dan dijual sebagai “syurga”. Ehh tapi kata syurga kan tabu ya sekarang, ya udah diganti nirvana aja hahaha
LikeLike
Hhahhah biarkan dia membatasi imajinasi dengan mengharamkan kata surag… Yg jelas2 haram dalam agama aja tetap dia lakaukam, riyakkkk
LikeLike
Ternyata pekalongan memang keren bingit ya Lim. dan aku belum pernah ke sana *toyor diri sendiri*
LikeLike
Kudu sambangi Pekalongan, mbak Yus. Ada rencana bulan Juni mo balik ke sana lagi, barang kali mo join hihihi
LikeLike
Juni? Sik..sik semoga ada waktu luang. Tp pas puasaaa itu gak iso kulineran dong
LikeLike
Kalau saya dulu sempat ke Pekalongan tapi nggak ke sini. Malah ke kampung arab sama ke daerah pasar (ah lupa namanya…)
LikeLike
Nahh etnis Arab juga mendominasi dunia batik Pekalongan, jadi PR buat kulik sejarahnya juga :-)
Kemarin saya sempat lihat gambar rumah saudagar jugaran batik etnis Arab bersanding dengan gambar rumah saudagar etnis Tionghoa yang dipamerkan di Museum Batik Pekalongan. Pergaulan antar etnis di Pekalongan sendiri terlihat rukun banget, seolah tanpa cela.
LikeLiked by 1 person
sejak baca di media ada desainer adi busana yg kerjasama dgn pembatik lokal, kota ini bener2 bikin penasaran banget
LikeLike
Salah satu rumah industri batik Pekalongan juga sudah mengajak kerja sama anak mudah di Aceh untuk menciptakan motif baru Batik Aceh ( seperti ditulis di komentar artikel sebelumnya oleh Yudi – Hikayat Banda ). Institusi bisnis Pekalongan memang ciamik, semoga kinerja mereka bisa bertahan hingga dua generasi ke depan :-)
LikeLike
belum pernah ke pekalongan
LikeLike
Semoga Winny nggak kalap belanja pas di Pekalongan hihihi
LikeLike
iya murah kan ya
LikeLike
Aku mau garang asemnya yang sedep2 gimana gituh hihihi
LikeLike
Garang Asem Pekalongan seger dan khas Pekalongan banget, beda dengan garang asem di beberapa kota di Jawa Tengah :-)
LikeLike
Wah apik tenan pekalongan. Musti kesana
Jangan sungkan untuk mampir ke http://www.travellingaddict.com
LikeLike
Hayoklah ke Pekalongan. Kota tua yang punya banyak obyek wisata di tengah kotanya :-)
LikeLike
iya nih, masa negara tetangga aja bnyk bngunan2 tuanya yg msk dlm heritage sites unesco,di Indonesia malah sedikit.. org2 sini males merawat bangunan2 tua sih… -__-
aku lumayan suka ama batik pekalongan.. kesannya lbh berwarna :) Jd seger dan bikin srg kalap mata kalo beli ;p
LikeLiked by 1 person
Corak hias Batik Pekalongan bervariasi dan punya banyak pilihan warna cerah, beda dengan motif sogan dan pesisir seperti Lasem yg punya target pasar sendiri :-)
LikeLike
ciri khasnya halim…kalo nulis lengkapnya ngalahin wikiped…hahaha salut brooo
LikeLiked by 1 person
Ahh bisa aja lo hahaha. Nuwun bro :-D
LikeLike
lebih tertarik sama hotel sidji, sayang nggak dibikin satu artikel aja getuh, penasaran sama kamar dan fasilitasnya.
LikeLike
Next time semoga dapat rejeki dan kesempatan menginap di Sidji Hotel agar bisa mereview secara khusus :-)
LikeLike
Saya ngga pernah nawar drama kalau soal batik. Pernah melihat proses pembuatan dr awal bgttt. Njlimeteee pool.
Saya belum pernah ke Pekalongan. :D Padahal dekat, ya.
LikeLike
Banjarnegara ke Pekalongan itu uhmmm deket banget kakk… Ayo buruan tancap sanggul ke Pekalongan hehehe
LikeLike
mas, itu garang asem beneran yah? setau aku kalo penampakannya pake kaldu daging (gak pake santen) namanya asem asem :)
LikeLike
Garang Asem di Pekalongan perpaduan kultur, sehingga nampak seperti asem-asem namun kuahnya terasa seperti garang asem ayam yang kaldunya diganti kaldu daging sapi.
LikeLike
oh…kirain gak pake santan ;)
LikeLike
Satu lagi kota Pantura yang membuat saya takjub meski saya pribadi belum pernah ke sana :haha. Pastinya bangunan kolonial di sana lumayan banyak ya Mas, seperti kota-kota Pantura lainnya :hehe. Hotel Sidji itu mengingatkan saya akan sebuah bangunan di Surken Bogor yang langgam dan tampangnya mirip. Sayang satunya berbeda, yang satu dijadikan hotel dan yang satunya lagi terhimpir deretan ruko dalam kondisi berdebu karena tidak diperhatikan :huhu.
Syukurlah kaca patri itu masih terawat :)).
LikeLike
Peninggalan kejayaan masa lalu Pantura banyak banget yang bisa ditemukan, Gara. Sayang ekonomi maju di sebagian besar kota pantura membuat bangunan tua berkejaran dengan waktu menuju kehancuran.
Pas pertama kali lihat Sidji Hotel, hati ini udah bergetar, salut dengan pemiliknya yang sadar dengan potensi heritage di Pekalongan. Ini saya baru mau telusur jalur selatan Jawa yang katanya punya heritage lebih terjaga. :-)
LikeLiked by 1 person
Ya, masih ada yang menyisakan beberapa, meski memang kalau dipikir-pikir, dulu pasti lebih banyak dari yang tersisa saat ini ya, Mas :)).
Menurut saya kita harus berterima kasih dengan orang yang masih peduli dengan peninggalan masa lalu yang tersisa sekarang ya Mas :hehe.
Wow, jalur selatan! Mudah-mudahan, Mas, meski yang saya jumpai di Makam Dinger dan Garis Status Quo belum begitu bisa membuktikan demikian :)).
Tapi bagaimanapun, selamat menempuh perjalanan Mas, ditunggu ceritanya :hehe.
LikeLike
[…] gaambar: jejak-bocahilang.comBaca […]
LikeLike