Anak-anak merupakan sosok kecil yang masih punya senyum tulus dan selalu menyentuh hati. Mereka masih memiliki hidup yang belum seruwet orang dewasa, sosok yang masih belum terlalu memikirkan cobaan hidup di dunia yang berat.
Saat saya melakukan kegiatan sosial di sebuah desa di kabupaten Boyolali pasca Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam, saya menemukan sosok anak-anak di barak pengungsian yang masih bisa tertawa polos, ceria dengan gurauan yang dilontarkan oleh para sukarelawan/wati. Para sukarelawan/wati datang sebagai wakil dari universitas berbagai penjuru Nusantara sebagai wujud kepedulian terhadap bencana alam yang menimpa penduduk lereng Gunung Merapi.
Mahasiswa mahasiswi menghibur anak-anak yang tinggal di tempat pengungsian dengan cara mengajak mereka bermain tebak kata, menyanyi bersama-sama, serta membuat games-games lain yang membuat mereka lupa sejenak keadaan yang menimpa desa mereka. Balon yang sudah ditiup sampai alat tulis dibagikan oleh sukarelawan sebagai wujud hadiah saat si anak memenangkan games. Barang yang tidak bernilai besar namun memiliki banyak arti bagi anak-anak dan membuat mereka tertawa senang.
( Gambar diatas sebagai wujud partisipasi Turnamen Foto Perjalanan : Anak-Anak )
Beberapa bulan sebelum kegiatan sosial berlangsung, saya sempat melihat Kali Adem dengan beberapa teman kantor sebelum erupsi terjadi. Saat kembali lagi pasca erupsi Merapi 27 October 2010, melihat desa Cangkringan rata dengan tanah, melihat wajah sedih penduduk yang kehilangan rumah mereka, hanya timbul rasa perih di dada…
Ini hanya sebuah kenangan dua tahun silam…
Manusia tidak bisa melawan alam, hanya bisa berserah kepada-Nya. Justru dengan kejadian seperti ini hati nurani manusia sedikit diuji, masih pedulikah dengan keadaan manusia lain? What about Now?