Sore itu sayup-sayup terdengar lagu rohani berbahasa Jawa mengalun merdu di sebuah pendopo besar dengan empat pilar berwarna hijau. Penyangga atap terbuat dari kayu jati dengan ukiran di langit-langitnya mengingatkan saya akan bangunan joglo khas Solo – Yogya. Sungguh merasa kagum melihat kemegahan arsitektur sebuah gereja nJawani yang terletak di Desa Sumbermulyo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tersebut.
Sore itu saya bukan hanya sebagai pemburu foto apalagi gebetan #ehh, tapi sebagai salah satu di antara banyak umat Katolik yang beribadah di Gereja Ganjuran. Bangunan lama dengan design khas kolonial memang sudah tidak tampak, semua sudah diganti dengan bangunan yang lebih dominan unsur Jawa semenjak gempa besar menimpa Ganjuran tahun 2006 silam.
Pembangunan gereja di wilayah Ganjuran diawali dengan penyebaran agama yang dilakukan oleh Dr. Joseph Schmutzer dan Ir. Julius Schmutzer, warga negara Belanda yang bekerja sebagai manager di Pabrik Gula Gondang Lipuro sejak tahun 1912. Pendekatan demi pendekatan dilakukan oleh Schmutzer bersaudara kepada para buruh pabrik dan penduduk sekitar. Dan usaha mereka membuahkan hasil dengan berdirinya Gereja Hati Kudus Yesus pada tanggal 16 April 1924. Tak hanya gereja saja, mereka mendirikan 7 sekolah dasar di tahun 1919 ( sekarang dikelola Yayasan Kanisius ) serta sebuah rumah sakit St. Elizabeth Ganjuran yang didirikan oleh Caroline van Rijckevorsel, istri Ir. Julius Schmutzer. Rumah sakit Onder de Bogen atau sekarang disebut Panti Rapih di Yogyakarta juga merupakan salah satu bentuk perhatian Caroline yang lain di bidang kesehatan. ( dirangkum dari buku panduan “Gereja Hati Kudus Yesus di Ganjuran” )
Ada dua kali misa ( perayaan ekaristi ) di hari Sabtu dengan dua waktu yang berbeda, yaitu pukul 4 sore dan 6 sore. Menggunakan pengantar berbahasa Jawa pukul empat sore, sedangkan pukul enam sore menggunakan bahasa Indonesia. Datang terlalu awal di gereja yang terletak sekitar 20 km dari kota Yogyakarta tersebut membuat saya dan seorang teman akhirnya mengikuti misa sore dengan pengantar bahasa Jawa. Sesekali bingung dengan firman yang dibacakan oleh Romo. Sesekali mengalihkan pandangan ke arah ibu-ibu paruh baya bersanggul yang memakai kebaya dan jarik sebagai baju resmi mereka.
Sebelum kepulangan Schmutzer bersaudara di tahun 1934 akibat tutupnya Pabrik Gula Gondang Lipuro, mereka telah meninggalkan sebuah cindera mata yang sampai sekarang menjadi icon Gereja Ganjuran. Diadopsi dari gaya Jawa dan Hindu berdirilah sebuah candi dengan patung Yesus di dalamnya pada tahun 1927 yang kemudian disebut dengan Candi Hati Kudus. Bentuk candi yang sepintas tak jauh berbeda dengan bentuk salah satu candi yang tersebar di Candi Prambanan tersebut memiliki sebuah patung Yesus lain dari biasanya. Yesus digambarkan duduk di kursi menggunakan baju khas Jawa dengan mahkota menempel di atas kepalanya. Setelah Schmutzer meninggalkan tanah air, otomatis kepemimpinan digantikan oleh pastor Indonesia. Romo Albertus Sugiyopranoto/ Soegijapranoto merupakan salah satu pastor yang pernah memimpin Gereja Ganjuran di tahun 1934 sebelum beliau diangkat menjadi Uskup Indonesia yang pertama pada tahun 1940.
Altar yang terletak di dalam gereja ditata sedemikian rupa dengan menonjolkan unsur Jawa. Tepat di belakang altar terdapat dua buah malaikat bersayap dilengkapi dengan topi seperti penggambaran ksatria. Sang Maha Prabu Jesus Kristus Pangeraning Para Bangsa, tulisan yang tertera di patung Yesus yang diletakkan di sebelah kiri altar. Sama halnya dengan penamaan Bunda Maria yang terletak di sisi kanan disadur dalam bahasa Jawa menjadi Dyah Marijah Iboe Ganjoeran. Souvenir yang dijual di Unit Usaha Panti Asuhan Santa Maria pun memiliki keunikan yang mungkin tidak bisa ditemui di Gereja Jawa yang lain. Mereka membuat sosok Bunda Maria sebagai wanita berkebaya denagn rambut disanggul persis seperti penggambaran perempuan Jawa. Ada pula souvenir patung Yesus dengan versi persis seperti di dalam Candi Hati Kudus.
Note : Tempat ini bukan tempat wisata…… Gereja Ganjuran terbuka bagi siapa saja yang ingin beribadah, atau pengunjung yang ingin menikmati ketenangan dalam doa di tengah halaman Candi Hati Kudus yang sunyi dengan pohon pinus di sekelilingnya. Hormati orang yang sedang beribadah dan jaga ketenangan jika berkunjung saat ibadah berlangsung. Berikut jadwal ibadah Gereja Ganjuran :
Senin-Sabtu pukul 05.30 WIB ( Senin-Rabu Bahasa Indonesia, Kamis-Sabtu Bahasa Jawa ) // Sabtu 16.00 ( Bahasa Jawa ) / 18.00 ( Bahasa Indonesia ) // Minggu 07.00 ( bahasa Jawa ) / 16.00 ( Bahasa Indonesia ) // Khusus malam Jumat pertama ada misa di halaman candi pukul 19.00 diiringi gending dengan bahasa pengantar Jawa.
Happy Easter 2014 ^_^
selain yang beribadah harus ada ijin dulu utk masuk?
happy easter koh halim :)
LikeLike
Boleh masuk ke area candi-nya, asal nggak berisik diizinkan kok hehe…
Thank u, Ruslan :-)
LikeLike
Selamat hari Jumat Agung, mas. Tuhan memberkati. Aku juga lagi pulang kampung di Jogja nih :)
LikeLike
Sama-sama bro :-D
Jogja Solo deket loh, kpn nih main kemari? Hehe
LikeLike
Ahaha. Pas libur panjang aja nanti kayaknya. Aku kangen sama Jogja :3
LikeLike
Salam kenal Mas :)
Saya setiap ada kesempatan di tanggal merah selalu ke sini. Semacam ketagihan kesejukan airnya.
Selamat Paskah *yang kecepetan* :D Berkah Dalem
LikeLike
Udara yang sejuk di dalam maupun di halaman candi bikin hati damai banget saat berdoa. Betah lama di sana hehe.
Selamat Paskah dan salam kenal juga :-)
Berkah Dalem
LikeLike
Saya pernah masuk kemari tahun 2010 pas meliput kegiatan kantor. Walaupun saya bukan umat Katolik tapi saya turut meresapi aura yang dipancarkan gereja Ganjuran ini, bagaimana budaya dan religi bersanding bersama.
Ketika waktunya rehat, saya mencoba duduk di bangku dekat altar, bersebelahan dengan seekor anjing yang tetap terlelap tanpa terganggu oleh kehadiran saya. Suasana waktu itu membuat hati damai, hahaha.
LikeLike
Tenang banget suasananya terutama di depan candi, cuma kedengeran suara gemericik air keran untuk wudhu beberapa pengunjung, bener-bener seperti dunia tanpa suara hehe. Mungkin aku bisa bablas tidur seharian kalo kelamaan berdiam diri di sana :-D
LikeLike
saya malah jarang ikut misa sabtu minggu..biasanya ke ganjuran siang/sore hari biasa yang tenang dan sejuk atau ikut misa malam jumat yang rameeee banget! kontras! Nice post, dan selamat paskah! :)
LikeLike
Kapanpun misa nya, Gereja Ganjuran berkesan di hati yah hehe.
Selamat Paskah juga kawan :-)
LikeLike
asik juga tuh
LikeLike
:-)
LikeLike
What a beautiful place to celebrate life. :)
LikeLike
Thanks, Jo. This church was a peaceful place I’ve ever seen :-)
LikeLike
Lho, aku malah durung tekan kene bro…:(
LikeLike
Yuk kapan mrono bareng bro. Akses e gampang kok, sejalur ama Parang Tritis :-)
LikeLike
sudah lama pengen ke tempat ini….tapi belum terlaksana…kapan bisa antar aq kesini Lim…..hehehehhe
LikeLike
Tempat e sepi, tenang banget.
Ayok cari hari yg pas dulu, yu Nur :-)
LikeLike
Setiap malam Jumat pertama, saya selalu hadir dalam misa kudus yang di pimpin Romo Utomo. Wah sungguh sakral suasananya.
LikeLike
Sebelum diketemukan sumber air perwitasari, Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran belum menjadi tempat ziarah uma Kaolik. Candi hanya difungsikan ketika arak- arakan pada hari Minggu Palma, dan perayaan Hari Raya Kristus Raja yang oleh umat Katolik setempat disebut prosesi. Selain dua hari tersebut, praktis Candi (termasuk halamannya) merupakan bangunan candi peninggalan sejarah gereja Ganjuran. Setelah ditemukan mata air perwitasari, dan konon kabarnya bawa air tersebut berkhasiat demi kesehatan, maka mulailah Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran sebagai tempat peziarahan rohani Katolik, dan sekaligus goa Maria di sudut taman makam Katolik (dulu di depan gereja lama) sekarang di samping sebelah barat gfereja juga menjadi tempat peziarahan. Di era tahun 2000 an hingga entah kapan ada tradisi baru dalam peziarahan yakni ziarah di 9 tempat (entah itu gereja ataupun goa Maria) Ketika ziarah ke 9 tempat ziarah biasanya ada urutan dengan urutan ke 8 ziarah ke Bunda Maria yang di Ganjuran, dan yang terakhir (ke sembilan) di depan Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran dan diakhiri dengan perayaan ekaristi di depan candi Hati Kusus Yesus. Entah dari mana sumber paket ziarah tersebut, namun nyatanya menjadi trens peziarahan umat Katolik yang juga ditawarkan oleh biro-biro perjalanan ziarah. Selamat melakukan perjalan ziarah ke Bunda Maria dan Candi Hati Kudus Yesus di Ganjuran.
LikeLike
Salam. Keinginan utk ke ganjuran semakin besar stlh membaca tulisan ini ttp bgm caranya yah..(tdk ada teman di sini) pake biro perjalanan tp cuman sendiri..
LikeLike
Saran saya, rental mobil atau sepeda motor dari kota saja. Lokasi mudah ditemukan dan arah juga jelas. Lebih enak dengan cara demikian kalau mau ke Ganjuran :-)
LikeLike
Salam. Terima kasih utk sarannya, kl boleh nanya lg dr bandara/stasiun tugu kisaran berapa rental mobil/motor ke ganjuran. Maaf byk tanya, sy benar2 awam tdk tahu ttg jogja ataupun ganjuran. Tuhan memberkati.
LikeLike
mohon informasi ( kami berniat membawa rombongan wilayah paroki III,pluit ) kesana ada penginanpan disekitar sana yg tdk terlalu mahal<mohon maaf sebelumnya,terima kasih,GBU.
LikeLike
Kelihatannya adem banget suasananya, jika berkunjung terus foto-foto apa diperbolehkan?
LikeLike
Diperbolehkan asalkan menjaga ketenangan dan privasi dari pengunjung yang datang untuk berdoa atau beribadah di gereja. Di sini juga terkenal dengan sumber mata air yang katanya sih menyegarkan bahkan menyembuhkan. Pengunjung umum boleh mencobanya di kamar mandi khusus yang telah mereka sediakan. :-)
LikeLike
Wah..lengkap banget yah..
LikeLike
Untuk meliput saat ada acara keagamaan natal misalnya,perlu izin kah?bagaimana kah caranya?
LikeLike
Halo mas Dwi, coba hubungi sekretariat Gereja Ganjuran lewat telepon (0274) 367154 untuk respon tercepat dan lebih jelasnya. Semoga membantu :-)
LikeLike
Haloo mas, aku rencana mau ke sana nih bulan Febuari.
kira2 kalo ada kota jogja arahnya kemana ya? soalnya rencana pergi sendiri.
Apakah memungkinkan untuk sewa motor? atau harus sewa mobil karna jaraknya?
Terima kasih,
Tuhan memberkati
LikeLike
Halo mbak Regina, Gereja Ganjuran terletak di Jl. Ganjuran. Tidak terlalu jauh dari pusat kota Yogya seperti Malioboro – sekitar 15km, sehingga bisa menggunakan sepeda motor atau mobil jika malas berpanas-panasan hehe. Rute mudah jika mbak Regina dari pusat kota, bisa ambil Jl. Parangtritis, jalan arah Bantul menuju Pantai Parangtritis. Tapi maaf saya lupa Jl. Parangtritis kilometer brp harus belok kanan mengikuti Jl Ganjuran. Semoga masih ada petunjuk jalan yang bisa mengarahkan mbak Regina seperti dulu saat saya ke sana. Semoga jawaban saya bisa membantu. :-)
LikeLike
Makasih banyak mas infonya. Semoga nanti ga nyasar di sana. hehehe
LikeLike