Kota metropolit yang selalu macet setiap hari…
Kota metropolit yang selalu penuh dengan asap kendaraan yang menyesakkan nafas…
Kota metropolit yang di saat musim penghujan selalu diberitakan banjir…
Kota metropolit dimana banyak orang dari kota kecil mengadu nasib disana…
Kota metropolit yang memiliki banyak pengganguran dan kriminalitas…
Itulah beberapa alasan Why I Hate Jakarta so much!
Setiap kali berlibur ke Jakarta, bukan liburan relax yang saya rasakan saat disana termasuk saat berlibur ke Pulau Seribu awal tahun 2012 kemarin. Saya mendapat info dari seorang teman yang tinggal di Jakarta bahwa ada travel agent online yang menyediakan one day tour ke Kepulauan Seribu. Bunyi iklannya seperti ini : ”Nikmati pasir putih, gugusan pohon kelapa di tepi pantai, terumbu karang beraneka warna, berbagai jenis ikan warna-warni, sinar matahari yang cerah dan langit yang biru! Kini Anda dapat menikmatinya dengan mengambil paket wisata satu hari ke tujuh pulau di Kepulauan Seribu (Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Pramuka, Pulau Tidung, Pulau Air, Pulau Payung, dan Pulau Pari) hanya Rp 385.000 (Harga Asli: Rp 1.690.000; Diskon 77%)”.
Segera saya iyakan tawaran tersebut karena penasaran banget seperti apa keindahan kepulauan yang terletak di laut utara kota Jakarta tersebut, apalagi beberapa bulan sebelum ke Jakarta saya sudah melihat keindahan Kepulauan KarimunJawa ( October 2011 ) yang terletak di laut utara Jepara. Bayangan saya, dua kepulauan ini terletak di laut utara Jawa pasti memiliki keindahan yang serupa…
Lemas…itu yang saya rasakan saat menginjakkan kaki di pulau pertama, Pulau Onrust. Awan mendung membuat hati saya ikutan mendung, sedih banget melihat bibir pantai penuh sampah rumah tangga dimana-mana yang membuat air laut ( maaf ) berbau bukan air laut lagi. ‘Ah, sudah jangan berpikiran buruk, mungkin di pulau berikutnya lebih bersih.’ batin saya dalam hati sembari berjalan memutari Pulau Onrust. Setelah selesai berkeliling, kami melanjutkan perjalanan ke pulau kedua, tour leader tiba-tiba memberitahukan bahwa kami tidak bisa ke Pulau Kelor dengan alasan air laut sedang pasang dan cuaca mendung sehingga speed boat harus berangkat menuju Pulau Tidung terlebih dahulu. Kami hanya manggut-manggut karena sebagian besar peserta tour, ini merupakan pengalaman pertama berlibur ke kepulauan Seribu, termasuk saya.
Setibanya di Pulau Tidung Besar, rombongan sudah bercerita asyiknya liburan di Pulau Tidung karena punya pantai yang bersih dan pemandangannya lumayan indah dibanding pulau lain. Dari cerita sepenggal itu memang kondisi Pulau Tidung ini terlihat ramai oleh wisatawan lokal, dermaga sudah dipenuhi orang menunggu jemputan kapal untuk kembali ke Jakarta begitupun sebaliknya, banyak orang turun dari kapal untuk singgah di Pulau Tidung. Wajah mereka terlihat tersenyum gembira, meski di depan dermaga ada bangunan untuk berteduh yang atapnya nyaris roboh. Jadi ikutan gembira melihat senyum mereka, dan melangkahkan kaki dengan semangat melewati jalan setapak yang sempit, dipenuhi lalu lalang orang mengendarai sepeda, sepanjang jalan dibangun homestay di sebelah kanan kiri jalan setapak #telenludah. Ini pulau atau tempat pengungsian ya?
Sepuluh menit kemudian sampailah saya di Jembatan Cinta yang tersohor dan sering diberitakan oleh stasiun televisi. Jembatan Cinta merupakan jembatan kayu yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Di bawah jembatan banyak terdapat karang-karang kecil tapi kondisi mereka nyaris mati, berbeda dengan pemandangan saat saya berlibur di KarimunJawa…
“Ini aman dilewatin gak ya? Kalau tiba-tiba roboh gimana?” kata teman saya saat melihat jembatan yang rusak di tengah jalan.
“Coba melipir pelan aja mbak, biar nggak nyemplung ke laut” kata saya dengan santai sambil mbatin “Ironis sekali bahwa pulau kecil ramai turis ini infrastukturnya parah banget”.
Sesampainya di Pulau Tidung Kecil saya dan seorang teman masuk ke tengah pulau untuk melihat pantai yang katanya bersih dan nyaman buat berenang. Setelah melihat pantainya *hening… Ampun deh… Nyerah saya…. kami berdua langsung ngacir balik ke Pulau Tidung Besar.
Pulau berikutnya adalah Pulau Air, tapi sayang kami hanya melewatinya saja. Pulau Air menjadi pulau yang saat itu mengalahkan pamor Pulau Tidung. Pulau ini memiliki air yang berwarna biru tosca, yang terlihat jernih seakan enak kalo nyemplung disini. Saat peserta lain mengutarakan niat nyemplung disini, tour leader bukannya mengiyakan tetapi malah minta pengemudi speed boat melaju kencang menuju spot snorkeling yang terletak tidak jauh dari Pulau Air. Loh? Kok aneh ya? Langsung pikiran saya berkonotasi buruk, jangan-jangan warna biru air di pulau ini gara-gara pencemaran air, jangan-jangan air disini kena limbah suatu pabrik pewarna textil makanya tidak ada satu ekor ikan yang nampak. Hanya tour leader yang tahu…
Selesai bersnorkeling kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Pramuka yang mendapat sebutan PRAMUKA CYBER ISLAND. Hanya Pulau Pramuka lah satu-satunya pulau di kepulauan Seribu yang memiliki fasilitas internet di kantor-kantor pemerintahan sehingga mendapat sebutan demikian. Pulau ini memiliki penangkaran tukik penyu bersisik yang lumayan banyak, dari yang masih bayi sampai dewasa. Tidak banyak yang menarik disini, karena pulau ini bukan tempat yang tepat untuk berleyeh-leyeh duduk di pinggir pantai apalagi berenang. Pesisir pantai dipenuhi oleh tanaman bakau yang baru dikembangkan oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan dibantu oleh beberapa komunitas pecinta alam.
Hari semakin sore dan speed boat bergegas menuju Pulau Payung untuk mengejar moment matahari terbenam. Pulau Payung memiliki homestay dan beberapa warung makan, namun kondisi pulau ini masih sepi dibandingkan Pulau Tidung. Sunset menutup hari “indah” keliling kepulauan Seribu dan saya tidak akan melupakan kenangan ini *hening.
to be continued…
Note : Jakarta memang merupakan kota besar yang mumpuni untuk mencari nafkah lebih besar dibanding kota lain yang ada di Indonesia, mau cari karir ada disini, tapi ( maaf ) tidak untuk mencari ketentraman. Andai orang Jakarta bisa meluangkan waktu sedikit untuk melihat wisata alam di luar Jakarta, andai mereka tidak terhimpit oleh nafsu mencari uang lebih banyak, andai…andai…andai…
Artikel ini bukan bermaksud menjelek-jelekan Kepulauan Seribu, hanya ingin membuat pihak berwajib lebih melek terhadap kelestarian Taman Nasional ini. So what are you waiting for? Let’s make those islands clean!
Dulu saya pernah ke kepulauan Seribu beberapa kali, kata tour guide saya, Pulau Air itu pulau pribadi. Milik seorang pejabat MPR di Jakarta, jd tidak diperbolehkan menepi/masuk pulau dan berenang di sekitar pulau tersebut.
Oh begitu…saya baru tahu dan mengerti alasan tour leader nggak mau nepi disana.
Makasih atas infonya kawan :)
keren2!!
Makasih Winny
folllow balik yah gab :) hehe
Setelah melihat pantainya *hening… Ampun deh… Nyerah saya…. kami berdua langsung ngacir balik ke Pulau Tidung Besar. <- Ada apa di pantai Pulau Tidung Kecil?
Pantainya lebih parah dari Tidung besar, bro…
Maap…air lautnya jg bau, keruh, banyak sampah berserakan… Jadi kalaahhh jauh banget dibanding Pantai di Yogyakarta dan Pacitan… :(
Jakarta :)
kasih saran ya
salah milih pulau tuh pemandunya
coba lain kali kalo ke kepulauan seribu hoping island aja, nginepnya di Tiidung lalu sewa perahu nelayan untuk muterin pulau2 yang bagus
salam
Kmrn waktunya terbatas jd cm ambil one day tur aja pake kapal cepat sudah puas dan “mengenal lebih” kepulauan Seribu :)