Selesai dari Loh Buaya membuat saya, Andrew dan Matt merasa tidak sabar untuk ber-snorkeling di sebuah pulau tak berpenghuni. Kata pak Nahkoda merupakan spot bagus untuk melihat terumbu karang beserta ikan-ikannya yang cantik. Nama pulau tersebut adalah Pulau Kambing, mungkin ada banyak kambing di pulau tersebut batin saya.
Sesampainya di sana, bukan kambing yang kami lihat melainkan semuah bukit yang diselimuti rumput kering dan beberapa pohon kering. Masa bodoh dengan asal muasal nama Pulau Kambing, yang jelas setelah saya memberanikan nyebur di air langsung tersenyum senang karena ini merupakan pengalaman snorkeling pertama kali dan mendapati pemandangan terumbu karang yang indah sekali. Saya yang belum terbiasa memakai peralatan snorkeling berulang kali menelan air laut yang asin. Spot snorkeling juga tidak sedalam yang dibayangkan, hanya sekitar dua sampai 3 meter saja. Tanpa safety jacket, kami bisa berenang hampir mengintari pulau. Pulau ini sangat kecil dan tidak memiliki pantai yang luas, tetapi air lautnya bening sekali sehingga dari atas perahu sudah terlihat kumpulan terumbu karang.
Saat jam menunjukkan pukul 2 siang, kami bertiga dipanggil oleh pak Nahkoda yang menyuruh kami segera naik untuk melanjutkan perjalanan. Di atas kapal, ruangan luas yang semula hanya ada kursi untuk duduk, sudah diletakkan sebuah meja kayu dengan menu-menu untuk makan siang, seperti mie goreng, cap jay, dan cumi goreng. Terakhir sajian buah potong dikeluarkan oleh mas ABK yang ternyata dialah tukang masak sekaligus anak buah di kapal ini.
Perahu berjalan melewati pusaran air yang sering kami lihat sepanjang perjalanan. Pusaran air di tengah perairan yang luas membuat saya sedikit takut saat perahu terkadang meloncat kecil saat menerobosnya. Wajah Andrew juga terlihat tegang. Untuk mencairkan suasana ini, Andrew bertanya-tanya sedikit ke saya. Dari pertanyaan simple sampai pendapat politik mereka tentang Swiss dan Jerman kami bicarakan. Akhirnya saya tahu bahwa mereka termasuk salah satu backpacker muda yang mulai berkelana untuk mengenal dunia secara luas setelah mereka menabung lama.
Sudah 4 bulan lamanya mereka menjelajahi hampir seluruh negara-negara di Asia seperti Hong Kong, Burma, Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapore, dan terakhir tibalah di Indonesia. Di tengah percakapan saya menanyakan di mana sih negara favorit mereka selama perjalanan ini, dan mereka dengan cepat menjawab Vietnam dengan alasan negara tersebut selain murah juga ramah terhadap turis asing.
Banyak pendapat mereka tentang dunia yang menginspirasi saya untuk mengikuti jejak mereka dan saya pun berpikir mengapa saya tidak melakukan perjalanan keliling Indonesia lulus dari SMA seperti mereka ya? Mengapa membuang uang yang tidak sedikit untuk biaya sekolah di sebuah Akademi swasta, toh uang tersebut bisa buat keliling Indonesia kan? Itu beberapa pertanyaan konyol yang terbersit di pikiran saya.
Perjalanan menegangkan melewati pusaran tak terasa kami lewati hampir 2jam lamanya, sampai akhirnya tiba di Pulau Kalong. Tiba di pulau matahari sudah hampir tenggelam, perlahan terlihat beberapa perahu klotok lain yang memarkir di samping perahu kami. Perahu tidak benar-benar menepi di pesisir pantai Pulau Kalong, lebih tepatnya parkir dengan jarak kurang lebih satu kilometer dari pulau.
Mengapa dinamakan Pulau Kalong? Nah, kali ini pak Nahkoda menjelaskan bahwa pulau ini dihuni ratusan kalong atau kelelawar besar yang kalau pagi sampai sore tidur di Pulau Kalong, dan menjelang malam hari mereka pergi meninggalkan pulau untuk mencari makan. Setelah cerita singkat itu selesai, tiba-tiba gerombolan kalong terlihat terbang meninggalkan pulau tersebut dan singgah di pulau kecil lainnya kemudian terbang lebih tinggi lagi ke arah pulau yang lebih besar sampai akhirnya tidak terlihat oleh mata lagi. Bukan hanya puluhan atau ratusan tapi ribuan kalong, kawan… Amazing moment….
Lokasi ini dinilai tepat bagi para nelayan maupun nahkoda kapal untuk berhenti di malam hari, selain aman dari gangguan binatang, perairan di sekitar pulau-pulau juga terlihat tenang, tidak ada ombak besar. Tidak hanya kalong saja yang menarik untuk disaksikan disini. Satu sampan kecil mendekati perahu kami, muncul lagi sampan kedua….sampan ketiga dan banyak sampan-sampan yang mengelilingi perahu kami dan perahu lain di samping kami.
Siapa mereka? Mereka tidak lain adalah penduduk Kampung Komodo yang tinggal tidak jauh dari pulau ini. Mereka menawarkan hasil kerajinan mereka langsung ke para turis. Harga yang mereka tawarkan lebih murah daripada toko di kota Labuan. Harga souvenir berbentuk ukiran komodo dihargai mulai dari 10 ribu sampai termahal ratusan ribu rupiah. Orang Indonesia pandai menawar, tapi tidak untuk orang asing. Saya lihat Andrew dan Matt membeli ukiran sepasang komodo dengan harga lebih mahal dibanding saya yang beli. Mungkin mereka juga merasa iba atas perjuangan mereka dalam mencari nafkah, sehingga tidak terlalu banyak menawar.
Para pedagang tidak bisa seenaknya berlama-lama singgah di kapal penumpang. Saat matahari sudah tenggelam, terdengar suara motor boat petugas keamanan di perairan Komodo yang bertugas mengawasi pedagang liar seperti mereka dan para pemburu liar.
Makan malam lebih enak dari makan siang atau memang saya yang lapar, tapi itulah yang saya rasakan saat bermalam di perahu. Suasana remang-remang ditengah perairan yang tenang membuat saya makan dengan lahap. Terkadang terdengar suara tertawa yang keras yang berasal dari perahu sebelah, selebihnya saya mendengar kelanjutan cerita petualangan Andrew dan Matt saja, biar semakin semangat untuk keliling dunia. ;-)
Langit yang cerah membuat ribuan bintang terlihat berkelap-kelip dari dek kapal. Udara yang tidak terlalu dingin, suara air yang membuat hati tenang, lampu alami dari cahaya bulan dan bintang…inilah rasanya menginap di Hotel banyak bintang…..
to be continued…
aku cuma bisa bengong pas liat ribuan kalong beterbangan dari balik hutan bakau… DIA memang Maha Kuasa :’)
Moment foto sunset and sunrise Pulau Kalong juga mempesona…
Betul-betul indah ciptaan-Nya…
penasaran.. apa dulunya tempat berternak kambing jadi dinamain pulau kambing yaa
Pernah ada kambing berhasil renang sampai ke pulau…jadilah nelayan yang syok melihat kondisi tersebut menamakan pulau tersebut Pulau Kambing #ceritangaco :p
ijin share pngalamanku di pulau komodo ya http://phenktraveller.wordpress.com/
Halo Fendi, salam kenal yah :-)
salam kenal juga yaa Halim ^_^
pemandangan yang indah, apalagi saat senja terus ada ribuan kelelawar berteberangan. Hem.. romantis :D
Salam kenal dari blogger Malang
Halo Sandy terima kasih yah udah mampir di blog ini. Senang dikunjungi blogger dari Malang. ;-)
Kalau mlipir ke Kepulauan Komodo harus ke Pulau Kalong biar semakin cinta dengan Indonesia hehe
Hehe siap mas… moga2 ada kesempatan main ke sana :D