Pesanggrahan Langenharjo

Tak banyak yang tahu jika Surakarta atau Solo pernah punya sebuah kompleks permandian yang biasa digunakan oleh raja dan kerabatnya. Memang tempat tersebut tidaklah sebesar kompleks Taman Sari di Yogyakarta rancangan Sultan Hamengku Buwono I yang dilengkapi dengan sumur Gumuling dan masjid bawah tanah. Tempat yang saya maksud juga tidak banyak menarik perhatian wisatawan yang singgah di Solo. Hanya para semedier ( sebutan untuk orang yang gemar semedi ) dan kawan sejawatnya yang dikabarkan rutin mengunjungi sebuah peninggalan Paku Buwono IX di Desa Langenharjo.

Sebelum ditemukan sumber air di Langenharjo, raja-raja pendahulu Kasunanan Surakarta hanya bisa melakukan ritual “mandi besar” di kompleks Keputren yang terletak di dalam keraton atau di permandian Pengging yang terletak di Boyolali. Mandi besar yang saya maksud adalah kegiatan seorang raja berendam di kolam berukuran besar dikelilingi selir-selirnya. Menyeruak bau wangi campuran aneka rempah yang dibakar serta taburan kembang setaman di setiap kolam. Terdengar romantis ya… Kadang kompleks keputren sebuah keraton terdapat kolam kecil di sisi lain berisi dayang-dayang yang memamerkan keindahan tubuhnya. Seorang raja bisa saja tertarik dengan kecantikan dari salah satu dayang, ada kemungkinan si dayang cuma dibelai atau mungkin juga berlanjut ke hubungan yang lebih intim #ups.

Sampai sekarang kompleks keputren di dalam kompleks Keraton Kasunanan Surakarta masih dianggap sakral. Tak seorangpun boleh masuk kecuali memiliki hubungan dekat dengan keluarga keraton. Ada sumber yang mengatakan bahwa kompleks keputren sudah terlihat kumuh, dihuni baju jemuran, tembok retak dimana-mana, bekas kolam permandian raja nampak seperti kolam ikan penuh lumut tebal sampai dengan berita atap ambrol akibat termakan usia. Carut-marut ekonomi keraton sampai perebutan tahta antara anak-anak raja terdahulu membuat kompleks keputren masuk dalam kategori cagar milik Keraton Kasunanan Surakarta yang terbengkalai.

Lupakan sejenak kompleks Keputren yang tidak terawat, kembali ke cerita permandian unik yang terletak tak jauh dari kota Solo.

Pesanggrahan Langenharjo
Pesanggrahan Langenharjo

Di tengah pembangunan kompleks perumahan hotel dan mall yang semakin marak di bilangan Solo Baru, kabupaten Sukoharjo masih bertahan bekas permandian raja yang dikeramatkan karena mempunyai keunikan lain daripada permandian yang lain. Perlu diketahui bahwa wilayah Sukoharjo dulu merupakan daerah kekuasaan Keraton Kasunanan Surakarta. Setelah Indonesia merdeka, otomatis daerah kekuasaan kerajaan lepas satu-persatu dan berdiri sendiri menjadi sebuah kabupaten. Lalu keunikan apa yang dimiliki oleh permandian di Langenharjo?

Saat Paku Buwono IX bertahta mulai tahun 1861 sampai 1893, beliau menemukan sebuah sumber air panas yang konon berasal dari Gunung Lawu di Desa Langenharjo. Yupp sumber air panas di dataran rendah! Kandungan mineral sulfaat, phosfaat, CO2, HCO, Hg, Ca ( Calcium ) dan kandungan mineral lain yang terus-menerus keluar dari sumur dianggap bisa menyembuhkan segala penyakit kulit, badan loyo sampai rematik. Sampai sekarang kompleks yang terletak tidak jauh dari Jembatan Bacem di sisi utara Bengawan Solo ini masih mengeluarkan air panas yang bisa digunakan oleh pengunjung yang ingin berobat atau cuma sekedar berendam.

Setelah menemukan sumber air panas, Paku Buwono IX membangun sebuah pesanggrahan di sampingnya. Dibangun pada tahun 1870 dengan desain arsitektur Jawa lengkap dengan pendopo yang cukup luas, gandhok kiwo dan gandhok tengen yang biasanya ditempati putra dan putri raja serta beberapa ruang di bagian belakang. Ruang dalem ageng atau kamar raja selain diisi dengan sebuah ranjang berukuran besar juga dilengkapi dengan anak tangga untuk naik ke Sanggar Pamujan, nama ruangan di lantai dua yang biasa digunakan sebagai tempat bersemedi raja dan putra-putranya.

Pembangunan kompleks permandian dilanjutkan oleh Paku Buwono X, penerus tahta Paku Buwono IX pada tahun 1931 yang ditandai dengan tulisan “PB X 15.7.1931” di tembok yang melingkari sumur. Dibangun sebuah kolam besar serta enam bilik mandi dilengkapi dengan bathtub rancangan PB X. Jangan bayangkan bathtub ala Eropa yang mewah, bathtub hanya serupa bak mandi besar seukuran tubuh manusia dengan tegel putih sebagai alasnya dan dilengkapi pancuran yang akan mengalirkan air panas ke dalamnya.

bekas kolam permandian
bekas kolam permandian

Sempat menjadi tempat rekreasi umum di tahun 1990-an tidak membuat kompleks ini semakin terkenal. Kondisi sekarang terlihat sepi, kolam besar sudah digenangi air hujan dan ditumbuhi enceng gondok, dan tidak banyak terlihat pengunjung yang mandi apalagi berendam. Suasana bilik yang seperti setting film horor serta biaya masuk untuk berendam sepuasnya dipatok 10.000 rupiah oleh penduduk sekitar yang mengelolanya membuat objek wisata andalan Sukoharjo ini semakin terpuruk.

Menjadi wilayah dari kabupaten Sukoharjo dan masih menjadi bagian dari sengketa tanah dengan kerabat keraton membuat pesanggrahan ini nyaris senasib dengan kompleks Keputren. Bangunan cantik nan megah ini seolah hanya menunggu waktu untuk hancur perlahan. Kurangnya promosi dari dinas pariwisata membuat permandian keramat ini hanya terkenal di kalangan semedier sebagai tempat ngalap berkah, mungkin pesugihan, mungkin jodoh, mungkin demit dan mungkin yang lain.

ceruk semedi
ceruk semedi

Sedikit terkejut saat juru kunci menunjukkan beberapa titik yang biasa digunakan untuk semedi setiap malam Jumat dan Selasa Kliwon. Patung Rajamala di pendopo, sebuah ruang yang berisi sebuah lukisan setengah badan Paku Buwono IX menyisakan bunga sesaji dan bekas kemenyan di depannya. Lantai dua di dalem ageng juga merupakan salah satunya. Padahal jika lepas dari pengaruh mistis, view dari menara lantai dua mengarah ke kolam permandian yang terletak di belakang pesanggrahan. Bisa jadi fungsi menara di lantai dua ini sebenarnya serupa dengan keberadaan menara di Taman Sari Yogyakarta dimana raja menggunakan menara tersebut untuk mengintai mangsa ( baca : dayang cantik ). :-D

Tertarik untuk mengunjungi Pesanggrahan Langenharjo? Cukup ikuti papan petunjuk dari arah Grogol ( sebelum Jembatan Bacem ) menuju Jalan Raya Solo Baru. Permandian keramat ini terbuka untuk umum, cukup membayar ke penduduk yang menjaga bilik. Sedangkan komplek pesanggrahan bisa dimasuki asalkan minta izin terlebih dahulu ke juru kunci yang sedang bertugas.

Note : Saking identik dengan semediers, tempat ini sempat digunakan sebagai salah satu objek uji nyali bertajuk Permandian Keramat Beraura Magis. Duhh… Padahal Langenharjo punya sejarah hebat, lebih dari kesan horor, kawan!

Save our heritage;-)

18 comments

      • di kolong jembatan wkwkwk… bukan, deket makam bacem, masih langenharjo juga, di dekat rumah di sebelah pintu air ada monumen tugu PB 10, konon dulu beliau suka menghabiskan waktu bercengkrama bersama melihat panorama sungai bengawan solo…

        Like

  1. Yah itulah yang jadi masalah di Indonesia, kita tidak pandai memelihara peninggalan leluhur kita. Kalau saja tempat itu di resmikan jadi obyek wisata, dan pengunjung harus bayar untuk menikmati heritage tersebut, maka dana yang terkumpul akan bisa digunakan untuk memaintain dibandingkan cuma jadi berlumut dan lama-kelamaan rusak….

    Like

    • Bener, masalah klasik Indonesia ya :-)
      Hanya bisa berharap makin banyak anak muda yang datang berkunjung dan belajar sejarah tempat tsb, bukan hanya anak muda yg cuma sekedar lewat saja. Kadang bukan cuma masalah dana saja, kadang butuh sedikit kepedulian agar tempat tersebut bisa bertahan :-)

      Like

    • Kandungan Hg ( Raksa ) yg entah berapa persen hehe. Kabarnya air di sana juga bisa bikin tubuh mengambang entah akibat dari kandungan apa lagi :-D

      Like

  2. Tempatnya antik banget. Langsung terbayang setting Kaca Benggala liatnya. BTW, Koh Halim semedi buat apa di sana? Jodoh?

    Like

    • Alamakk… Kaca Benggala itu sodaranya Saur Sepuh ya? Maap belum lahir pas serialnya tayang di TPI *pencitraan gagal* :-D

      Anuuhh tiap malem Jumat bikin pangsit buat orang cari wangsit, koh… demi selembar tiket >_<

      Like

  3. Kira kira apakah di sekitar Sukoharjo terdapat jalur vulkanik? Atau terdapat kandungan panas bumi di dalamnya?

    Like

    • Ada kemungkinan, karena di kompleks permandian cuma terlampir keterangan hasil kandungan mineral yang ada. Hanya ditonjolkan segi kesehatannya bukan dari segi ilmu geologinya. Barangkali mau bantu meneliti, bro? :-D

      Like

  4. Weh, menarik ini, saya kira pemandian kraton Surakarta adanya di Boyolali saja. Ternyata di Sukoharjo juga ada, Bolehlah ini dijajal. Eh iya, apa ada kuliner recommended dekat tempat ini mas Bro?

    Like

    • Monggo dijajal biat tempatnya ramai turis, nggak ramai ama semediers aja hehe…
      Kuliner di dekat Langenharjo ada Nasi Liwet Yu Sani Solo Baru, tapi buka setelah maghrib.
      Kalau untuk makan siang mesti masuk kota Solo ( selat mbak Lies Veteran, mie thoprak Jayengan ) atau di Sukoharjo ( ada ayam goreng mbak Yuli ) :-)

      Like

      • Padahal niat saya ke sana mau interview sama “penduduk” sana, hahaha. Woke2 trims infonya. Pingin nyobain makanan yg terkenal, masak mie ayam terus, hehehe.

        Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s