Postcards from City of Batik

Kota Pekalongan yang tidak memiliki dataran tinggi dan garis pantai yang luas sadar akan kekurangan wisata alam yang dimilikinya. Bertahan dengan kecintaan warga terhadap kotanya sendiri serta terus berusaha menemukan cara efektif untuk menyebarkan informasi kemegahan bangunan yang tatkala diremehkan banyak orang.

Masjid Agung Al'Jami Pekalongan dibangun tahun 1852
Masjid Agung Al’Jami Pekalongan dibangun tahun 1852
becak Pekalongan
becak Pekalongan

Antusias masyarakat terhadap batik yang sudah ditetapkan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO sejak tahun 2009 sudah membuat pemerintah Kota Pekalongan memperluas obyek wisata shopping.

salah satu rumah tua di Pesindon
salah satu rumah tua di Pesindon

Penyebaran pengunjung yang hendak berbelanja batik tidak lagi berkumpul di satu titik Kampung Kauman yang terletak di belakang Masjid Al’Jami saja, mereka sudah diarahkan ke Kampung Pesindon yang diresmikan sebagai kampung batik sejak tahun 2011.

aksi fotografer di gang Kampung Pesindon
aksi fotografer di gang Kampung Pesindon

Workshop di beberapa rumah batik Kampung Pesindon dibuka bagi yang tertarik untuk melihat proses pembuatan batik yang rumit. Para juragan mulai blak-blakan dengan rahasia dapur meski terkadang aksi para pengunjung sedikit mengganggu aktivitas pekerja.

Jangan lagi mengeluh dan menanyakan alasan harga mahal selembar batik setelah menyaksikan sendiri proses membatik yang dilakukan oleh para pengrajin di kampung batik.

pengrajin batik tulis di rumah batik Larissa - Kampung Pesindon
pengrajin batik tulis di rumah batik Larissa – Kampung Pesindon

Perlahan tapi pasti pemerintah kota juga mulai mengemas acara seni dan budaya yang mampu mengundang minat calon wisatawan lewat sanggar seni yang dimiliki oleh Pekalongan. Sanggar Cahyo Kedaton ( kisahnya baca di sini ) salah satu yang berhasil diangkat dan akan menyusul keberhasilan dari sanggar-sanggar yang lain.

menunggu di sudut kampung Pesindon
menunggu di sudut kampung Pesindon

Tanpa promosi yang gencar, kuliner khas Pekalongan seperti Garang Asem “H Masduki” di Jalan Jend Sudirman 169, Pekalongan mampu menarik perhatian pengunjung yang singgah. Perpaduan rasa asam dari belimbing wuluh dan kaldu dading sapi ditambah rempah dan keluwak yang mengakibatkan kuahnya berwarna gelap digemari  para pemburu kuliner.

Garang Asem H Masduki - Pekalongan
Garang Asem H Masduki – Pekalongan

Selain batik, kuliner dan sanggar seni, lambat laun bangunan bersejarah yang berada di kawasan Jetayu seperti Museum Pekalongan ( selengkapnya klik di sini ), sekitar alun-alun kota, Kauman dan kampung-kampung batik yang menyisakan rumah para saudagar pun mulai diperkenalkan.

Sidji Hotel Pekalongan, salah satu hotel yang memanfaatkan cagar budaya
Sidji Hotel Pekalongan, salah satu hotel yang memanfaatkan cagar budaya

Tentu memerlukan usaha ekstra dan kejelian untuk menumbuhkan ketertarikan pengunjung terhadap cagar budaya yang tersebar di kota. Memerlukan kesadaran dan kepedulian terhadap sejarah masa lampau agar mereka semakin dikenal banyak orang.

patri kuno di Sidji Hotel Pekalongan
patri kuno di Sidji Hotel Pekalongan

Menunggu waktu agar salah satu kota yang dipenuhi bangunan tua di Indonesia layak dianggap sebagai World Heritage Sites UNESCO – Historic Cities seperti beberapa kota di negeri seberang.

Cheers and peace…

45 comments

  1. Harusnya sih bisa ya kalau jadi kota yang punya wisata kota tua + batiknya. Kan kota tua di Pekalongab bangunannya masih relatif terawat dibanding kota tua di kota lainnya. Ya kan? Hehehe

    Like

    • Sepanjang jalan lihat banyak banget rumah tua yang sejauh ini masih terawat. Mumpung belum banyak bangunan tua yang hancur dan Pekalongan udah diresmikan sebagai Creative City dari UNESCO seharusnya pemerintah atau pihak berwajib mulai memberi pengarahan pentingnya menjaga heritage. Harusnya sih :-)

      Like

      • Nah bener bang, harusnya bisa. Mumpung bangunan tuanya masih pada kokoh dan banyak, selagi belum banyak orang rese yang mau ngeruntuhin ya hehe

        Liked by 1 person

  2. Eksotis banget Siji Hotel itu, Mas Halim.
    Yah aku takan mengeluh harga batik tulis yang mahal walau tetap saja telan ludah karena gak kebeli hehehe. .

    Like

    • Kebetulan kemarin nginap di sebelah Sidji hehe, dan jujur mata ijo pas lihat arsitektur rumah Sidji Hotel yang masih terawat hehe. Jadi pingin nginep sana pas balik ke Pekalongan lagi :-)

      Like

  3. potensi arsitektur dan budaya kita sangat layak menjadi situs warisan dunia tapi terkadang masyarakatya belum siap menerima tamu

    Like

    • Perlu badan khusus yang memberikan penyuluhan kepada penduduk yang daerahnya akan dijadikan tujuan wisata, sama halnya perlu menyiapkan penduduk pulau terpencil dalam hal mengelola sampah sebelum pulau tersebut diperkenalkan ke khalayak dan dijual sebagai “syurga”. Ehh tapi kata syurga kan tabu ya sekarang, ya udah diganti nirvana aja hahaha

      Like

      • Hhahhah biarkan dia membatasi imajinasi dengan mengharamkan kata surag… Yg jelas2 haram dalam agama aja tetap dia lakaukam, riyakkkk

        Like

  4. Kalau saya dulu sempat ke Pekalongan tapi nggak ke sini. Malah ke kampung arab sama ke daerah pasar (ah lupa namanya…)

    Like

    • Nahh etnis Arab juga mendominasi dunia batik Pekalongan, jadi PR buat kulik sejarahnya juga :-)
      Kemarin saya sempat lihat gambar rumah saudagar jugaran batik etnis Arab bersanding dengan gambar rumah saudagar etnis Tionghoa yang dipamerkan di Museum Batik Pekalongan. Pergaulan antar etnis di Pekalongan sendiri terlihat rukun banget, seolah tanpa cela.

      Liked by 1 person

  5. sejak baca di media ada desainer adi busana yg kerjasama dgn pembatik lokal, kota ini bener2 bikin penasaran banget

    Like

    • Salah satu rumah industri batik Pekalongan juga sudah mengajak kerja sama anak mudah di Aceh untuk menciptakan motif baru Batik Aceh ( seperti ditulis di komentar artikel sebelumnya oleh Yudi – Hikayat Banda ). Institusi bisnis Pekalongan memang ciamik, semoga kinerja mereka bisa bertahan hingga dua generasi ke depan :-)

      Like

  6. Wah apik tenan pekalongan. Musti kesana

    Jangan sungkan untuk mampir ke http://www.travellingaddict.com

    Like

  7. iya nih, masa negara tetangga aja bnyk bngunan2 tuanya yg msk dlm heritage sites unesco,di Indonesia malah sedikit.. org2 sini males merawat bangunan2 tua sih… -__-

    aku lumayan suka ama batik pekalongan.. kesannya lbh berwarna :) Jd seger dan bikin srg kalap mata kalo beli ;p

    Liked by 1 person

  8. lebih tertarik sama hotel sidji, sayang nggak dibikin satu artikel aja getuh, penasaran sama kamar dan fasilitasnya.

    Like

  9. Saya ngga pernah nawar drama kalau soal batik. Pernah melihat proses pembuatan dr awal bgttt. Njlimeteee pool.

    Saya belum pernah ke Pekalongan. :D Padahal dekat, ya.

    Like

  10. mas, itu garang asem beneran yah? setau aku kalo penampakannya pake kaldu daging (gak pake santen) namanya asem asem :)

    Like

  11. Satu lagi kota Pantura yang membuat saya takjub meski saya pribadi belum pernah ke sana :haha. Pastinya bangunan kolonial di sana lumayan banyak ya Mas, seperti kota-kota Pantura lainnya :hehe. Hotel Sidji itu mengingatkan saya akan sebuah bangunan di Surken Bogor yang langgam dan tampangnya mirip. Sayang satunya berbeda, yang satu dijadikan hotel dan yang satunya lagi terhimpir deretan ruko dalam kondisi berdebu karena tidak diperhatikan :huhu.

    Syukurlah kaca patri itu masih terawat :)).

    Like

    • Peninggalan kejayaan masa lalu Pantura banyak banget yang bisa ditemukan, Gara. Sayang ekonomi maju di sebagian besar kota pantura membuat bangunan tua berkejaran dengan waktu menuju kehancuran.

      Pas pertama kali lihat Sidji Hotel, hati ini udah bergetar, salut dengan pemiliknya yang sadar dengan potensi heritage di Pekalongan. Ini saya baru mau telusur jalur selatan Jawa yang katanya punya heritage lebih terjaga. :-)

      Liked by 1 person

      • Ya, masih ada yang menyisakan beberapa, meski memang kalau dipikir-pikir, dulu pasti lebih banyak dari yang tersisa saat ini ya, Mas :)).
        Menurut saya kita harus berterima kasih dengan orang yang masih peduli dengan peninggalan masa lalu yang tersisa sekarang ya Mas :hehe.
        Wow, jalur selatan! Mudah-mudahan, Mas, meski yang saya jumpai di Makam Dinger dan Garis Status Quo belum begitu bisa membuktikan demikian :)).
        Tapi bagaimanapun, selamat menempuh perjalanan Mas, ditunggu ceritanya :hehe.

        Like

  12. Masjid Jami' Pekalongan: Masjid Bersejarah Kebanggaan Warga Pekalongan - Travelmate Kamu! says:

    […] gaambar: jejak-bocahilang.comBaca […]

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s