Pantai pertama yang saya kunjungi saat menginjakkan kaki di Pulau Lombok adalah Pantai Kuta ( selanjutnya saya sebut sebut Pantai Kute untuk membedakannya dengan nama pantai serupa ). Nama yang terdengar sedikit familiar di telinga, namun pantai ini bukan pantai Kuta yang terletak di pulau Bali, ini adalah Pantai Kute yang terletak di kabupaten Lombok Selatan.
Pantai ini bisa ditempuh kurang lebih dua jam perjalanan menggunakan sepeda motor dari kota Mataram. Petunjuk arah menuju Kute agak samar, saya harus keluar dari Cakranegara terlebih dahulu kemudian mencari petunjuk arah menuju kota Praya dan petunjuk arah ke BIL ( Bandara Internasional Lombok ).
Di tengah perjalanan menuju kota Praya terlihat tulisan “Desa Adat Sade” yang sepintas terlihat seperti pasar tradisional dengan banyak kios menjual kain tenun, sehingga menyurutkan keinginan untuk melihat komplek desa yang katanya masih ‘desa adat asli’. Menurut pemikiran saya kalau suatu desa adat sudah dijadikan objek dagang seperti itu sudah tidak terasa keasliannya lagi, betul nggak?
Ada pertigaan yang agak menyesatkan ( tanpa papan petunjuk ) setelah melewati kawasan bandara, bila berjalan lurus akan mengarah ke Pantai Aan, kalau belok kanan akan menemukan Pantai Kute. Seperti yang saya ceritakan singkat di artikel sebelumnya, banyaklah bertanya ke penduduk lokal agar tidak tersesat di sepanjang jalan pulau Lombok.
Meski penduduknya tidak patuh terhadap lalu lintas yang ada, mereka adalah orang-orang paling ramah yang pernah saya temui dan petunjuk mereka tidak pernah membuat saya tersesat di jalan. Melewati jalan yang agak berkelok-kelok akhirnya sampailah di kawasan pantai Kute yang terdapat banyak penginapan, cafe, bar dan restoran di sepanjang jalan.
“When she was just a girl
She expected the world
But it flew away from her reach so
She ran away in her sleepand dreamed of
Para-para-paradise, Para-para-paradise, Para-para-paradise
Every time she closed her eyes Oh oh oh oh-oh……”
– PARADISE – Coldplay
Soundtrack film Life of Pi mengalun pelan di telinga saat saya berjalan mengelilingi pantai pasir putih Kute. Sejauh mata memandang hanya terlihat pemandangan laut tenang yang dikelilingi bukit disekelilingnya, butiran halus pasir pantai yang mengelitik telapak kaki, hangatnya air laut yang menguyur kaki, ini betul-betul paradise… Sekilas terlihat wisatawan asing yang sengaja berjemur di tengah teriknya sinar matahari siang itu. Terlihat juga anak-anak yang asyik berlarian di tepi pantai, mereka mandi di pantai dan… poop di tepi pantai!!!
Rasanya sountrack Life of Pi terpaksa saya stop sebentar. Lebih eneg lagi, ternyata ada wisatawan asing yang berenang santai tidak jauh dari spot poop si bocah #ergg. Sempat berpikir kecil, apakah kebiasaan BAB di sembarang tempat anak tersebut menandakan kebiasaan ‘masa bodoh’ penduduk setempat terhadap kebersihan pantai?
Saya juga menemukan banyak sampah plastik berceceran di sepanjang Pantai Kute mulai dari bungkus popmie, botol air mineral, bungkus plastik roti dan lain-lain yang dibiarkan berserakan begitu saja. Pemandangan tersebut langsung mengingatkan saya terhadap pantai-pantai di pulau sebelah yang sudah terlanjur tidak bisa mengatasi limbah berserakan di sepanjang kawasan pantai Kuta, Nusa Dua dan Dreamland.
Hanya bisa berharap bahwa penduduk setempat segera mendapat pengarahan dari yang berwajib supaya lebih sadar terhadap kebersihan lingkungan agar keindahan alam tetap terjaga. Penduduk setempat yang peduli dengan kelangsungan wisata “newbie” harus disiplin mengumpulkan sampah yang tergeletak di pantai. Mereka juga seharusnya bertindak tegas terhadap wisatawan bandel yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
Lepas dari pemandangan tidak enak tersebut, pantai Kute memberikan moment indah terhadap keceriaan anak-anak pulau Lombok. Anak-anak yang sedang berenang di laut terlihat senang saat mengetahui bahwa saya akan mengambil gambar mereka semua, bahkan ada dua anak yang dengan semangat melumuri wajah mereka dengan pasir pantai untuk sekedar memberi kesan lucu. Jepret… Yah…hasilnya memang lucu, dan membuat saya kembali tersenyum melihat keindahan alam pantai Kute…
to be continued…
Note : Saya pernah bercerita sedikit tentang misi save our nature di artikel Kawah Ijen, bahwa alangkah baiknya bila seseorang mau memunggut sampah kemudian meletakkannya di tong sampah yang tersedia SATU SAJA cukup untuk membuat PERUBAHAN BESAR. Setiap saya menjelajahi pantai di Indonesia, saya selalu membawa kantong plastik dari rumah yang kemudian digunakan untuk memunggut sampah-sampah plastik yang berserakan di sepanjang bibir pantai. Sampah tersebut jangan diletakkan di tong sampah rumah penduduk dekat pantai karena si sampah nantinya juga akan kembali ke pantai, lebih baik kantong plastik yang sudah terisi dibawa ke tempat pembuangan sampah di kota. Bukannya pamer, namun saya ingin agar kawan lain terinspirasi melakukan hal serupa agar alam juga memahami wujud rasa CINTA kita lewat tindakan nyata, bukan hanya omongan dari mulut saja.
Save our Nature…
Create a free website or blog at WordPress.com. The Suburbia Theme.
wah seru sekali perjalanannya :D
yap sampah, sesuatu yang terlihat sepele namun jadi musuh besar bagi kita
keep being green traveler :D
Fighting! Save our Nature… :-)
iya nih…jangan kotorin dulu…q kan belum ke sana..:-)
Buruan, bro…kalo terlambat ntar nggak bisa lihat pantai alami Lombok loh :-D