Udara yang tidak sedingin semburan AC di supermarket, tegel yang tidak mengkilap dan mulus seperti di mall, telinga harus siap mendengar suara nyaring penjual yang ngotot dengan harga jualnya sampai adegan mesra tempel-tempelan keringat dengan orang tak dikenal yang berpapasan di gang kecil becek. Terdengar asyik bukan?
Semua itu adalah kenikmatan mblusuk pasar yang tidak bisa dibandingkan dengan jalan-jalan di supermarket modern.
Diantara banyak pasar tradisional yang tersebar di Solo dan sekitarnya, ada empat pasar tradisional yang menurut saya memiliki keunikan yang membedakan satu dengan lainnya.
Let’s begin! :-)
Pasar ini memiliki bentuk yang sederhana, bahkan bisa dibilang tipikal pasar ini nyaris punah tergerus zaman. Pasar yang terletak di kecamatan Gatak tidak seperti Pasar Bekonang ( artikel lebih banyak Pasar Bekonang bisa klik di sini ) yang memiliki pasar hewan meski keduanya sama-sama terletak di kabupaten Sukoharjo. Suatu kepuasan tersendiri saat melihat Pasar Gawok tidak berubah bentuk seperti pasar lain. Pasar Gawok masih mempertahankan jajaran puluhan kios-kios kecil bertiang kayu jati dengan atap genteng cokelat. Barang yang dijajajakan juga bervariasi, mulai dari peralatan masak, pisau, cangkul, ceret, sampai makanan tradisional seperti gendar dan gethuk.
Caping yang digantung rapi, tukang cukur yang masih memakai alat cukur listrik jadul, tukang obat yang menawarkan jasa bekam membuat pasar ini jadi tempat favorit bagi para fotografer. Banyaknya fotografer amatir sampai profesional yang berlalu lalang di hari pasar ( PON dan LEGI ) terkadang membuat gerah para pedagang. Jadi jangan kaget kalau mendapat nyinyiran dari beberapa pedagang yang jutek #kode.
Pesan penting : jaga tutur kata dan etika jika ingin mengambil gambar mereka, minta izin terlebih dulu sebelum menodongkan mata kamera di depan wajah mereka. ;-)
Lain cerita dengan pasar penuh harta karun yang terletak tidak jauh dari Pura Mangkunegaran, Pasar Triwindu. Pasar yang terletak di Jalan Diponegoro ini merupakan pasar yang menjual barang-barang lama yang tergolong langka dan dewasa ini justru diburu oleh kolektor sebagai penarik perhatian di rumah mereka.
Sepeda-sepeda onthel berdiri manis di depan kios, radio tua dan televisi layar tabung merk National berjajar rapi menunggu pembeli. Tak ketinggalan juga seperangkat meja rias jaman behula yang bernilai ratusan ribu sampai jutaan rupiah.
Jangan ragu untuk menawar barang yang menarik perhatian sebelum barang tersebut lepas dari genggaman tangan.
Mungkin terlihat membosankan bagi yang kurang tertarik dengan barang kuno, namun bagi penggemar benda antik, tempat ini terlihat seperti surga. Koleksi uang kertas dan koin kuno, foto-foto kuno, topeng kayu yang berwarna usang, sampai perabot antik dengan beragam bentuk unik memenuhi puluhan kios yang mulai buka pukul 9 pagi sampai 5 sore di Pasar Triwindu. :-)
Pasar berikutnya adalah pasar yang sudah mulai populer di kalangan wisatawan asing. Puluhan wisatawan asing terlihat menelusuri gang-gang sempit setiap harinya. Pasar Gede Hardjonagoro memiliki sejarah yang berliku setelah dilalap api pada tahun 1999 silam. Pasar kuno yang dibangun sejak tahun 1930 oleh Thomas Karsten ini sempat dikabarkan akan diratakan dengan tanah dan diganti dengan pasar modern. Sangat disayangkan jika hal itu betul terjadi… Banyak pertentangan antara pihak tertentu dan pedagang pasar membuat bangunan cagar ini lolos dari kehancuran.
Perbaikan kembali pasar yang selesai pada tahun 2001 membuahkan hasil yang cukup membanggakan, dan seperti bisa dilihat sekarang, pasar tetap mempertahankan bentuk dan material sesuai aslinya. Hanya ada penggantian tegel menjadi keramik putih agar terlihat lebih bersih dan fasilitas untuk penyandang disabilitas.
Pasar Gede merupakan tujuan wisata sekaligus wisata kuliner khas Solo. Dawet Selasih Bu Dermi yang legendaris, oleh-oleh khas Solo seperti ayang goreng kampung, ceker, paru goreng dan kulit goreng menjadi tujuan utama para pengunjung dari luar kota. Di luar area pasar bisa menemukan kuliner khas yang tidak kalah menariknya seperti Nasi Liwet, cabuk rambak, Sego Pecel Ndeso, dan babi kuah. ( Kuliner Pasar Gede bisa klik di sini. )
Asyik kan? Jadi tunggu apa lagi? Telusuri setiap gang sempit di pasar dan temukan kesenangan di sana…
Yuk wisata pasar di kota Solo :-)
pernah ke triwindu jaman kecil dulu, udah lupa gimana sekarang, makin bagus kayaknya..
LikeLike
Sudah direnovasi dan lebih tertata. Ruang parkir juga lebih memadai…cuma sayangnya gerbang masuk gang-gang nya uda nggak ada lagi. :-)
LikeLike
Babi kuah itu kayaknya enak ya, Bang? ;p
LikeLike
Hihihihi…ntar deh kuposting kuliner nggak biasa di Solo x)
LikeLike
Iya, penasaran sama Babi Kuah. Ko Halim asli Solo ya? :3
LikeLike
Asli lahir dan tinggal di Solo. Teguh juga di Solo kah? :-)
LikeLike
Lahir dan besar di Jogja, kuliah hijrah ke Bandung. Punya banyak temen di Solo :D
LikeLike
mau nasi liwetnya doooong :)
LikeLike
Kalo main ke Solo kabari aku, Jo… Ntar ta anter kulineran mulai dari Nasi Liwet, Tengkleng, Sate Kere, nyum nyum… ^^
LikeLike
aseeeekkkkkk….
LikeLike
Pasar Triwindu sekilas mirip jalan surabaya di jakarta, barangnya antik2
LikeLike
Belum pernah ke Jalan Surabaya di Jakarta nih… Antar aku kawan… hehehe…
LikeLike
wah kalo ke solo musti mampir nih :D
LikeLike
Ayooo bro… Kabari via wasapp kalo mo ke Solo ;-)
LikeLike
ahhh membaca-baca tulisan tentang Solo jadi sangat ingin mampir ke Solo. Nabung dulu, buat dihabiskan belanja batik. Eh nggak ada pasar batik ya?
LikeLike
Pasar batik di Pasar Klewer yg uda populer se Indonesia hahaha… Yg seru malah mblusuk plus belanja ke kampung batik ( Laweyan en Kauman ) :-)
LikeLike
Oh iya klewer. Udah pernah nulis ttg laweyan? Mau baca dong
LikeLike
Udah…cuma belum kujabarin secara detil objek di sana, masih prologue bahwa Laweyan en Kauman penuh bangunan bersejarah.
Ntar kutulis yg lebih detail aja hehe :-)
LikeLike
Ditunggu ya!
LikeLike
ah….saya favorit ke pasar gede untuk sarapan..canul rambaknya enaaak…
LikeLike
Asikkk kak Ogi pernah kulineran di Pasar Gede…
Cabuk rambak cuma ada di Solo nyum nyum :-D
LikeLike
Typo!ya bener cabuk rambak..hehe
LikeLike
Aku sempat dinyinyirin ibu yang jual caping gara2 motret tanpa bilang dulu :) :)
LikeLike
Hihihi…itulah seni nyinyir penjual di Gawok.
Dulu aku beli caping dulu baru jeprat-jepret sampe puas, si penjual no comment deh :-D
LikeLike
Aku cuma pernah ke pasar yang dekat Mesjid yang di Keraton aja..apa itu namanya…lupa..hehe
LikeLike
Pasar Klewer kalo yang deket masjid, pusat grosir batik terbesar hehehe…
LikeLike
Wah, Solo ya ^^
Kalau saya pernahnya ke pasar Klewer hehe, Hmm kalau dilihat dari fotonya, saya naksir cangkir bermotif bunga, kira2 harganya berapaan tuh mas? :D
LikeLike
Hehehe kurang tahu kawan… Coba saya tanyakan kalo ke sana lagi ya ;-)
LikeLike
waahhh pasar gede… kmrin sempet muter2 doang, g berani moto2
hahahahhaa
LikeLike
Jeprat-jepret di Pasar Gede masih disambut senyum kok :-)
LikeLike
Asiikkk udah pernah diajakin ke Pasar Gede dan ditraktir babi kuaahh … Kuahnya enak ya, koh *sluurp* :9
LikeLike
Ayooo wisata kuliner lagi di Solo brohh :-D
LikeLike
Ok deh vroohhh …
LikeLike