Akhir-akhir ini banyak bangunan tua di beberapa kota yang sudah dimanfaatkan sebagai tempat usaha khususnya bidang kuliner. Melihat dekorasi antik di dalamnya, langsung terbayang mahalnya harga makanan yang dijual di sana, harga yang bikin meringis.
Belum lagi kaki yang terbiasa nangkring di atas kursi wedangan harus tegak lurus dengan sepatu hitam klimis sebagai alasnya. Ditambah suasana serba kaku dengan table manner yang harus gini gitu, cuma demi makan sepiring nasi goreng! Ibarat masuk klub ekslusif dengan peraturan ketat yang memaksa setiap anggotanya tidak menjadi dirinya sendiri.
Pemilik bangunan kuno di Kota Solo punya cara sendiri agar bisnis ( kuliner ) yang dijalankannya bisa bertahan dan sukses. Ada yang menjual makanannya dengan harga restoran, hasilnya hanya kalangan tertentu saja yang berani masuk. Namun beberapa tempat sudah menjual keklasikan rumahnya dengan harga makanan setara warung kaki lima.
Mereka mulai jeli melihat budaya warga Solo yang mengedepankan tiga poin kuliner, yaitu murah, enak, dan kenyang. Tentu kuliner yang lebih murah yang cepat mendapat popularitas dan mendapat banyak kunjungan dari pelanggan setiap harinya. Bukankah lebih baik mengambil untung sedikit tapi selalu ramai pengunjung daripada serakah untung tapi sepi? ;-)
Seperti salah satu tempat kuliner di Laweyan yang menggunakan bekas rumah saudagar batik sebagai tempat kuliner. Letak yang berdekatan dengan jajaran showroom batik di Jalan Tiga Negeri, membuat Wedangan Rumah Nenek mudah ditemukan. Namanya juga wedangan tentu makanan yang dijual tak beda jauh dengan lapak wedangan/ angkringan di pinggir jalan. Nasi bungkus, wedang jahe hingga aneka gorengan dijual mulai dari 2.000 rupiah.
Sempat muncul ketidak senangan dari warga sekitar saat pemilik yang baru merobohkan tembok luar rumah sehingga kemegahan arsitektur indisch-nya terlihat dari luar. Merusak tradisi orang Laweyan yang tertutup dan menurunkan kepriyayian, kata tetangganya. Itu dulu… Sekarang warga setempat sudah membuka pintu hatinya perlahan-lahan. Bahkan tak lama lagi akan dibuka sebuah coffe shop di samping Wedangan Rumah Nenek. ( Alamat : Jl Sidoluhur 58, Laweyan )
Omah Lawas yang terletak di Jalan Supomo tidak banyak menonjolkan keantikkan bangunannya, ada beberapa bagian rumah yang sudah direnovasi oleh pemiliknya. Hanya bentuk atap, lobby depan dan halaman luas sebagai penanda bahwa dulu rumah ini pernah difungsikan sebagai salah satu villa oleh Belanda.
Menonjolkan menu khas wedangan seperti nasi bakar, sate bekicot, sate telur puyuh dan lainnya dengan harga bersahabat. Belum lagi variasi wedang/ minumannya yang beragam, wedang jahe kencur, wedang uwuh, wedang sereh membuat pelanggannya datang dari berbagai kalangan. ( Alamat : Jl Supomo )
Wajah wanita bersanggul dengan senyum lebar berpakaian kebaya warna pink menjadi ikon dari Nyah Djambon ( Nyah Jambon ). Rumah peninggalan petinggi Keraton Surakarta ini masih memiliki pendopo dengan joglo Jawa kuno yang dipertahankan keasliannya. Pringgitan dan ndalem ageng yang dihiasi perabot antik semakin menambah nilai jual dari restoran yang terletak di kawasan Pasar Kliwon tersebut.
Tegel antik dominan warna pink, dinding juga sengaja diwarnai pink, tak salah lagi memang ini rumah Nyonya Pink, eh Nyah Jambon. Bistik Solo menjadi menu andalan Nyah Jambon, ada pula sop buntut, garang asem dan makanan kecil yang lain dengan harga beragam. ( Alamat : Jl Untung Suropati 93, Pasar Kliwon )
Sego Kalong yang terletak di kawasan Kratonan juga mengusung kekunoan bangunan tuanya. Hiasan berupa barang jadul dan boneka “kalong” atau kelelawar yang sengaja digantung di tengah ruangan semakin menambah warna tempat ini. Menu khas dari Sego Kalong adalah sambal cabuk khas Wonogiri.
Apa itu sambal cabuk? Sambal cabuk adalah ampas biji wijen dan kelapa yang telah dibakar dengan tambahan racikan bumbu hingga membentuk pasta berwarna hitam. Setelah dipepes, rasa yang muncul unik dan lezat. Cocok dijadikan pelengkap Nasi Tiwul atau Nasi Merah. Lauk yang ditawarkan Sego Kalong pun beragam, mulai dari lele goreng, tahu bacem, tempe bacem hingga lalapan dan terancam ( semacam urap ). ( Alamat : Jl Madukoro no. 19, Kratonan )
Londo merupakan sebutan bagi Belanda yang dulu menduduki Nusantara. Waroeng Londo berarti bekas rumah londo yang sudah disulap menjadi tempat makan yang menyajikan kuliner tempo dulu dengan rasa kekinian. Makanannya dibanderol mulai dari harga 10 ribu rupiah, seperti Sup Ayam Jamur, Nasi bakar kikil spesial, Sego goreng anglo spesial serta snack jadul macam bitterballen dan Rondo Royal.
Sepeda onthel tua yang sengaja digantung di beberapa sudut rumah menjadi pemandangan yang tidak biasa. Belum lagi bekas kamar-kamar yang disulap menjadi tempat makan lesehan dengan nama kota-kota di negeri Belanda, sebut saja Den Haag, Eindhoven, Volendam dan lain-lain. Waroeng Londo menjadi salah satu tempat singgah favorit yang letaknya tak jauh dari kompleks Keraton Kasunanan. ( Alamat : Jl Reksoniten no 35, Gajahan ) –> Update info, Waroeng Londo sudah tutup per tengah tahun 2015. Sangat disayangkan.
Letaknya nyempil di gang kampung Turisari, Paragon Mall yang biasa menjadi patokan untuk mencari letak Wedangan Pendopo. Hanya bisa berdecak kagum saat memasuki bangunan yang masih kental arsitektur Jawa ini. Rasanya seperti masuk ke sebuah museum kecil dengan koleksi antik di berbagai sudutnya. Loro blonyo ( hiasan sepasang pengantin Jawa, lambang kesuburan ) menghiasi beberapa meja, bangku kayu jati dengan gambar iklan jadul mengelilingi ruang. Belum lagi mesin jahit kuno dan sepeda motor gede yang entah keluaran tahun berapa.
Jangan tertipu dengan interiornya yang menyilaukan mata. Yang jelas Wedangan Pendopo bukan sebuah cafe mahal dengan rentetan minuman harga puluhan ribu, melainkan wedangan yang menjual sego jangan ndeso ( nasi sayur desa ), sego oseng tempe ( nasi oseng tempe ). Aneka gorengan dan wedang dijual dengan harga ala mahasiswa, tak heran setiap sore hingga malam sellau dipenuhi anak muda yang menghabiskan waktu luangnya. ( Alamat : Jl Srigading I, Turisari )
________
Menarik kan? Bangunan tua yang identik dengan kesan angker dan horor bisa disulap menjadi tempat kuliner dengan harga yang merakyat. Tak perlu lagi mencari restoran yang menggunakan bangunan tua dengan harga makanan mahal untuk sekedar numpang foto, kan? ;-)
Tadi sempet memastikan jumlah nol pas nyebut harga makanan/minuman di Wedangan Rumah Nenek :lol:
Liiiiimmmm, lokasi kulinerannya seru-seru. Nanti klo ke Solo ajakin ke sini ya? *rekues dulu, ke Solo-nya kapan2*
LikeLike
Beneran mulai dari 2000 rupiah, mulai dari es teh loh. Hihihi…
Kapan arep mrene, mbak? *cek kalender tahun 2013* :-P
LikeLike
Referensi tempat makan yang bener-bener menarik ini Lim! Apalagi buka siang.
Eh, saya tetap mendoakan supaya para pemilik usaha ini nggak dipusingkan dengan cara mereka memutar uang untuk merawat bangunan bersejarah tersebut.
LikeLike
Semua kembali ke tujuan samping para pemilik usahanya sih. Selain mencari keuntungan, apakah mereka betulan cinta bangunan klasik. Seperti pemilik Wedangan Rumah Nenek yg menaruh kecintaannya terhadap Laweyan, krn dulu pernah merasakan jd penghuni salah satu rumah di sana. Wedangan Pendopo, pemiliknya memang hobby koleksi barang antik. :-)
Kalo pas mlipir ke Solo, kabar-kabar aja nti kuanterin, Mawi. Monggo pinarak…
LikeLike
Lengkaap. Jadi tambah referensi banget ini kalau saya jalan-jalan ke Surakarta, apalagi saya favorit dengan bangun-bangunan tua :hehe.
Yang penting memang itu, Mas, enak, murah, dan kenyang! :hehe
Langgam Indisch di Jawa Tengahan ini, kalau dilihat-lihat, lebih melebur dengan adat Jawanya, ya. Unik kelihatannya, soalnya agak beda dengan yang di Jakarta sini :hehe. Beranda besar, ukir-ukiran Jawa, dan langit-langit tinggi. Keren banget!
LikeLike
Bangunan indisch di sini masih kuat unsur Jawa-nya karena pengaruh pakem keraton. Selalu berurutan ada pendopo, pringgitan, ndalem, krobongan, sentong, dst hehehe.
Pingin sesekali masuk ke salah satu rumah tua peninggalan kolonial di Jakarta yang masih terawat. Ada saran nggak bisa kunjungi siapa, dimana? :-D
LikeLiked by 1 person
Kalau rumah kolonial yang masih terawat, menurut saya kalau nggak Toko Merah, Gedung Arsip Nasional bekas rumahnya Reynier de Klerk itu Mas. Itu masih cukup baik kondisinya. Yang lain masih jadi properti pribadi (kayak yang di daerah Kwitang atau Menteng) atau terbengkalai menunggu runtuh :huhu.
LikeLike
Toko Merah sudah pernah masuk, sukaaa desain uniknya. Berarti Gedung Arsip Nasional next destinasi di Jakarta. Thxs infonya Gara :-)
LikeLiked by 1 person
Saya rasa saya tak akan pernah mengunjungi rumah kolonial otentik, Mas.
Tapi kemarin saya tandang ke sana, benar-benar rumah.
Rumah Tjong A Fei, Kesawan, Medan.
Terlalu otentik.
LikeLike
Waaak ada sate bekicooooooooottt???
Ah bayanginnya aja uda seru banget kayaknya klo nongkrong di sana dan rapat sama klien (((((KLIEN)))))
LikeLike
Ada burung dara goreng juga, trus “pis roti”, pokoke wareg Lid :-D
Semuanya cocok buat kongkow lama sama klien kok… Ehmm tapi kliennya bukan bot kan? Hahaha
LikeLike
Tempatnya bakalan bikin betah duduk berlama-lama, Mas. Aura masa lalunya itu seolah berkisah betapa agung perjalanan yg telah dilewatinya..:)
LikeLike
Syahdu dan enak buat kongkow lama mulai dari ngegossip sampai omong nggak jelas hehehe. Kalau main ke Solo kunjungi aja, dijamin suka :-)
LikeLike
Aku suk nek dolan solo tak mampir merene aaah.. Aku sering kok dolan solo ning mas Joddie, pemilik Gravis-design.com.
LikeLike
Wahh tak disangka… suk kabari yen mlipir Solo, ntar kita nongkrong nongkring di salah satu tempat yes :-)
LikeLike
AH SIAP BANGET!!!!
LikeLike
Warung NBA (nasi bandeng anget) juga bagus bro. tempatnya kecil sih, tapi antik. lokasi belakang sriwedari.
LikeLike
Noted! Masuk list kunjung dulu agar bisa saya review untuk tambahan informasi terkait kuliner di bangunan tua :-)
LikeLike
Daripada dibikin wisata hantu2an, mendingan dibikin resto kek gini sih yah. Semoga bisnis nya bertahan lama, kesian kalau hanya berjaya sebentar doang….TFS Lim !
——————
Destinasi Wisata di Turki: Mount Nemrut
LikeLike
Terbayang andai semua bangunan kuno disulap kayak gini, pasti nggak kalah sama wisata di Eropa yah :-)
Suasana sudah menjual, pemilik tinggal mempertahankan kualitas rasa agar bisa bertahan di tengah bisnis kuliner yang menjamur di Solo :-)
LikeLike
wih, dobel ngeces :p
LikeLike
Perlu sodori dobel lap nggak? Hehehe
LikeLike
^_^
LikeLike
dulu waktu masih ada sodara di Solo sering banget ke sana, sayangnya belum kenal sama dirimu dan dirinya (mba Yusmei maksudnya) :P Dulu juga gak pernah main kemana2, paling ke Laweyan doank belanja batik :/
Memang harus segera booking tiket KA ke Solo niihh :D
LikeLike
Solo nggak mboseni kok, Solo itu ngangeni apalagi ada kita-kita temenmu yg baik hati dan tak sombong ini #eaaa. Kabari yen mo ke Solo ya, Dit :-)
LikeLike
Wahhhh Waroeng Londo kayake apik, Kohal …
Kapan2 ajakin lah ke situuuu *wink2*
LikeLike
Apa sing nggak bisa buat om Timot. Solo siap menyambut kedatanganmu, apa lagi kuliner maknyusnya #slurppp :-D
LikeLike
Dapet referensi tempat makan asik yang masih jarang ditemuin di Semarang. Makasih infonya gan hehe
LikeLike
Semoga semakin sering dan betah main ke Solo. Jadi yuk ke Solo hehe
LikeLike
Iya nih, adem mah Solo hehe
Terimakasih infonya hehe :D
LikeLike
tempatnya cozy n homey bagt yah rasanya…..
penampilannya kyk resto trdisional vintage mahal, tp harga makananya terjangkau…
#MasihTraumaRestorantBungaRampaiJakarta
LikeLike
Pemilik bangunan tua di Solo sudah mulai jeli, sadar bahwa kuliner murah di tempat mewah lebih menjual daripada kuliner mahal di tempat mewah :-)
Jadi penasaran tentang Bunga Rampai nih, ada ceritanya di blog nggak? Hehehe
LikeLike
gak ada mas, namanya juga “trauma” hahaha
spending tiga koma buat skali makan ber-3, klo makanannya worted sih gak apa2, kualitas rasa dan bahan dibawah standar
LikeLike
Tiap baca tentang Solo rasanya mau nutup muka, euy. T_T
LikeLike
Banyak bangunan tua yang begitu deh ya? Hehehe. Asal Solo juga kah? :-)
LikeLike
Bukan, Mas. Asli Padang tapi udah lama banget tinggal di Jkt. Sering ke Jawa tapi belum pernah nyentuh Solo. :/
LikeLike
Hahaha semoga dengan membaca blog ini kesampaian beli tiket menuju Solo dalam waktu dekat :-P
LikeLike
haduh! ini postingan nggak bener!
sebagai penyuka makanan enak (dan murah) dengan tempat yang terurus dengan baik postingan ini bikin gue pengen ke solo dan main ke semua restoran iniii >.<
LikeLiked by 1 person
Yes misi berhasil hahaha. Ditunggu kedatangannya di Solo, kak Vindhya :-D
LikeLike
Anterin muter kuliner tempat2 eksotis itu brooo…
LikeLike
Beneran tuh harganya murah-murah ya, padahal tempatnya bagus. Besok2 maen ke SOlo ah, dah lama ga ke SOlo,
Salam hangat dari Klaten
LikeLike
Halo Prima, harga yang mereka tawarkan sesuai tarif makanan kaki lima. Monggo singgah biar nggak penasaran hehe
LikeLike
ke solo sangu 50K klo buat makan aja memang udah dpt apa apa ya mas..
LikeLike
ah bro, aku tau diawal kamu nyindir soga resto.. tapi itu favoritku! karena sepi :D, kalo udah rame kayak wedangan antik lainnya ga asyik, ga bisa menikmati kepriyayiannya *halah
LikeLike
Hihihi secara tidak langsung nyindir yg itu sih :-P
Next mo ulas resto pake bangunan kuno yang kelasnya menengah ke atas juga. Tunggu liputannya ya, Ra ;-)
LikeLike