Postcards From Masjid Agung Surakarta

Setelah peristiwa Geger Pecinan yang melanda Keraton Kartasura tahun 1743, Paku Buwono II memutuskan perpindahan kerajaan di tahun 1745. Seiring dengan pembangunan Keraton Surakarta Hadiningrat, beliau juga mendirikan sebuah tempat beribadah bagi umat muslim yang terletak di sebelah barat alun-alun utara, kelak dikenal sebagai Masjid Ageng Surakarta.

gerbang masjid
gerbang masjid

Bangunan inti Masjid Agung Surakarta diselesaikan oleh Paku Buwono III pada tahun 1768 dan dilakukan perbaikan demi perbaikan oleh generasi penerusnya. Ruang utama masjid terdapat empat saka guru ( tiang utama ) dan 12 saka rawa ( tiang tambahan ) dengan tiga pintu di sisi utara, tiga pintu di sisi selatan dan satu pintu di tengah-tengah.

Masjid Agung Surakarta
Masjid Agung Surakarta
serambi masjid
serambi masjid

Pawestren ( tempat shalat untuk kaum wanita ) dan Serambi dengan desain pendapa megah mirip rumah priyayi baru dibangun semasa pemerintahan Paku Buwono VIII ( 1830 – 1875 ).

ubin
ubin
serambi
serambi

Agar seruan adzan terdengar sampai jauh, saat Paku Buwono X memerintah, beliau mendirikan sebuah menara setinggi 25 meter pada tahun 1929. Dibutuhkan waktu sekitar tujuh tahun untuk menyelesaikan bangunan yang konon menelan biaya sebesar 35.000 Gulden. Tak hanya itu saja, beliau juga mengeluarkan biaya sebesar 100.000 Gulden untuk memperindah gerbang sebelah timur yang awalnya berbentuk limasan menjadi berarsitektur Arab.

tangga menara
tangga menara
menara masjid
menara masjid
view menara
view menara

Semenjak NKRI merdeka, Masjid Agung Surakarta tidak lagi dikelola oleh pihak Keraton Surakarta Hadiningrat melainkan sudah berada di bawah pengawasan Departemen Agama. Meski sudah menjadi milik negara, tak berarti meninggalkan upacara keagamaan dan ritual keraton seperti yang telah dilakukan oleh pendahulunya.

Ritual seperti Gamelan Sekaten untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW, Grebeg Mulud yang disimbolkan dengan keluarnya Gunungan Jaler dan Gunungan Estri,  Malem Selikuran ( malam ke-21 ) bulan Ramadhan dengan kirab 1000 tumpeng untuk menyambut Lailatul Qadar, serta Grebeg Syawal untuk mengungkapkan rasa syukur atas datangnya hari kemenangan Idul Fitri tetap menjadi agenda tahunan dari Masjid Agung Surakarta.

21 comments

  1. Aku paling suka sama pintu gerbangnya. Klasik bgt :)

    Oh ya, aku salut sama mas Halim. Meskipun mas Halim keturunan Tionghoa, tapi mendalami bgt budaya lokal. Aku yg asli Jawa malah nggak tahu banyak :p

    Like

  2. mas, dulu waktu saya kecil, kalau menjelang buka puasa sering dinyalakan petasan raksasa sebagai pertanda buka puasa waktu Solo dan sekitarnya Petasannya saat dinyalakan akan melesat jauh ke angkasa, lalu mengeluarkan bunyi… dullll… sebagai pertanda buka puasa.

    Like

    • Sepertinya tradisi petasan yang dimaksud sudah tidak terdengar lagi, mungkin ada kebijakan dari raja yang baru jadi ada peraturan sudah dihapus :-)

      Like

  3. ubinnee kerennnn *haduhhh masih mauu minta diajak ke pabrik tegel ituu*

    dulu kalo roadtrip ke Malang sama si Papah, pasti suka mampir ke sini nihh

    Like

  4. mesjidnya bagus yah, tapi kok aku gak pernah mampir yah?
    dulu kalo road trip lebaran ke tulung agung malah terdampar diculik di rumah temen kuliah yang lagi liburan juga.
    udah soo long banget nggak pernah ke solo, nih.

    Like

    • Masjid Agung salah satu masjid tua di Solo, ada bbrp list yg belum sempat ditulis hehe. Kalo mlipir Solo inpo aja kak, siyap jd guide deh :-D

      Like

      • wah, terima kasih kak Halim. eh, bedewe, kamu sodaraan sama temenku Indriati Santoso di Fajar Indah gak? habis nama belakangnya sama. :)

        Like

      • Embel2 Santoso itu pasaran, nggak kenal ama nama yg disebut. Anda belum beruntung, silakan mencoba nama yg lain #loh hahaha

        Like

  5. aku jadi inget sama arsitektur masjid jawa tengah, kubahnya sama kyk masjid agung surakarta, emang arsitektur jawa mungkin begitu yaa

    Like

    • Kubah atap tingkat tiga jadi ciri khas masjid lama di Jawa setelah ratusan tahun yg lalu Sunan Ampel dan Raden Patah bikin Masjid Demak. Solo sendiri punya banyak masjid kuno yg punya kubah serupa, next time kutulis biar banyak yg tahu. Masjid skrg justru pakai kubah yg terinspirasi dari kubah masjid timur tengah :-)

      Like

    • This is one of the old mosques in my hometown ( Surakarta ) which has mixed architecture between Java and Arabian style :-)
      Thanks for visiting Jo :-D

      Like

  6. Aku suka sama kayu- kayu biru peyangga masjidnya..bagus dan kokoh..
    Ooh, Orang Surakarta Ka? Kota pertama yang jadi tempat aku ber-backpacker mirip anak ilang..hehe

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s