Berulang kali melintasi Jalan Jend. Ahmad Yani hanya terpaku dengan keberadaan hotel besar yang selalu ramai wisatawan yang transit di kota Solo, tanpa memperhatikan keberadaan sebuah gedung tua yang terlihat sepi tanpa aktifitas di siang hari dan gelap gulita saat malam hari di seberangnya. Siapa sangka bangunan tua tersebut merupakan sebuah perusahaan rekaman musik bernama Lokananta. Masa kejayaan perusahaan yang berdiri sejak 1956 ini bisa dikatakan tinggal kenangan. Musik keroncong tidak lagi diminati, campursari hanya terpaksa didengar jika kondangan… Pernah dinyatakan pailit beberapa tahun silam membuat Lokananta hanya bisa bertahan hidup di tengah persaingan keras genre musik yang lebih memikat hati anak muda.
Tidak banyak anak muda yang tahu bahwa Lokananta memiliki studio rekaman sebesar lapangan futsal. Tidak banyak yang tahu pula bahwa Lokananta masih menyimpan piringan hitam berisi lagu-lagu lawas para maestro keroncong dan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia.
Banyak peninggalan penting di Lokananta, mulai dari piringan hitam lagu-lagu Waldjinah mulai dari awal karir beliau sampai detik ini, lagu-lagu milik Gesang, sampai kumpulan pidato-pidato Soekarno sewaktu beliau masih menjadi presiden RI.
Semua masih tersimpan rapi di lemari besi milik perusahaan rekaman musik pertama di Indonesia ini. Namun koleksi keren di dalamnya tidak banyak mendapat perhatian dari pemerintah, termasuk kementerian yang menaunginya.
Hanya segelintir selebriti yang peduli dengan keadaan Lokananta seperti Glenn Fredly, Sruti Respati dan penyanyi-penyanyi lain yang sempat mengadakan konser bertajuk Save Lokananta pada bulan November 2012 lalu. Sayangnya kesuksesan acara tersebut tidak bertahan lama gaungnya. Pengunjung seolah hanya sekali itu saja melihat dan peduli dengan kondisi Lokananta yang kembang kempis dan tidak kembali lagi di kemudian hari.
Sampai saat ini belum ada wacana pasti kapan Lokananta bisa menjadi museum musik pertama di Indonesia, hanya terdengar hembusan suara lirih tanpa kejelasan.
Yuk lihat lebih dekat Sound of Indonesia !
sediiiih…. btw,ini motretnya pake canon yah mas ?
Sejarah diabaikan begitu saja oleh negara, pdhl Lokananta menyimpan musik asli Indonesia. Miris pokoknya pas lihat langsung.
Iya semua gambar dijepret pake canon.
tidak pernah habis kata prihatin untuk barang2 kuno di negeri ini ..
*kayaknya familiar, mode kamera mainan bukan
Foto di artikel Lokananta udah kuedit lewat software terlebih dulu hehe…
baru tahu mas soal Lokananta ini.
Makasih dah sharing cerita dan fotonya.
Kalo liburan ke Solo, jangan lupa mampir ke Lokananta ya ;-)
siap deh. nanti mampir.
Keren pas ada yang rekaman :)
Iya mbak…ndelalah pas ada rombongan mo rekaman.
Bisa ikut dengerin dua lagu hasil rekaman mereka sambil goyang-goyang kaki gitu hehehe…
kalo mau rekaman biayanya berapa ya? pengen rekaman nyanyi lagu keroncong di situ
Serius mo rekaman keroncong?
Ntar kutanyain dulu ke pengurusnya yah :-D
Hmmmmm … artis lampung mau mencoba nyaingin waljinah yaaa ???? hahahaha
Aku juga baru tau soal Lokananta ini pas nonton konsernya Glenn Fredly nyebut-nyebut ini :) Pengen mampir sini jugaaaaa
Masukin ke daftar wajib kunjung pas ke Solo ya…biar guidenya nggak kelupaan hehe… :-)
belum sempat-sempat mau ke sini.. emang piringan hitam sepertinya udah gak jaman.. namun siapa sangka jaman sekarang kembali lagi ke analog, kerenn, pengen liat koleksinya.. kebetulan suka koleksi piringan hitam juga..
Ayok mampir ke Lokananta. Terbuka untuk umum, cukup minta izin ke penjaga atau karyawan yang bertugas aja :-)
okeee sob.. masuk ceklist kalo ke solo nihh.. thanks yaa..
Pingback: Lokananta, White Shoes & The Couples Company, dan Pandai Besi | The Science of Life
Kalo gak salah, beberapa musisi independen sering kok ngadain acara di Lokananta. Yah, kan cuma musisi independen alias indie yang peduli jugaa. Hehehe. Kalo musisi2 mainstream di tipi-tipi mah jarang peduli yah… :(
Kalo gak salah juga, Save Lokananta masih jalan kok, apalagi di antara komunitas musik indie (soalnya saya bergelut di komunitas itu juga). Cuma, emang yang susah dari sebuah wacana itu kan realisasinya. Yah, saya sih berdoa aja semoga Save Lokananta bisa jalan terus. :D
Wahh informasi berguna nih Ayu… Banyak banget wacana baik dan buruk tentang Save Lokananta yg diadain tahun lalu itu. Ada cerita versi pro ada juga kontra hehe…
Yah semoga kelesuan Lokananta cepat terobati aja, lebih cepat jadi museum musik lebih baik ;-)
Beberapa waktu lalu abis baca tulisan panjang milik teman soal Lokananta ini. jadi pengen kesini. Betewe ini memang bebas dikunjungi publik ya, mas?
Sebatas berkunjung dalam jumlah sedikit ( nggak lebih dari lima orang ) masih dipersilakan masuk tanpa kesulitan apapun. Kalau jumlah besar ( rombongan ) harus minta izin ke karyawan yang bertugas dulu hehe…
ini yang waktu itu kita bahas kan lim, nanti kalo ke solo mau yaaah dianterin ke sini :)
semoga aja dalam waktu dekat pemerintah benar-benar mau menjadikan tempat ini sebagai Museum Musik yah
Iya…ini yang pernah kubahas di grup hehe…
Objek nggak menonjol yang punya banyak potensi di Solo :-)
jadi pengin maen ke sana juga pas mudik
Ayoo…kuanter muter Solo sekalian deh…
Ditunggu info mudiknya bro :-)
well sekarang pada suka musik korea sih, yang kakinya panjang2 tuh :D, btw ini di solo ya? mau maen ke situ deh~~ kesannya klasik :D
Ayoo main ke Lokananta kalo ke Solo :-)
wah saya juga lewat terus nih mas klo pas dari kartosuro, jenengan lenggahipun wonten pundi :)
Tulisan yang menarik. Jadi pengen tau lagi tentang Lokananta. Ngomong-ngomong punya nomer Lokananta yang bisa dihubungi gak mas?
Halo Yoga, senang mendengar ada yang tertarik dengan Studio Lokananta. Berikut alamat Lokananta Jalan Achmad yani no 379, nomor telepon yang bisa dihubungi, (0271) 718412 atau fax (0271) 718424.
Semoga bermanfaat. :-)
Wah makasih banget mas, udah nyari dari dulu nyari ga dapet-dapet.