Kegiatan rafting atau arung jeram dengan perahu karet mudah ditemui di sungai-sungai Pulau Jawa dan Bali, sebut saja Sungai Progo dan Elo di Magelang, Serayu di Banjarnegara, Pekalen di Probolinggo, Telaga Waja di Bali dan banyak lagi. Perlu diketahui bahwa aktifitas mengarungi sungai tersebut tidak lagi berhadapan dengan sungai buatan yang sudah di-setting sedemikian rupa seperti salah satu wahana di Dunia Fantasi.
Peserta harus mengayuh perahu yang telah disediakan oleh operator rafting di sungai beneran yang berjeram. Harus siap bertemu dengan arus deras yang bikin deg-degan, berulang kali menerobos jeram, kalau tidak beruntung bisa saja perahu terbalik dan badan terjungkal masuk sungai penuh bebatuan besar. Adrenaline memuncak! Itulah keasyikan rafting.
Lain cerita dengan kegiatan rafting yang saya jumpai di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan di Kalimantan Selatan. Desa yang masih dihuni oleh Suku Dayak Meratus tersebut memanfaatkan bambu yang sudah dirakit sebagai alat angkut untuk menuju desa lain. Lambat laun alat transportasi tradisional ini diperkenalkan sebagai daya tarik wisata bagi wisatawan yang tertarik menikmati keindahan Sungai Amandit dan keragaman hayati di lereng Pegunungan Meratus.
Sekitar empat belas paring atau bambu ( bisa lebih tergantung muatan ) dirakit jadi satu, diikat erat di bagian depan dan agak longgar di bagian belakang. Pengikatnya sendiri tidak menggunakan tali tambang, melainkan batang bambu muda yang sudah dihaluskan. Sungguh memanfaatkan apa yang diberikan oleh alam kepada manusia.
Kesan pertama saat menapakkan kaki di atas lanting atau rakit hanya ada perasaan cemas badan tidak bisa berdiri seimbang di atasnya. Ternyata dugaan saya salah. Bambu yang elastis dan ringan justru mampu menahan beban tiga orang tanpa masalah. Penumpang tidak perlu mengayuh seperti kegiatan rafting di atas perahu karet, cukup duduk manis di atas bangku. Kesempatan menggalau di tengah hutan atau bernarsis ria terbuka lebar hehehe… Tak lama kemudian, pak joki mulai mendorong rakit dengan bantuan sebuah tongkat bambu.
Bamboo rafting pun dimulai…
Siang itu debit sungai belum terlalu tinggi, batu-batu menonjol keluar, sehingga pak joki harus bekerja ekstra kuat untuk mengayuh rakit. Maklum baru beberapa hari lalu hujan turun. Inilah alasan utama Festival Bamboo Rafting Loksado yang awalnya hendak digelar tanggal 12 – 14 Desember 2014 ditunda jadi 26 – 28 Desember 2014.
Mendapati sungai kurang berarus bukan berarti kegiatan bamboo rafting yang saya lakukan tidak terasa asyik. Adrenaline tetap memuncak saat menjumpai jeram-jeram di sepanjang sungai. Cipratan air yang dingin membasahi baju. Alas kaki tidak lagi kering karena sudah tercelup sungai saat rakit melewati jeram.
Sesekali kami bertemu dengan bebatuan besar yang berdiri gagah enggan bergerak. Inilah saat yang tepat bagi pak joki menggunakan tongkat bambunya untuk mendorong jauh batu agar tidak terantuk keras yang bisa mengakibatkan jajaran bambu pecah. Ada kalanya rakit terhimpit dua buah batu besar sehingga membuatnya diam tak bergerak, pasrah dengan kendali pengemudi di depan. Tegang!
Eits, jangan keburu takut ber-bamboo rafting dulu. Saat melewati aliran yang tenang banyak yang bisa dilihat, pepohonan yang menjulang tinggi dengan daun yang rimbun, aktivitas penduduk setempat, kicauan burung, hingga bertemu dengan biawak ( tidak ada buaya di Sungai Amandit karena sungai tidak berlumpur ). Terlihat juga ladang berpindah milik penduduk setempat yang sepintas mirip penggundulan hutan. Tentu bukan penggundulan hutan yang sebenarnya, para petani hanya menebang pohon dan semak belukar yang sebelumnya telah dibiarkan tumbuh selama dua hingga tiga tahun untuk kembali ditanami tanaman seperti padi gogo, jagung, sayuran dan buah-buahan demi kebutuhan pangan mereka.
Sejauh ini hanya Yangshou ( Yulong river ) di Tiongkok yang memiliki atraksi serupa dengan bamboo rafting di Loksado. Haruskah jauh-jauh terbang ke luar negeri dan bayar lebih mahal untuk mendapatkan sensasi yang sama? Cuma bisa berkata, datang dan nikmatilah keindahan Loksado sendiri. ;-)
Note : Loksado Bamboo Rafting Festival 2014 yang diadakan mulai tanggal 26 hingga 28 Desember 2014 di Loksado merupakan event tahunan untuk menyambut HUT Kota Kandangan ( ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan ). Rangkaian acara festival akan menampilkan sajian budaya mulai dari tari-tarian asli Suku Dayak Meratus, jungle crossing hingga bamboo rafting. Tertarik menghadirinya? Silakan kontak 082250507575/ 081349496147.
Ooh model pertamanya akuh…akuh….
Yuk sebelum kr Cina, kita ber-bamboo rafting dulu di Loksado. Itu foto batang bambu yang bertumpuk sebelum di rakit keren banget. Aku kok gak kepikiran ngambil sudut itu ya?
LikeLike
Hihi karena modelnya sadar kamera banget, jadi dipasang dulu mumpung belum keluar jurus kame-kame-ha nya hahaha
LikeLike
mupeeeeng, dari dulu pengen banget nyobain bamboo rafting ini
di Jawa gak ada ya? :D
eh tapi itu ga pake life vest atau peralatan safety apapun? amankahhh? :D
LikeLike
Harusnya di Jawa bisa, tapi masalah utamanya adalah cari joki lanting yang terlatih itu susah. Kalimantan masih memanfaatkan sungai-sungainya sebagai jalur transportasi jadi banyak yang terbiasa mengemudikan perahu rakit kecil sampai besar :-)
LikeLike
Di Jawa ada kok Lim. Di Sungai Ciliwung. Tapi udah mulai jarang. Nanti aku tulis dehh..
LikeLike
Wah, aku yang orang kalsel aja masih belum smpat naik bambu rafting. Harganya lumayan mahal waktu itu utk kantong mahasiswa. :D
LikeLike
Jadi sekarang udah bukan mahasiswa lagi? Hayuklah buruan ikut bamboo rafting atau datang ke festival dulu biar tahu seperti apa keseruannya hehehe
LikeLike
wah… gak serem ya mas? pas agak deras gitu kok kayaknya menakutkan
LikeLike
Menurutku malah sereman rafting pakai perahu karet haha. Bambu elastis jadi gampang menerjang air tanpa loncat-loncat seperti karet :-D
LikeLiked by 1 person
Oo gitu ya. Belum pernah rafting nih saya
LikeLike
eh menarik bangeeet nie…
bisa kayaknya di coba kalo ada jalan kesana :)
LikeLike
Atraksi yang menarik dan unik, wajib pake banget coba bamboo rafting kalau pas jalan ke Kalimantan Selatan :-D
LikeLike
Tahun 2012 niat mau ke sini gak jadi karena cutinya belum cocok aja, tapi akhirnya dapet trip Sulawesi Selatan. Semoga tahun depan lah bisa ke Kalimantan Selatan, itu kalau gak tergoda ke Sumba yes hehehe :)
LikeLike
Sumba lebih menggoda lo kak…. Sudah intip tulisan dan foto tentang Sumba di blog ini? #promosi :-P
LikeLike
Pengin tapi takuut. Eh beneran itu gak pake pelampung lim? Aku wedi je nek ngono hahaha
LikeLike
Pake pelampung malah bikin nggak leluasa narsis di tengah pemandangan keren Borneo, mbak Yus. Aman kok… beda dengan alirasn derasnya Sungai Progo… Airnya juga jernih, beda level banget ama Sungai Ciliwung hehehe
LikeLike
Bamboo raftingnya seru bangeeeettt Lim. Aku yang ngliat fotonya pas ngelewti jeram ikut deg2an ….
Biasanya aku “cuma” pake perahu kecil buat nyebrang Bengawan Solo klo mau ke rumah simbah. Belum pernah nyoba rakit bambu
LikeLike
Eh iya ya bisa kan mbak Dian naik getek dan kayuh dari Tuban ke Solo lewat Bengawan Solo #yakale :-D
LikeLike
Semacam perjuangan banget ya Lim? Melawan arus jeh :lol:
LikeLike
Waaaah seru!
LikeLike
Seru pake banget, meski menyusuri sungai selama 2,5 jam terdengar lama tapi lihat view hutan Borneo-nya di sepanjang jalan bikin pikiran adem :-)
LikeLike
Photomu banyak dikameraku saat bamboo rafting, mas Halim. Senang punya travelmate sepertimu.
LikeLike
Menunggu trip berikutnya *lirik tante Evi + bang Indra* hehehe
LikeLike
Di daerah saya (wonogiri) yang kaya gini namanya ‘getek’, bahkan sampai awal 2000an masih dijadikan alat penyeberangan di suatu sungai dengan biaya sekitar 1000 rupiah sekali nyebrang :)
LikeLike
Halo mas Yos, salam kenal dari Solo… rupanya kita tetangga kota hehehe
Baru tahu loh di Wonogiri pernah ada sarana transportasi getek sampai tahun 2000-an. Di Solo sendiri, getek masih bisa ditemui di pelabuhan Beton, Kampung Sewu dan pelabuhan Semanggi. Sayangnya getek di Bengawan Solo saat ini hanya dimanfaatkan sebagai alat penyeberang saja, belum berani dijadikan atraksi wisata :-)
LikeLike
akhirnya udah publish! :D
LikeLike
Ratjun Loksado dari blog-mu dua tahun yang lalu sudah dilaksanakan hahaha
LikeLike
gunanya blog kan bwt meracuni orang lain. aku lg mlaku2 nang blogmu ki. mau ke solo :D
LikeLike
Asekkk… yen mau ke Solo kabar-kabar, colek di twitter jg boleh… Nti kuanter ke spot menarik sesuai minat :-D
LikeLike
rencana februari sih lim. PM WA/LINE donk lim ke
LikeLike
Seru banget ya pastinya.
LikeLike
Pengalaman unik di Borneo yang nggak boleh dilewatkan :-)
LikeLike
Ajakin aku broooo
LikeLike
Ajak saya keliling Kudus juga hahaha
LikeLike
Hahahha siaaaapppp. Kapan??
LikeLike
wisss langsung posting…bikin tambah kepengen
LikeLike
Tuh kan kepengen, nggak mau ikut sih *sebar ratjun yang lain* :-D
LikeLike
Yah, kurang jeramnya ya. Temen gue ke sana pas si ‘skipper’nya sampe harus loncat-loncat tinggi. Pengen ke sana jugaaak!
LikeLike
Minggu ini sudah mulai tinggi airnya, dengan jeram yang lebih menantang tentunya… Kalau mau ke sana kabar-kabari ya Mun :-D
LikeLike
Seruuuuuu!!! Belum pernah bamboo rafting, cuma pernah body rafting di Green Canyon.
Duh aku juga mau menjejak Borneo :(
LikeLike
Body rafting beda sama rafting pakai perahu lo… Mesti coba rafting pakai perahu karet di sungai beneran atau mau langsung coba bamboo rafting di Loksado monggo banget hehehe
LikeLike
Iya, mas. Nanti dicoba, cari massa dulu hehe.
LikeLike
Saya menghadiri acara Festival Rakit Bambu Loksado pada tanggal 26-28 Desember, dan acara puncaknya, yaitu menyusuri sungai Amandit gagal total. Hujan deras mengguyur seharian dan debit air sungai menjadi tidak terkendali. Terlalu berbahaya jika dipaksakan. Lagipula, acaranya diganti dengan arung jeram menggunakan perahu karet dengan jarak yang pendek.
Sebenarnya kecewa, tetapi tidak terlalu mengecewakan, karena kita sebagai peserta disuguhi Tari Bakanjar, kemudian upacara yang di dalamnya ada ritual memotong kepala ayam hidup-hidup menggunakan mulut oleh para tetua adat. Pada saat malam harinya disuguhi kuliner khasnya, yaitu Ayam Bapalan, dan ketupat Kandangan.
Menurut pihak dinas terkait, tahun ini, acaranya akan dimajukan, atau menggunakan jasa pawang hujan, hehehe.
LikeLike
musim hujan main gini pasti seruuuuuu mas
LikeLike
Arus kencang, air tinggi, wuihh lebih seru dari arung jeram hahaha. Tapi jangan naik bamboo rafting pas hujan baru awal turun, takutnya terjadi banjir badang. :-)
LikeLike
hahahaha iyo mas, bisa bahaya itu
LikeLike
Wahh jadi makin penasaran iihh, cuma suka liat2 aja penampakan bamboo rafting kaya gimana .. seru banget
LikeLike
Bamboo rafting atau balanting paring seru banget apalagi pas musim hujan di mana debit air sungai naik. Keseruannya nggak kalah dengan rafting yang menggunakan perahu karet. :-)
LikeLike