Kaki terus menaiki puluh hingga ratusan anak tangga….
Betis sudah mengencang. Keringat mengucur deras, entah sudah berapa banyak…
Suara-suara aneh yang tak sengaja didengar harus diabaikan…
Padahal baru tiba di lantai delapan. Masih separuh jalan…
Lelah dan rasa putus asa mesti ditahan mengingat perjuangan menuju tempat ini terbilang cukup berat. Mulai dari kesabaran tuan rumah Serang, mas Tiko dengan sepeda motornya menyalip lusinan truk bermuatan berat, menerobos debu yang menyesakkan pernafasan di sepanjang jalan, melewati Jalan Pantura yang sebagian besar rusak dan meninggalkan banyak lubang, hingga menahan panas matahari yang menusuk kulit.
Belum lagi perasaan kecewa saat mendapati gerbang masuk Mercusuar bertuliskan Z.M Willem III dalam kondisi tertutup rapat dan digembok. Ternyata obyek wisata ini tutup pas weekday, hanya dibuka hari Sabtu dan Minggu saja, kawan! Setelah melaksanakan aksi bujuk rayu ke juru kunci mercusuar, akhirnya beliau bersedia membukakan pintu dan memperbolehkan kami berdua naik ke atas. Dengan catatan meninggalkan uang rokok dan tidak terlalu lama di atas. Baiklah.
Mercusuar yang terletak di Cikoneng, Banten ini menjadi mercusuar kedua yang pernah saya kunjungi setelah Mercusuar Willem Z.M III atau Mercusuar Sambilangan di Bangkalan, Madura ( cerita lengkapnya bisa klik di sini ). Sama-sama berdinding baja setebal tiga sentimeter dengan cat warna putih yang serupa. Wajar jika nama keduanya sama persis mengingat dibangun dalam masa pemerintahan raja Belanda yang sama, Willem III yang berkuasa dari tahun 1849 hingga 1890.
Mercusuar Willem Z.M III Anyer atau sering disebut Mercusuar Anyer dibangun pada tahun 1885 demi melancarkan navigasi kapal-kapal yang akan memasuki Pulau Jawa sebelah barat melalui Selat Sunda. Sebenarnya mercusuar tersebut merupakan mercusuar kedua yang dibangun oleh Hindia Belanda di Anyer. Sebelumnya adalah Mercusuar Cikoneng yang hancur akibat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Kini bekas reruntuhan Mercusuar Cikoneng sudah berubah menjadi sebuah tugu titik nol Anyer-Panarukan dengan lapisan marmer tebal, sedangkan Mercusuar Anyer masih utuh dan bertahan hingga sekarang.
Sungguh memerlukan fisik yang kuat dan pastikan membawa persediaan air yang cukup saat menaiki menara setinggi 75 meter ini. Ratusan anak tangga mesti dilewati. Betis pegal mesti ditahan hingga mencapai puncak menara di lantai enam belas. Eits jangan keburu menyerah dan meremehkan pemandangan yang disuguhkan di puncak menara. View yang disuguhkan di atas sungguh luar biasa keren! Selat Sunda terbentang luas… Lekukan Jalan Anyer-Panarukan atau Jalan Raya Pos ( Jalan Pantura ) mendadak terlihat begitu indah, lupa dengan kondisi jalan tidak rata di bawah sana.
Meski sudah berstatus cagar budaya, kawasan Mercusuar Anyer yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan ini masih membebaskan pembangunan villa-villa di sekeliling menara dengan harga sewa mulai dari lima ratus ribu. Bahkan siang itu terlihat beberapa pekerja yang tengah membangun bungalow baru di sisi yang lain.
Yah semoga suara-suara aneh yang sempat saya dengar saat di atas Mercusuar Anyer tidak terdengar sampai villa pada malam hari… ;-)
Say thank u buat mbak Nurul Noe dan mas Tiko atas bantuan dan tumpangannya di Serang ^_^
huaaaa ada suara2 segala *tutup muka*
pernah ke mercusuar yang ada di pulau lengkuas, Belitung dan suasananya emang agak2 gimana gituuuu
LikeLike
Iya suara nggak jelas gitu… Untungnya suara bisik-bisik sang mantan nggak ikut kedengeran #ehh :-P
LikeLike
Bukannya mercusuar pasti ada suara-suara gajebo, katanya sih itu karena angin yang masuk ke mercusuar. Semacam kita ada di goa
LikeLike
Nahhh ini yang berpikir rasional… Selamat Walley dapat satu set piring cantik hahaha. Suara yang kudengar memang suara angin yang menimbulkan bunyi-bunyian seperti suara bisikan dsb :-D
LikeLike
Wah kudu, rajin jogging lagi nih kalau mau naik ke atas menara nya… :D
LikeLike
Sebelum naik perlu isi perut juga, karena nggak ada cafe apalagi warung di puncak menara hehehe
LikeLike
Kamu denger suara apa selama di sana, Lim?
*siapin kuping baik2*
LikeLike
Suara anuu… anuu mbak >.<
Yah beginilah kalau punya indera agak sentisif hehehe
LikeLike
Owwaaaaahh kerennya mercusuar ini, aku belum kesampaian untuk naik mercusuar, kapan2 harus ke anyer
LikeLike
Semua mercusuar tua peninggalan Belanda menarik untuk dikunjungi dan punya sejarah yang berbeda-beda. Bangkalan di Madura juga ada Mercusuar Sambilangan :-)
LikeLiked by 1 person
Itu beneran ada suara suara aneh gitu bang. Bikin merinding juga ya
LikeLike
Suara dengarkanlah aku… apa adanya… *malah nyanyi* :-P
LikeLike
Hahahaha malahh
LikeLike
Suara-suara aneh? Doh, jadi penasaran kan sayanya :hihi.
Keren bangetlah memang mercusuar ini! Semoga bisa ke sana suatu hari nanti :)). Sekalian menyerap suasana pagi 27 Agustus 1883 ketika letusan mengerikan itu terdengar sampai ke sebuah kapal yang sedang membawa rempah-rempah di Laut Banda… *mulai mengkhayal*.
LikeLike
Wahh ide bagus banget tuh kalo ke sana pas 23 Agustus nya, menunggu beberapa bulan lagi, Gara :-D
Waktu ke sana langit agak berawan jadi nggak kelihatan Gunung Anak Krakatau maupun pulau-pulau di sekitarnya
LikeLiked by 1 person
*brb cek kalender* :hehe.
LikeLike
Bagus banget foto sunsetnya ya:)
LikeLike
Panasnya udara di Banten bikin langit sore di Anyer fotogenik banget :-)
LikeLike
kerennn… tetapi hihihi nyerah deh buat nangga-nya, engga ada lift ya atau tandu gitu? :D :D :D
LikeLike
Tandu bisa dipesan sesuai permintaan tapi diminta kesediaannya untuk beli balsem satu ember buat yang bawa tandu hahahaha
LikeLiked by 1 person
wkwkwkwk…. balsem 1 ember tambah dikit bisa buat balsemin orang mati kali ya wkwkwkwk..
LikeLike
mirip ama yang disini ya bang
http://www.arieyamani.blogspot.com/2015/01/12-fakta-menarik-willems-toren.html
LikeLike
Kerennnn tulisannya… Konon bentuk Mercusuar Cikoneng yg hancur karena letusan Gunng Krakatau memiliki bentuk tidak setinggi Mercusuar Anyer, hampir mirip dengan Willem’s Toren di Pulau Breueh. Terima kasih infonya, jadi nggak sabar berburu Willem’s Toren di Aceh :-)
LikeLike
wah antik juga mercusuarnya, jadi pengen backpacker kesana nih. artikelnya keren bang :D
LikeLike
Jika suka dengan peninggalan kolonial yang masih tersisa di Indonesia wajib melipir kemari. Terima kasih sudah berkunjung yah ;-)
LikeLike
Dadi pengin ke mercusuar2…belum pernah satu pun nih Lim :(
LikeLike
Belitung yuk… ada mercusuar juga nih :-D
Tapi kudu siapin air mineral yang banyak buat naik ke atas hehehe.
LikeLike
Aku udah pernah ke sini tahun 2014 lalu dan aku tulis dalam blogku. Bangunan pertama dulunya dibangun di dekat bibir pantai, karena peristiwa meletusnya gunung krakatau serta termakan usia akibatnya pondasi tidak kuat menahan beban. Akhirnya Pemerintah Belanda membangun kembali mercusuar yang lebih kokoh dengan jarak +/- 200m dari bibir pantai untuk menghindari abrasi dan korosi akibat air laut (*informasi tambahan) :)
LikeLike
Bekas Mercusuar Cikoneng sudah jadi tugu titik nol sekarang, sayang kemerin sudah ngak terlihat bekas reruntuhannya lagi, jadi tidak ada gambaran material mercusuar yang lama. Mbak Asih sempat melihat reruntuhannya nggak? :-)
LikeLike
Aku pun sama gak lihat. Waktu aku kunjungan sudah berbentuk tugu. Sudah lama reruntuhan itu tidak terlihat mungkin sudah 10 tahun belakangan sejak dibangun mercusuar yang baru :)
LikeLike
Entah kenapa aku suka sama mercusuar padahal bangunannya begitu aja ya. Oya yg kedua ada di Madura mas … aku udah kesana. Persis kya gini
LikeLike
Mercusuar Sambilangan di Madura lebih tua dari Mercusuar Anyer, mbak Muna. Dan saya sudah menuliskannya di sini –> http://jejak-bocahilang.com/2014/06/10/mercusuar-z-m-willem-iii/
Sekarang lagi ancang-ancang berburu Mercusuar Willem di Aceh nih :-D
LikeLike
Huoooo, Koh Halim udah main ke Anyer tapi gak mampir BSD Serpong. Kamu terlaluuuu. Aku hayub-hayuben pas naik sampe puncaknya ini. Ndredeg pol, secara kan emang lagi direnovasi dan lagi ditutup untuk umum. Karena aku orang khusus, makanya menyelinap masuk ke atas hahaha :)
LikeLike
Dulu mlipir ke Serang trus main ke rumah mbak Noe aja, Die. Lain kali yaa eksplore Banten Lama lagi sisan eksplore BSD Serpong hehe
LikeLike
kok ndak sekalian mampir ke mercusuar pantai belimbing mas,posisi di lampung bangunan mercusuar menghadap samudera hindia,kalo saya lihat dari laut kayak nya buatan jaman kolonial belanda (mklum saya pelaut hehehe)
LikeLike
Mercusuar Belimbing di Lampung dibarikade oleh batas yang dibikin oleh Pusat Konservasi Tambling. Semoga next time dapat izin untuk bisa naik ke atas mercusuar tersebut :-)
LikeLike
Itu mungkin bisik2 tetangga gan..
LikeLike
Hahaha bisa bisa bisa… :-D
LikeLike