Tanpa persiapan matang dalam mencari data sebelum perjalanan menuju Tuban membuat saya, mbak Yusmei serta Azizah hanya bisa manut dengan panduan dari nyonya rumah – mbak Dian dan Endah yang membawa kami keliling kota Tuban. Saya tidak ada bayangan sama sekali bahwa Tuban merupakan kota wisata religi dimana terdapat makam salah satu Wali Songo yaitu Sunan Bonang. Makam tersebut terletak persis di sebelah Masjid Agung Tuban, tak heran banyak terlihat para peziarah memadati halaman masjid termasuk gang-gang kecil di sekitarnya. Saya juga tidak menyangka mbak Dian akan membawa kami menelusuri jalan sempit samping masjid menggunakan sepeda motor, saya harus menerobos kerumunan peziarah yang memadati jalan penuh kios-kios berjualan souvenir tersebut, adegan yang serasa seperti game ala Amazing Race. :-)
Pengaruh kuat penyebaran Islam sejak abad ke-15 membuat kota Tuban memiliki wisata alam yang digabungkan dengan wisata religi, seperti sebuah tempat beribadah bernama Masjid Askhabul Kahfi. Hanya sekitar 10 menit berkendara dari pusat kota sampailah kami di depan sebuah bangunan yang dikerumuni banyak orang. Pintu masuk serupa terowongan dengan papan bertuliskan “Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi” di atasnya menyambut para pengunjung.
Semula saya bingung dengan fungsi tempat ini, setelah mendapat sedikit penjelasan bahwa terdapat sebuah masjid di tempat nyentrik ini saya langsung paham. Nyentrik? Hampir seluruh dinding diberi warna cerah ala pelangi dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan aksara Jawa kuno di setiap sudutnya. Aksesoris berupa guci, marmer berbentuk bola sampai telur raksasa berhasil membuat pengunjung terkesima.
Tanda larangan “Dilarang Mengambil Gambar” hanya kamuflase belaka. Pengunjung boleh mengambil gambar sepuasnya di setiap sudut ruangan kecuali ruangan dalam masjid yang terletak di bagian paling bawah dan ujung goa. Yang perlu diperhatikan hanya jangan lupa melepas alas kaki saat masuk ke kompleks masjid serta menjaga tutur kata.
Goa alami tersebut sempat menjadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat sekitar sampai akhirnya tanah seluas kurang lebih tiga hektar meliputi goa di bawahnya diambil alih oleh Kyai Subchan. Sekarang bisa dilihat beberapa bagian goa sudah dimodifikasi menjadi lebih menarik dengan ornamen yang memikat mata. Penggalian terhadap goa masih terus dilakukan demi terciptanya jalur yang menarik untuk ditelusuri, daya tampung masjid yang lebih besar bagi pengunjung serta pengembangan pondok pesantren yang terletak di dalam kompleks.
Goa Akbar yang terletak di sebelah Pasar Baru Tuban juga memiliki masa lalu yang nyaris sama dengan masjid Askhabul Kahfi. Pernah menjadi tempat pembuangan sampah bagi para pedagang pasar tidak membuat Goa Akbar yang terletak di sebelah Pasar Baru Tuban memiliki masa depan yang suram. Setelah dikelola oleh pemerintah setempat sejak tahun 1998, goa yang konon pernah menjadi tempat perundingan para pemuka agama dengan pemerintah pada masa penyebaran agama Islam tersebut sudah menjadi sebuah wisata alam yang mumpuni. Tempat ini dibuka untuk umum, pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar 4.700 untuk hari biasa dan 5.700 untuk akhir pekan.
Memang tidak sedahsyat Goa Gong di Pacitan yang memiliki tata lampu dan stalagtit stalagmit yang masih memukau. Tapi jangan salah, Goa Akbar justru memiliki sumber mata air yang melimpah ruah. Banyak aliran sungai bawah tanah yang membuat saya bertanya dalam hati, ada berapa banyak aliran sungai bawah tanah di Tuban jika ditelusuri semuanya.
Suatu objek yang sering disakralkan dan dikaitkan dengan kepercayaan kadang membuat orang mengurungkan minat khusus untuk mencari potensi alam yang telah ada. Padahal dengan ditemukan air bawah tanah yang melimpah tentu bisa membuat warga tidak perlu meneguk air beraroma kapur yang tersalurkan ke tiap rumah penduduk. Jadi tunggu apa lagi? Yuk wisata goa ke Tuban. :-D
Note : Indonesia punya hamparan tanah subur yang mumpuni untuk ditanami apa saja, pantai berombak besar yang cocok untuk surfing, gugusan gunung berapi yang asyik untuk didaki, terumbu karang di laut lepas yang super, aliran sungai serta goa bawah tanah yang keren, sampai bangunan-bangunan tua berumur ratusan tahun. Sayangnya beberapa objek wisata terutama di pulau Jawa sering dibumbui cerita yang saya bilang tidak netral. Tanpa bumbu mistis, tanpa perlu disisipi memetwit, Indonesia itu punya semuanya, punya sesuatu untuk dibagi.
Sekecil apapun kotamu, ada potensi wisata yang besar di setiap sudutnya…
Create a free website or blog at WordPress.com. The Suburbia Theme.
beneran baru pertama kali ini loh baca tentang Masjid Askhabul Kahfi, ngeliat thumbnail foto kubah dan menara mesjidnya warna warni banget yah :)
Agama dan kebudayaan bergabung menjadi satu di Mesjid ini yah kohal, dibeberapa sudut ada tulisan arab dan ada jawa kunonya, aahhh jadi pengen mampirr deh
Naik pesawat ke Surabaya terus melipir ke Tuban… Nggak susah kan?
Yuk ke Tuban ;-)
Tuban ternyata menyimpan banyak tempat wisata menarik. Mari silakan berkunjung *serasa tuan rumah :)
Hahaha harusnya yang nulis kalimat di atas itu mbak Dian selaku nyonya rumah ya :-D
Suka sama warna masjidnya yg colourful :-)
Warnanya kaya permen lolipop hahaha
Itu goa nya kalo diksh lighting warna-warni pasti lbh bagus lagi ya :-)
Pacitan juga sudah dilengkapi lampu warna warni dan hasilnya jadi seperti di luar negeri. Smoga Tuban menyusul :-)
Tuban kaya dng wisata religi
Betul… dan masih banyak potensi wisata lain yang belum diperkenalkan :-)
Tuban menarik juga ya ternyata, ada masjid di perut bumi. Aku taunya cuma ada rumah mbak dian disana hahaha
Jadi suk melipir ke Tuban trus mampir ke rumah mbak Dian trus nagih legen hahaha
Pengalaman saya ke Tuban cuma numpang lewat waktu perjalanan dari Surabaya ke Bandung lewat jalur pantura. :) Kesan saya waktu itu Tuban adalah kota yang panas dan gersang. Ternyata kesan pertama saya menipu. Salut untuk pemerintah setempat yang mampu mengubah sebuah tempat yang tadinya tidak dioptimalkan fungsinya oleh masyarakat menjadi tempat wisata yang menarik. Itu salah satu fungsi pemerintah lokal bukan? :)
Terletak di jalur pantura membuat Tuban kurang dijadikan tempat berlibur, beberapa orang cuma transit sebentar. Padahal banyak potensi wisata belum terekpos yang bisa dikenalkan ke masyarakat sebagai tempat keren untuk wisata.
Goa Akbar salah satu bentuk kepedulian pemerintah lokal dalam memaksimalkan alam yang ada agar bisa dinikmati orang banyak :-)
Aku belum pernah ke Tuban :(
Aku juga belum cobain tuak yang legendaris di Tuban, artinya musti ke sana lagi… Yuk kak bareng yuk :-P
Aku mana boleh minum tuak sampai kelar menyusui nantiiiii :)) 2 tahun lagi ya boook. Hahaha
wah baru tahu ada Mesjid di gowa. Itu berarti dindingnya ditembok dong, biar bisa dipasang ornamen?
Bisa dibilang seperti itu, banyak bagian yang sudah tidak alami lagi hehe…
Lain dengan Goa Akbar yang masih alami dan punya lorong panjang yang enak buat ditelusuri serta sumber mata air yang melimpah :-D
Wondering, apa dampaknya ya kalau gowa dibangun.
Tuban pasti makin terkenal abis dikunjungi sama para travel blogger kondang nih :p
Hahaha semoga nyonya rumah di Tuban siap menerima banyak pertanyaan dan tawaran jadi guide *lirik mbak Dian*
Semoga wordpress membuat fitur baru yg memungkinkan untuk mention akun orang lain ya.. Kasihan mbak Dian kan jadi gak tahu kalau diomongin :p
Rh pintu masuk nya berupa lingkaran gitu yaaa … baru tau ttg mesjid itu :-)
Dan kayak nya Tuban jadi menarik nich haha
Yuk ke Tuban *berasa jadi Duta Wisata Tuban* >_<
wwoow.. aku jadi pengen ke Tuban
Selain goa dan pantai bersejarah, Tuban masih punya keunikan yang saya tulis di artikel berikutnya #spoiler :-)
menunggu undangan jalan2 ke tuban juga ah
#eh
*dikeplak mbak dian* :D
Mbak Dian seorang nyonya rumah yg baik kok… Nggak bakal dikeplak tapi bakal diajak Amazing Race hihihi *ikutan dikeplak*
Kalau aku yang Vertigo kira-kira kuat gak yah masuk ke Mesjid warna-warni begitu :D
Hahaha kuat kuat koh *sodor kacamata hitam*
Nyilih kacamata item karo Mimi.
jadi itu masjidnya dibawah tanah mas? unik banget…
Masjid nya dibangun di goa bawah tanah, masuk ke dalam harus turun melalui terowongan yang sudah tertata rapi dengan hiasan guci dan beberapa hiasan dari marmer :-)
Reblogged this on mangga sumping di kota hujan.
Beautiful shots. I wish I could’ve seen that cave.