Gaya jalan seseorang dalam suatu perjalanan masih menjadi perdebatan hangat suam-suam kuku di medsoc, bahkan tak jarang mereka saling mencibir di dunia maya. Padahal bepergian atau travelling dengan cara apapun menjadi hak masing-masing individu, bagi saya pribadi yang terpenting adalah berteman dengan penduduk setempat. Berteman dengan penduduk lokal memiliki banyak keuntungan, bisa mengenal kebudayaan daerah yang ada di tempat tersebut, diajak mencicipi hidangan tradisional, bahkan diajak ke tempat wisata yang nggak populer dan belum pernah dipublikasikan di majalah wisata.
Saya sering mengajak teman dari luar kota untuk mengenal Solo lebih dalam, bukan mengenalkan mereka ke tempat wisata yang penuh turis, atau bahkan makan sajian fast food di restoran siap saji. Kegiatan itu tentu akan sangat membuat mereka bosan jika saya melakukan hal tersebut. Mengenalkan kuliner pasar seperti mendut, lenjongan, dawet, bahkan makanan khas seperti cabuk rambak, brambang asem, pecel ndeso, dan sebagainya. Mengajak mereka melihat harta karun musik Indonesia bernama Lokananta juga bisa menjadi pengalaman tak terlupakan bagi tamu saya. Hasilnya mereka merasa puas karena mendapat sesuatu yang tidak pernah mereka temui di kota tempat mereka tinggal.
Pertanyaannya bagaimana jika saya akan berkunjung ke kota sebelah atau bahkan ke luar negeri? Akankah mereka melakukan hal yang sama? Ada kalanya seseorang punya banyak waktu untuk berkenalan dan menjalin komunikasi sekian lama dengan teman baru lewat dunia maya yang akan memudahkan kunjungan di kota asal mereka. Cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh pejalan yang mempunyai waktu untuk sekedar mengecek media sosial setiap harinya. Lalu bagaimana dengan calon pejalan yang mungkin tidak punya Facebook, Twitter dan kawan-kawannya? Atau punya media tersebut tapi tidak punya waktu banyak untuk sekedar menyapa di dunia maya karena kesibukan di tempat kerja mereka?
Banyak website yang menawarkan tour dengan berbagai aktivitas menarik selama di tempat tujuan, tapi belum tentu mereka mengajak peserta tournya berinteraksi lebih dekat dengan penduduk lokal. Yang ada hanya makan di salah satu restoran terkenal, digiring ke toko souvenir, hanya berinteraksi dengan pedagang alias tawar-menawar barang. Hmm terdengar kurang mengasyikkan bukan?
Beberapa waktu lalu saya menemukan website yang mempunyai konsep unik dan tertata dengan kriteria jalan bareng penduduk setempat seperti yang saya maksud sebelumnya. Berinteraksi dengan penduduk lokal, melihat sesuatu yang baru dan unik, bisa menikmati kota yang akan dikunjungi tanpa rangkaian tur yang mengikat dan tentu saja menambah teman baru. Website yang saya maksud memang baru launching tahun lalu, namun penawaran serta harga yang tidak terlalu mahal membuatnya jadi menarik. Dijamu masakan rumah di kediaman tuan rumah yang diberi istilah home restaurants seperti di salah satu rumah host di Srilanka, kemudian diajari masak makanan tradisional di Bangkok, Thailand, menelusuri desa kecil dengan menggunakan sepeda motor di Nha Trang, Vietnam dan beragam penawaran yang semua bisa ditelusuri di withlocals(dot)com.
Ada perasaan ragu, ada perasaan cemas takut ditipu di jalan saat melakukan transaksi lewat internet? Coba tenggok ketentuan di Withlocals yang sudah mengatur yang terbaik bagi para pejalan maupun tuan rumahnya >> http://www.withlocals.com/info/how-it-works/for-travelers/.
Jadi tunggu apalagi? Mau jadi seorang tamu yang ingin merasakan perjalanan yang lain dari biasanya? Atau bahkan berminat jadi tuan rumah? Let’s make it possible… :-)
Mendut!!!!!!! Ah Kowe bikin kepengen. #SalahFokus
Hihihi ayo ke Solo, ntar kutraktir mendut >_<
saya setuju banget.. soalnya selama ini saya terbantu sekali dengan teman-teman yang berdomisili di daerah yang akan saya kunjungi.. kalaupun mereka tidak bisa menemani, paling tidak mereka bisa membantu merekomendasikan tempat-tempat yang mesti saya datangi…
Right ! :-)
wajib sih klo mnrtku kenal dgn lokal kan seperti kata pepatah dimana kaki dipijak disitu langit dijunjung :)
Betul banget pepatahnya Winny. Kita juga bisa mengenal daerah tersebut dari sudut pandang orang lokal, merasakan pengalaman menjadi penduduk asli bukan sebagai turis yang semata ingin jepret-jepret terus pulang ke rumah :-)
setuju bgt
Oom, kowe coba toh withlocals … Aggy udah ta’ promosiin lho … Kowe kan knowledge inside and out Solo udah di luar kelapa eh kepala ;-)
Btw, Lokananta tuh kl di Jakarta nama tempat resto :-P
Hahaha semoga bisa meluncur ke arah sana. Makasih buat nasihatnya ;-)
Lokananta resto pasti njiplak nama Lokananta di Solo, perlu dilaporin ke mana ya? :-P
Kalau perjalanan minus bertemu orang2 lokal, ujung2-nya nulis terasa hambar ya lim
Nahh ini betul banget. Nggak dapet emosi blas alias hambar. Beda kalo ketemu en chit chat ma orang lokal, serasa disodori pengalaman nyata bukan cuma sekedar berlibur :-)
isian Mendut apaan yak? blm pernah makan, kok ijo2 gitu
Mendut diisi klepon :-)
Saya juga sudah lihat nih website Withlocals.. konsep websitenya unik dan baru didunia industri pariwisata.. suatu pendekatan yang menarik bisa lebih dekat dengan penduduk lokal.
artikelnya bisa dibaca disini
http://www.shu-travelographer.com/2014/01/temukan-pengalaman-unik-dan-berkesan.html
Bisa jadi host ataupun jadi tamu. Let’s make it possible :-)
Minat jadi tuan rumaahhh.. ahahayy..
Waahh asyik nih….meluncur ke rumah kak Nurul hehe
hihi, iya orang lokal atau yang tinggal di daerah itu emang lebih tahu mana yang bagus dan unik :D *pengalaman sering nge guide pas masih di bali dulu XD*
Kapan pindah ke Bali lagi bro? Mo nebeng nih #ehh :-D
hahaa, taun depan semoga bisa balik ke sana lagi :D masih terkunci di ibukota ini XD
Gara-gara banyak blog travel blogger yg menceritakan withlocals, akhirnya mbuka2 webnya dan penasaran juga buat nyoba lain waktu