Yuk Kulineran di SALATIGA

Nampak seperti kota kecil pada umumnya di Jawa, tidak memiliki wilayah yang terlalu luas, bukan berarti Salatiga yang terletak di Provinsi Jawa Tengah tak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Telah menyandang status perdikan atau wilayah kerajaan tertentu sejak tahun 750 Masehi dan sudah diakui sebagai tahun jadi Kota Salatiga, seharusnya menjadikannya sebagai salah satu kota tertua di Indonesia.

Kenyataannya Salatiga hanya dipandang sebagai kota poros yang menghubungkan Solo-Semarang-Magelang saja. Sebuah kota dengan catatan sejarah penting yang mungkin dilupakan banyak orang, mulai dari saksi perpecahan kerajaan Mataram Islam hingga jejak kekuasaan kolonial di Jawa Tengah.

Sebelum bercerita panjang lebar mengenai sejarah Salatiga, saya ingin berbagi sedikit daftar kuliner yang bisa dicicipi saat singgah ke sana…

Are you ready? ;-)


Tumpang Koyor yang berbahan dasar koyor ( urat sapi ) merupakan kuliner tradisional yang bisa ditemui di beberapa kota di Jawa Tengah. Namun jangan ragukan rasa Tumpang Koyor khas Salatiga yang pernah saya cicipi di Warung Nanda di Jalan Merbabu ( samping kelurahan Kaliacin ). Koyor yang sudah direbus dalam kurun waktu tertentu dan diberi bumbu, menghasilkan tekstur yang empuk.

Tumpang Koyor Salatiga
Tumpang Koyor Salatiga

Sajian ini biasanya dilengkapi dengan irisan daun pepaya, serta lauk tambahan berupa tahu dan tempe, kemudian diguyur dengan kuah sambal goreng. Racikan bumbu beradu rasa dengan pedasnya sambal goreng membuat Nasi Tumpang Koyor yang sudah disesuaikan selera lidah Salatiga ini nendang banget!

Oh iya, pada umumnya Tumpang Koyor merupakan kuliner yang dijual dari pagi hingga siang hari saja. Selain Warung Nanda, ada Warung Bu Sumiah yang buka mulai pagi di Jalan Kesambi dengan harga satu porsinya mulai dari 10.000 rupiah.


Meski dari penampilan gambarnya mirip dengan nasi sop, sejatinya makanan yang satu ini satu kategori dengan sajian Mie Godog ( rebus ) Jawa. Hanya saja bahan mie nya diganti dengan nasi. Butiran nasi yang sudah direbus bersama kuah akan menjadi lunak dan mudah dicerna, namun tidak terlalu lembek seperti bubur.

Sego Godog
Sego Godog

Susah membayangkannya? Begini… Terlebih dahulu penjual menyiapkan rebusan kuah kaldu yang sudah diberi bawang putih, bawang merah, lombok dan bumbu lain. Ditambahkan suwiran daging ayam, telur, menyusul irisan sayuran. Tak lama kemudian, nasi dituangkan ke dalam wajan dan dimasak hingga matang, lalu disajikan. Inilah yang dinamakan Sego Godog atau Nasi Godog.

Sego Godog bukan merupakan kuliner asli Salatiga, ada beberapa kota yang terletak di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu punya sajian serupa. Sego Godog Salatiga yang terkenal di kalangan pemburu kuliner adalah Warung Pak Minto yang terletak di Jalan Muwardi. Selebihnya ada beberapa gerobag atau warung bakmi Jawa di Salatiga yang menyediakan Sego Godog juga.


Spanduk berwarna kuning bertuliskan “Sate Suruh & Bakso” menarik perhatian siapapun yang melintasi jalan utama saat hendak memasuki Kota Salatiga. Letak yang strategis dan sudah dirintis sejak puluhan tahun yang lalu membuat warung makan yang menjual kuliner khas Salatiga ini selalu dipadati oleh pelanggan setiap harinya. Antara pelanggan yang ketagihan ataupun pengunjung dari luar kota yang penasaran dengan rasa dari sate berbahan dasar daging sapi tersebut.

Sate Sapi Suruh
Sate Sapi Suruh

Sate Sapi Suruh menjadi salah satu kuliner favorit di Kota Salatiga. Awalnya dirintis oleh pak Harkin dan istrinya, Ngatmiati di sebuah daerah bernama Desa Suruh sejak tahun 1962. Setelah dikenal banyak orang, tahun 1987 mereka mulai berjualan di Jalan Sudirman Blok F, Pasar Salatiga hingga sekarang.

Bayangan pertama saat akan menyantap sajian berbahan dasar daging sapi pasti bau amisnya yang terkadang membuat nafsu makan hilang. Lain dengan Sate Suruh yang sebelumnya sudah dibumbui kunyit dan kencur. Hasilnya saat disajikan di atas meja, tidak ada bau amis, saya justru terbuai dengan racikan sambal kacangnya yang menggoyang lidah dan bonus potongan gajih ( lemak ) di tiap tusuknya. Harga satu porsi Sate Suruh mulai dari 18.000 rupiah.


Dikelilingi oleh Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Ungaran membuat Salatiga cenderung berhawa sejuk di siang hari dan dingin di malam hari. Tak heran banyak macam wedang ronde yang dijual mulai petang hingga tengah malam. Minuman tradisional berisikan ronde ( bulatan kecil dari tepung ketan ) ini sebenarnya merupakan kuliner yang dikenalkan oleh peranakan Tionghoa yang kini sudah berkembang dan terkenal sebagai minuman penghangat tubuh.

Wedang Ronde Mak Pari - Ronde Coklat
Wedang Ronde Mak Pari – Ronde Coklat

Ronde Mak Pari yang sudah berdiri sejak tahun 1947 menjadi salah satu warung ronde yang terkenal di Salatiga. Bahan yang digunakan sebenarnya sama dengan wedang ronde pada umumnya, yaitu kolang-kaling, kacang tanah, dan agar-agar yang kemudian diguyur kuah jahe panas.

Hanya saja Ronde Mak Pari menawarkan variasi rasa kuah seperti ronde jahe, ronde susu coklat, ronde susu putih, ronde komplit, ronde coklat, ronde jeruk, ronde tape, rode kacang ijo, ronde rumput laut, dan ronde wijen. Dengan variasi sedemikian banyaknya, tak heran Warung Ronde Mak Pari selalu terlihat padat pengunjung. Bahkan sudah membuka lima cabang di Salatiga, salah satunya di Jalan Merapi yang buka mulai dari pukul 18.00 hingga 22.00 WIB.

Lain halnya dengan Ronde Jago yang terletak di Jalan Sudirman ( belakang Pasar Raya ) yang berkreasi dengan bahan. Kacang tanah, kolang-kaling dan agar-agar tetap menjadi bahan dasar wedang rondenya. Harga satu mangkok rondenya mulai dari 8.000 rupiah.

Kejutannya, warung yang buka mulai pukul dua siang tersebut memberi tambahan bahan berupa pacar cina/ sagu mutiara, irisan manisan tangkeh ( dari buah blingo ), dan irisan kulit jeruk! Memang terdengar aneh, tapi perpaduan kuah jahe yang sedikit pedas dengan rasa masam dari kulit jeruk memberikan sensasi yang luar biasa di dalam mulut.

Nyum… Nyum… Sungguh penutup malam yang mengenyangkan di Kota Salatiga. ;-)

68 comments

  1. Jadi pengen ronde :D ntar malem berburu ronde ah di jakarta~ Eh, Tumpang Koyor itu apa mirip kayak krecek ya? Penampakannya sih mirip, tapi yang ini kayaknya lebih lezat :9

    Like

  2. Tumpang Koyor kayaknya mirip sama Gulai Tunjang dari SumBar, tapi bedanya digulai.. Rasanya gimana, Bang? Cenderung manis atau gurih kah?

    Like

  3. FYI, sego godog yang paling hits ada di warung Pak Joko, Jalan Pattimura mas. Bumbunya mantap dan sy paling suka karena bisa milih ayam atau babat-iso. Mulai buka mungkin sekitar jam5 sore.

    Like

  4. Aaaaak tiap taun lebaran di Salatiga, tapi baru tau sekarang tentang Tumpang Koyor X(

    Ronde mak pari emang juara bangeeeet!

    Like

  5. sama satu lagi kuliner Salatiga yang nagih bgt di lidah. Nasi bakar Pujasera di jalan A Yani seberang Rudy Salon. Nyam nyam bgt!

    Like

  6. Wah, mas. Aku bertahun-tahun bolak-balik Salatiga nggak pernah diajak kulineran kayak gitu sama temen-temenku yang orang lokal sana. Ya.. diajak makan tapi dengan menu yg bisa dijumpai di kota lain.

    Cuma sekali aja disajikan Sega Jagung :D

    Like

  7. Baru kali ini aku baca info kuliner yang mana aku kepingin coba semuanya. seeemuanya!!!

    Enak banget pastinya itu yaaa…

    Beuh kapan2 tak traktir mrono ya Lim.. Kowe tok ae, ojo ngejak wong akeh2 hahahaha…

    Like

    • Tumpang Koyor Salatiga enakkk banget, wajib coba dan dijamin nggak nyesel datang jauh-jauh demi Tumpang Koyor hehehe. Jangan ketinggalan juga dessert-nya wedang rondenya, tante Evi :-D

      Like

  8. Waduh, saya jadi lapar banget :huhu. Makanan khasnya lengkap ya Mas, dari penggugah selera sampai pencuci mulut, dari makan pagi sampai jajanan menjelang tidur, apalagi semua rasanya maknyuss :hehe. Betapa kayanya negeriku akan harta karun kuliner. Kemakmuran memang paling awal dinilai dari segi perut, dan makanan khas di Salatiga memang membuat tubuh makin makmur dan subur ya :haha.

    Lapaaar!

    Like

  9. Meskipun Salatiga bukanlah kota besar, namun Salatiga memiliki ptoensi dan keunggulan yang tidak dimiliki oleh kota – kota besar lain. Ada lagi makanan khas Salatiga : gecok kikil, enting – enting gepuk, ampyang (gula kacang), kripik paru, getuk ketek (getuk monyet), dan lain – lain. Salatigaku memang hebat, dari sini saya berasal, InsyaAllah di sini pula saya akan dimakamkan…

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s