Makanan khas suatu daerah dewasa ini semakin tergerus oleh kuliner yang sudah disesuaikan lidah pendatang maupun kuliner yang kebarat-baratan dan ketimur-timuran. Semua dilakukan oleh pelaku bisnis kuliner demi mendapat keuntungan sebesar-besarnya sehingga lupa akan ketradisionalan suatu daerah.
Dari pemikiran yang kelak akan mengerus makanan tradisional itulah saya selalu menyempatkan berburu kuliner khas di setiap daerah yang dikunjungi entah itu satu macam atau bahkan banyak macam yang tatkala membuat perut bengah karena kebanyakan makan. Dengan membeli makanan khas saya percaya akan membuat penjual makanan tradisional semakin percaya diri dengan kuliner warisan leluhur mereka. Secara tidak langsung ikut membantu mempertahankan ketradisionalan sebuah daerah.
________
Rembang yang terletak di jalur pantura selain memiliki kerajinan batik Laseman yang sudah tersohor dan situs purbakala seperti Leran dan Plawangan, Lasem – Rembang juga masih punya kuliner yang khas. Berikut kuliner maknyus yang bisa ditemui di Lasem dan Rembang versi saya… Let’s begin!
Lontong Tuyuhan merupakan kuliner khas Rembang yang bisa ditemukan di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur. Menuju desa ini hanya membutuhkan 10 menit berkendara dari pusat keramaian kecamatan Lasem. Sekilas mirip dengan sajian lontong opor, irisan lontong, potongan daging ayam komplit dengan jerohan diguyur kuah kaldu ayam dengan warna sedikit buthek akibat dari santan. Perbedaannya lontong tuyuhan diguyur kuah santan berbumbu dasar kemiri, jinten yang dicampur dengan bumbu merah rasa pedas. Sepintas rasa mirip perpaduan kuah kare dengan opor. Bingung kan? Makanya coba sendiri kelezatan Lontong Tuyuhan. Makanan tradisional yang cuma ada di kabupaten Rembang dan wajib dicoba saat singgah ke sana. Dijamin nggak nyesel menyantap hidangan yang dibanderol harga 12.000 per porsi ini ( harga update 2013).
Berikutnya ada Lontong Tahu, sajian unik yang saya jumpai jelang malam hari di jalan raya dekat HOTEL SURYA Lasem ( Jl. Raya no. 9 – telp: 0295-531233 ). Bahan dasarnya adalah irisan lontong dan potongan tahu takwa yang telah digoreng. Rebusan talas ( keladi ) yang sudah dibumbui sebagai pelengkapnya dan tak ketinggalan saus kacang mirip sajian lotek Jawa Timur-an dengan perasan jeruk pecel di atasnya. Manis bumbu kacang dan asam jeruk jadi satu, sungguh nikmat! Satu porsinya cuma seharga 5.000 rupiah saja!
Lotis jadi sajian potongan buah yang bisa ditemukan kapanpun, di manapun, lalu bagaimana jika saus dari lotis diberi bumbu petis? Nahh ini yang bikin beda. Sebut saja namanya Lotis Pantura. Rasa petis mendominasi saat saya mengigit potongan ketimun dan mangga muda yang saya beli saat singgah di Museum Plawangan, cerita tentang museum bisa klik di sini. Rasa sedikit amis membuatnya terasa beda dari lotis yang umumnya bersaus manis. Mungkin terdengar kurang pas dengan lidah namun tak ada salahnya mencoba hidangan yang satu ini. :-)
Secangkir kopi disuguhkan oleh penjaja warung kopi di sebuah gang kecil di Karangturi. Kopi yang telah disajikan tidak langsung diseruput habis begitu saja, saya disarankan menunggu endapan kopi turun dan melakukan tradisi unik yang sering disebut Kopi Lelet. Setelah air kopi dituang ke cangkir yang lain, Mas Pop @LasemHeritage menuangkan endapan kopi di atas lepek ( alas ) cangkir. Tissue diletakkan di atas lepek guna meresap sisa air kopi yang ikut tertuang. Tak selang lama, penjaga warung menuangkan cairan susu kental kemudian mengaduknya hingga menjadi sebuah adonan kental.
Adonan tersebut dikorek menggunakan tusuk gigi dan dileletkan di atas permukaan sebatang rokok. Inilah Kopi Lelet! Pengunjung bisa membatik atau menggambar motif sesuka hati tanpa pakem. Jika seorang perokok, coba sesapi aroma tembakau bercampur dengan cairan kopi yang telah meresap ke dalam lintingan tembakau. Katanya sih lebih nikmat, katanya perokok loh hehe… Sebenarnya rasa dari kopi seperti kopi hitam pada umumnya, tradisi unik warga Lasem inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Berkreasi dengan Kopi Lelet dan menjalin keakraban dengan penduduk setempat di warung kopi, sangat menarik bukan?
Kawista menjadi buah khas yang paling dicari siapa saja yang singgah ke kabupaten Rembang. Saat berada di Lasem, saya tidak mendapati buah Kawista secara langsung. Hanya mendapati sebuah pohon Kawista di halaman rumah warga saat perjalanan menuju ke sebuah situs purbakala, itupun buah masih belum terlihat besar dan matang pohon. Saat di tengah perjalanan, mas Pop @LasemHeritage menghentikan laju kendaraan dan berhenti di sebuah warung kecil yang menjual Limun Kawista. Kesan dari limun cuma satu… Segarrr… Memang rasa asli buah sudah hilang bercampur dengan soda dan bahan yang lain, namun rasa manis yang terkecap di lidah membuat saya semakin penasaran dengan rasa buah Kawista yang sesungguhnya.
Akhirnya sebelum meninggalkan Rembang, saya berhasil membawa pulang oleh-oleh berupa syrup Kawista. Syrup Kawista cap Dewa Burung masih memiliki rasa buah asli yang sangat kentara. Tidak terlalu manis karena 100% menggunakan gula tebu, buah Kawista terasa agak sedikit Coca Cola di lidah ( aneh tapi nyata ), segar dan hangat di leher, deskripsi Kawista yang bisa dijabarkan. Selanjutnya pastikan icip sendiri Syrup Kawista cap Dewa Burung… ingat… Cap Dewa Burung, bukan yang lain! Pastikan jangan lupa membawa pulang syrup Kawista cap Dewa Burung yang bisa ditemui di Jalan Diponegoro no. 45 Rembang. Eits ini bukan promosi apalagi mbuzzer loh, cuma ngarep dikenalin anaknya siapa tahu dia masih jomblo #eaaa. :-D
________
Note: Mungkin masih ada kuliner khas Rembang yang belum tertulis di sini… Mungkin ada tempat yang dirasa memiliki kuliner tradisional serupa yang lebih enak… Semua kembali ke selera lidah masing-masing. Don’t judge by its cover.
Salam kuliner…
Hemmmm enak tuh kayaknya.. Di kota saya (Kudus) juga ada tuh mas namanya Lentog Tanjung dan hanya ada di pagi hari saja
http://yasiryafiat.wordpress.com/2014/08/22/lentog-tanjung-kuliner-pagi-di-kota-kretek/
Wahhh asik nih… Kudus cuma pernah coba Soto Kebo aja.
Domisili di Kudus kah? :-)
Iya mas…
monggo mampir ke Kudus kalau pas lewat.. nanti bisa kontak saya.. :)
Asyikkk makasih mas Yasir, nanti saya hubungi kalau melipir ke Kudus :-D
Ok sipp….
Lontong Tuyuhaaaan …
Kemirinya bikin kuah lontong tuyuhan ini gurih banget, tapi sekaligus “ringan” di lidah.
Kuahnya Lontong Tuyuhan nendang banget yes, jadi penasaran mbak yang jual pake resep rahasia apa hehe
Kawista itu buah siwalan kan? Kalau buahnya saya pernah makan, tapi sirupnya belum.
Di lemari rumah ada itu satu botol belum dibuka (expirednya Februari 2015) karena masih ragu-ragu antara rasa dan penampakannya, hahaha.
Belum pernah melihat langsung tp buah Kawista beda dengan Siwalan, Mawi. Kawista atau Limonia acidissima masuk dalam jenis jeruk-jerukan dengan tekstur buah seperti delima campur sawo ( mungkin ) hehehe
Waduh, jadi ingat sirup kawis nan tiada duanya itu. Masih ada to? Terakhir ngrasain awal tahun 70-an dioleh-olehi Paman yang dinas di Pati.
Syrup Kawista masih eksis di Rembang hehehe. Bahkan ada counter jus di kota besar yang campur syrup Kawista dengan jus buah biar rasanya lebih segar :-)
Wah baru tahu aku ada sirup itu. Btw, itu rokok unik juga ya.
Hehehe iya rokok yang sudah dilelet dengan ampas kopi + susu jadi budaya unik di Lasem. Lasem menunggumu, kak Ailsa :-D
gleeekkk pagi begini baca postingan kuliner, laper beuuddd…. Penasaran dengan Tuyuhan neh tapi harga yg 5rbuan jg menggoda haha
Benere masih ada beberapa lagi Lid, seperti Sate Srepeh dan Kelo Mrico… Nko pas ngetrip bareng kudu icip semua, eh kapan yo arep ngetrip bareng e? Smoga ora wacana hahaha
Kawista itu sering jadi oleh2 wajib kalau pulang dari Pati ke sby :D
Enak ya syrupnya :-)
Btw Rifqy asli mana to? Kemarin lupa kabar2 pas ke Malang, hasilnya cuma ketemuan ama Yofangga aja :-D
Aku asli pacitan mas, tapi besar di sidoarjo, sekarang kuliah di malang haha. Njenengan domisili dimana? Kapan2 ngopi bareng yok :D
yah, haha, main2 ke candi2 sama situs2 bangunan tempo doeloenya malang udah tamat mas? Kapan2 saya ajak muter2..
Daku asli Solo, cuma tiga jam dari Pacitan kan? hehehe
Bangunan tempo doeloe di Malang belum eksplore tuntas, mesti balik sana lagi nih… Ntar temeni ya ;-)
Oooo, 4 jam mas, lebih cepet ke jogja lewat gunungkidul cuma 3 jam kurang hehe.
Insya Allah mas, catat saja nomor hape saya ni, 087759814330 :D
eh mau lho sirupnya… bikin mupeng mas brooo hehehe.. kirim sini aq juga sby..
Gak nyobain sate srepeh ya Lim pas ke Lasem / Rembang? Enak lhooo..
Nahhh ini kelupaan… Mas Pop lupa rekomendasiin sate srepeh. Tanda suruh balik ke Lasem lagi nih hehe
Update blog tentang sate srepeh ahhh..
wah menggida selera mas josh dah mantep hehe
aku blm pernah ke Lasem.dan jujur aja baru dgr namanya belakangan ini tlh baca postingan batik lasem mas fahmi anhar :D.. trnyta mas halim malah bahas makanannya ^o^. Ngiler liat 2 jnis lontongnya ;) Kayaknya enak bangetttt mas. trs lotisnya pun ^o^. Lgs terpaku liat mangga muda wkwkwkw…
itu buah kawistapun baru pertamakali ini aku tau ;p..
Next kalo pulkam ke solo naik mobil, aku mw nyuruh suami singgah ke lasem deh..penasaran :)
Hehehe jadi merasa bersalah sudah bikin ngiler lihat gambar-gambar di atas… Kuliner Lasem punya kekhasan tersendiri, nggak mudah ditemukan di kota sebelahnya. Jadi kalo ke Lasem harus sempetin kulineran deh :-D
Kemaren naik bis lewat lasem pas ke Surabaya tapi sama sekali nggak mampir buat icip-icip (iyalah naek bis:D )
lontong tuyuhannya menggoda sekali…*ngiler
Duh.. sore-sore lihat lontongnya jadi laper ginii >,<
kemaren sempet lewat lasem tapi nggak mampir, soalnya naik bis
Rembang memang banyak menyimpan kuliner-kuliner khas seperti lontong tuyuhan, Sate Serepeh,dan memiliki pesona pantai pasir putih yang tidak kalah dengan pantai di bali. Silahkan saja dibuktikan.pembaca yang budiman