Salatiga merupakan sebuah kota yang terletak di dataran tinggi lereng Gunung Merbabu dan kota inilah yang menghubungkan Solo dengan Semarang. Tak terhitung berapa kali saya singgah ke kota yang hanya berjarak 50 km dari kota Solo ini. Mulai dari jaman kakak sepupu saya kuliah di Universitas Satya Wacana dan saya yang masih kecil diajak serta oleh keluarga untuk menjenguknya, atau bahkan pernah suatu hari berkendara ke Salatiga hanya untuk makan bakso urat yang sangat terkenal *lap air liur*, sampai menonton perayaan Cap Go Meh.
Apabila tahun lalu saya merayakan malam ke – 15 Sincia ( Imlek ) dengan makan lontong Cap Go Meh di rumah sembari menunggu barongsai dan liong yang lewat di kawasan Pasar Gede. Tahun ini saya memutuskan menonton acara malam Cap Go Meh yang diselenggarakan oleh klenteng Hok Tek Bio di kota Salatiga. Klenteng Hok Tek Bio menyulap jalan Sukowati menjadi bazzar Imlek yang diselenggarakan mulai dari tanggal 21 sampai 23 Februari 2013 untuk menyambut perayaan Cap Go Meh.
Banyak stan yang menjual pernak-pernik berbau Imlek, makanan khas Salatiga, sampai makanan khas Tionghoa seperti lontong Cap Go Meh, serta stan-stan lain yang membuat jalan dipadati oleh ratusan pengunjung yang penasaran dengan event special ini. Baru kali pertama Salatiga mengadakan event berbau Imlek dengan menghadirkan pertunjukan seni musik dan tarian khas Tiongkok. Setiap pertunjukan disambut antusias oleh para penonton yang terdiri dari berbagai kalangan.
Di malam terakhir bazzar Imlek, panitia klenteng Hok Tek Bio menghadirkan sebuah tarian yang dibawakan oleh tiga belas penari cantik yang memakai kostum berwarna kuning emas dengan hiasan kepala yang memikat mata. Setelah berbaris rapi ke belakang dan musik dimainkan, mereka mulai menggerakkan tangan yang dipasang aksesoris unik di jari-jari mereka dan gerakan jari mereka yang gemulai membuat mata berilusi menyangka bahwa ada seribu tangan menari di atas panggung. Sontak penonton langsung bertepuk tangan melihat keindahan Tari Seribu Tangan tersebut.
Malam bertambah larut dan panitia kembali menghadirkan satu seni tari khas Tiongkok yang tidak kalah serunya. Penari tersebut sengaja didatangkan dari negeri China. Dia ( entah cewe atau cowo ) berkostum rapat dengan wajah tertutup rapat oleh topeng dari kain tebal dan hanya terlihat garis matanya yang tinggal segaris. Musik yang menyerupai soundtrack film silat dikumandangkan, penari bergerak memutari penari latar dan tiba-tiba dia menghentakkan kakinya di atas panggung. Ajaib! Topeng yang dikenakan berganti warna. Dari merah menjadi biru, biru berubah lagi menjadi hijau, hijau jadi kuning, sampai semua topeng terlepas dan terlihatlah wajah aslinya yang ternyata cakep kaya Andy Lau, hehe…
Bagi saya, kota Salatiga masih tetap terlihat sebagai kota kecil yang nggak punya mall, kota yang tenang dan berhawa sejuk serta memiliki pemandangan Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo di sekelilingnya. Bosan dengan hiruk pikuk udara kota, bisa gowess sebentar menuju Rawa Pening. Asyik bukan? Dengan pemandangan indah tersebut tidaklah heran banyak orang memberi predikat kota Salatiga sebagai “kota pensiun”.
Dan kabar baiknya…dari jaman behula sampai sekarang, Salatiga hanya memiliki pusat perbelanjaan bernama Robinson Ramayana dan sebuah restoran fast food bernama KFC yang terletak tak jauh dari kampus Satya Wacana. Kalo mau cari Starbuck, Hypermart atau mall seperti di kota besar berarti Anda salah tempat! Lalu dimana tempat nongkrong anak muda Salatiga? Jawabannya adalah Selasar Kartini.
Selasar Kartini adalah ruang terbuka hijau yang terletak di sepanjang Jalan Kartini, tepatnya di depan area SMAN 3 Salatiga yang konon pengerjaan proyeknya menelan biaya sebesar 7 miliar rupiah. Tempat ini bisa dikatakan merupakan tempat ajang pamer bakat. Banyak sekali terlihat anak muda unjuk kebolehan skateboarding, meluncur dengan sepatu roda, sampai lomba sepeda BMX. Jangan dibayangkan ini sebuah taman luas dengan segala fasilitas memadai untuk kegiatan positif pemuda-pemudi tersebut.
Selasar Kartini hanya tampak seperti trotoar yang lebarnya seukuran dua mobil saja dan tidak banyak terlihat tanaman hijau di sana. Sabtu sore dan Minggu pagi menjadi puncak acara nongkrong sehat anak muda di Salatiga. Tanpa nge-mol anak muda bisa lebih berkreasi, tanpa nge-mol anak muda bisa hemat pangkal kaya, tanpa nge-mol anak muda bisa cepat dapet gebetan #eeaaa…
Andai pemerintah memikirkan ruang terbuka tersebut secara maksimal mungkin kota Salatiga bisa menjadi salah satu creative city yang patut diperhitungkan di tanah air.
Note : Kelemahan seorang turis adalah tidak bisa mengeritik atau memuji kota yang dikunjungi secara maksimal, hanya bisa mengambil hikmah dari suatu perjalanan… Bagi yang mau menambahkan masukan dan pendapat tentang kota Salatiga monggo pinarak. :-)
Reblogged this on avantgarde | jalan-jalan sambil foto-foto and commented:
Lovely Salatiga …^_^
terimakasih atas ulasannya, salatiga kota kesil berhawa sejuk .. banyak bangunan2 peninggalan belanda .. dulu saya sering nongkrong di lapangan pancasila (alun-alun) sama pacar (sekarang jadi istri :p) salatiga memang tidak ada mall, dan alun-alun salah satu tempat nongkrong paling hits disana. namun, sejak ada selasar kartini keramaian di alun-alun bergeser sedikit ke selasar :-)
Terima kasih juga udah di-reblogged kawan…
Semoga semakin banyak orang mengenal kota Salatiga sebagai kota yang punya banyak potensi di segala bidang, bukan hanya sebagai kota transit saja. :-)
Wah, thanks a lot for the posting man! Jarang banget artikel yg mengulas tentang Salatiga soalnya. Boleh aku tambahanin dikit ya untuk info tentang kota kelahiranku ini, yang mungkin membuatnya agak “special” dibanding dengan kota lain yang selevel imutnya dengan Salatiga..Hehehe..
Terletak sangat strategis diantara 3 kota besar di Jawa Tengah, Solo, Semarang & Jogja (seharusnya) menjadikan Salatiga kota yang tepat untuk menarik masyarakat 3 kota besar itu untuk mengunjungi kota kecil ini. Tapi apa mau dikata, orang terlanjur menganggap Salatiga hanya sebagai kota transit saja. Walaupun sebenarnya kota ini menyimpan banyak potensi wisata, apalagi didukung dengan letak strategis & hawa yang sejuk. Semestinya apabila pihak yang “bertangan dewa” (pemkot atau mungkin cukong) bisa jeli, potensi wisata kota ini bisa di maksimalkan untuk menyejahterakan warganya. Bukankah suatu kota yang rame dengan turis itu (biasanya) warganya sejahtera? Ketika orang luar kota datang berbondong-bondong, yang ketiban rejeki kan mulai dari tukang parkir, pedagang kaki lima, tukang becak sampai dengan restoran & hotel2 (multiplier effect). Kota ini ga butuh bangunan mall2 megah atau Cineplex 21 utk menarik minat orang berkunjung. Wong yang mau ditarik berkunjung juga orang2 kota yang notabene semua hal metropolis itu merupakan keseharian mereka. Tapi kenyataan yang terjadi, Salatiga hari ini bermunculan ruko warna-warni dimana-mana. Mungkin, kalau emang kemunculan ruko2 itu ga bisa dicegah mbok ya setidaknya bangunan ruko itu dibuat satu ciri yang seragam. Misal bercirikan bangunan klasik (dulu Salatiga terkenal sebagai little Holland) atau bangunan yang mecirikan Salatiga tempo doeloe. Dengan begitu kan bisa menjadikan kota ini unik dan punya ciri khas tersendiri. Dan juga Jl. Jendral Sudirman yg merupakan jalan utama kota ini benar2 semrawut! Ini etalase kota bung! Turis itu ga butuh bangunan super megah nan modern dengan bentuk sok millennium. Yang penting itu bersih & rapi. Kemana perwujudan semboyan kota ini Salatiga Hati Beriman? Sehat tertib bersih indah dan aman? #agak emosi tingkat setengah tinggi! Hahahahaaa…
Akhir kata, memang perubahan itu membutuhkan pengorbanan dan rangkulan tangan banyak pihak, tapi jika itu untuk kebaikan kita bersama dan anak cucu kita dimasa depan kenapa tidak kita mulai (pelan2) dari sekarang?
Salam tumpang koyor!
Ini nih tambahan “sentilan” yg belum sempet ditulis…dan langsung diutarakan oleh orang asli Salatiga yg kmrn kebetulan jadi guide dadakan saya hehe…
Salam balik (minta) tumpang koyor brow :-D
Aaaa! Alun-alun! Rumahku dulu deket banget dr alun2 (Jl Bridgen Sudiarto – skrg jadi apotek K-24). Masa-masa kecil gw jaman SD, yang marching band di situ lah, ikutan upacara di situ, makan lekker pagi2 di situ…oh such good memories.
Salatiga kotanya imut2 tp sangat berkesan apalagi banyak makanan enak yang tempatnya sering orang ga tau. Kangeeeen!
Hihi… Aggy jadi nostalgia nih…
Kalo pulang Indonesia mampir Salatiga, wisata kulinernya ajak-ajak gue ya ;-)
Love this event. Colorful, fun , rich, exotic. An event to remember.
Wah, lagi-lagi Semarang… jadi kangen sama kota yang satu ini :’)
sayang banget jatah cuti tahunan baru bisa diambil oktober nanti, huaaaa… lama amat yaaa…
anyway, blog yang menarik.. salam kenal dari celoteh backpacker :)
Terima kasih sudah mampir di blog saya, kawan…
Salam dari penggemar Hallyu juga hehe… :-)
Dimana ada mesjid selalu ada alon2 biasa nya. Jadi kangen numpung ashar di mesjid itu :)
Alun-alun… kalo alon-alon itu bahasa Jawa-nya pelan-pelan, kawan hehe… :-D
makasih atas postingan nya. semoga aja salatiga jadi lebih baik dan baik lagi ^_^
Di klenteng itu dulu sering di gelar wayang po te hi.
Tidak hanya koyor tapi nasi tumpangnya juga enak itu khas Salatiga
Rumahku dekat alun2 tepatnya di jl.Sumbing, banyak kenangan indah di Salatiga, terutama pada masa kecilku dimana alun2, loteng kotapraja, Pengeranan tempatku bermain, sampai sekarang masih teringat betul tempat itu, tapi sekarang tempatnya sudah banyak berubah jauh, mungkin karena seiring dengan kemajuan jaman, tapi kalau bisa jangan merubah bangunan2 sejarah peninggalan Belanda terutama kantor Kotamadya, gereja GKJTU, kantor polisi, Pengeranan dan masih banyak lagi terima kasih.
Lha miturut postingan di atas, kasimpulanku yainu bahawasana di Salatiga tu nggak begitu butuh mall, superkampret, pusat grosir atawa yang semacam-semacam itulah-yang biasanya bangunannya kotak-kotak besar, serba megah bin waah…tapi tak merakyat, tak manusiawi, sok jaim dan buntutnya…miskin memori. Mangkanya, sebenulnya Salatiga tuu tetep bisa menjual yang klasik-antik-otentik, sehingga tiada hilang kesan buat (se)banyak munkin orang….
Tapi, juragan-juragan penguasa kota tuu punya pikiran yang sama nggak sama kita-kita orang kelas sandal jepit nii?
Kota Salatiga kota kenangan saya. Sayang kutinggalkan demi masa depan. Sungguh indah kota masa kecilku. Sampai kini masih kukenang. Kuceritakan keanak cucuku, betapa indahnya kota Salatiga waktu kukecil.
Aku juga sempet nulis tentang Salatiga lho, mas. Hehe.
Memang di tahun 2013 seperti itu, namun tidak di tahun 2015 dan mendatang. Salatiga sepertinya mulai berbenah dgn pasar raya 2 & pasar rejosari. Dan bangunan kuno yg dibongkar berlokasi di depan kampus AMA Salatiga itu akan dibangun Mall, jgn salah, sekarang Salatiga punya SuperIndo. Dan sepertinya Kota Kelahiran saya ini bakalan lebih cantik, yang terpenting adalah masyarakatnya sejatera, aman, saling toleransi, dan tentunya akan selaras dgn perkembangan zaman. The City of Harmony.