Pantai Holtekamp

Pantai selalu menjadi perburuan saya selama di Jayapura, setelah puas dengan Pantai Base G, Pantai Hamadi, Pantai Amai, dan Pantai Tablanusu, kali ini saya mengarahkan rute ke pantai paling timur di Jayapura, yaitu Pantai Holtekamp. Sekali lagi masih menemukan nama pantai yang memakai istilah angkatan bersenjata? Yup, pantai yang terletak di distrik Muara Tami ini pernah menjadi salah satu markas pendaratan kapal tentara sekutu. Pantai yang berjarak kurang lebih 50km dari kota Jayapura ini sebenarnya sudah bisa dilihat dari Skyline. Masih ingat Skyline?

Di artikel Wisata Kuliner Ujung Timur Indonesia saya sebutkan di Skyline bisa menikmati kelapa muda dengan pemandangan teluk Youtefa. Holtekamp terletak di ujung paling timur Youtefa, sebenarnya untuk menuju kesana kita bisa langsung menyewa kapal nelayan dari teluk Youtefa, tanpa perlu melalui perjalanan darat yang memutari bukit.

clue
clue

Bagaimana saya menuju kesana? Terbiasa berburu pantai ke sebelah barat, saya menjadi awam dengan jalan menuju pantai sebelah timur Jayapura. Maka saya memutuskan naik angkutan umum menuju ke Holtekamp. Berawal dari taxi (sebutan angkot/angdes di Jayapura) yang mengarah ke terminal Abe yang terletak di Pasar Youtefa, setelah itu lanjut naik taxi rute Youtefa-Koya-Holte. Sangat susah  mencari taxi jurusan Youtefa-Koya di terminal Abe, alasannya rute ke Koya sangat jarang. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya taxi jurusan ke Koya muncul juga. Perjalanan menuju distrik Muara Tami memakan waktu perjalanan kurang lebih satu jam. Saat taxi melewati perbatasan distrik Jayapura-Muara Tami, suasana yang semula ramai suara musik radio dari taxi, tiba-tiba menjadi hening karena pengemudi taxi mendadak mematikan radionya. Selama berjalan di area itu penumpang yang lainpun mendadak menghentikan percakapan mereka, saya jadi ikutan hening dan merinding karena tidak tahu-menahu kenapa orang-orang ini mendadak bersikap aneh? Apa gara-gara taxi melewati kuburan adat Papua yang barusan dilewati?

Ternyata penyebabnya bukan gara-gara kuburan adat, baru saya ketahui dari orang rumah setelah pulang dari Holtekamp, bahwa area perbatasan menuju Muara Tami barusan terjadi kerusuhan antara penduduk asli Papua dan transmigran di area Muara Tami. Ooo..pantas saja taxi rute ke Koya berkurang karena beberapa pengemudi takut lewat distrik merah tersebut.

jajaran kelapa
jajaran kelapa

Kembali ke perjalanan dimana saya belum mengetahui sebab musabab insiden berdiam diri. Setelah taxi berjalan melewati daerah transmigran, wajah pengemudi sudah terlihat santai, radio dinyalakan kembali dan mulai terdengar penumpang sebelah saya bercakap-cakap dengan sebelahnya. Koya merupakan salah satu daerah transmigran di distrik Muara Tami. Selain transmigran dari Jawa banyak juga transmigran dari Sulawesi yang bisa terlihat di sepanjang perjalanan banyak rumah model adat suku Bugis.
Sebelum sampai di terminal Holte, taxi memasuki jalan kampung kecil untuk menurunkan penumpang satu persatu. Biaya taxi dari terminal Abe sampai terminal Holtekam hanya 8ribu rupiah. Taxi yang semula penuh sudah terasa longgar, dan driver yang baik hati ini langsung menurunkan saya persis di depan pantai Holtekamp, tanpa membawa saya terlebih dahulu ke terminal Holte.

pasir lembut Holtekamp
pasir lembut Holtekamp

Untuk rute pulang, tidak ada taxi yang lewat di daerah pantai lagi, saya harus berjalan beberapa meter sampai menemukan ojek yang akan membawa ke terminal Koya, baru setelah itu naik taxi jurusan Koya-Abe. Kapok dengan perjalanan taxi, untuk kedua kalinya ke Holtekamp saya nekad naik sepeda motor. Dengan kendaraan pribadi tentu saja pantai di Jayapura mengenai biaya retribusi, kali ini sebesar 5ribu rupiah untuk beroda dua, 10ribu untuk roda empat. Biaya retribusi ini sekaligus temasuk biaya parkir di area pantai. Sedangkan untuk menyewa honai, dikenakan biaya 50ribu. Holtekamp termasuk pantai yang lebih tertata retribusinya, sehingga tidak ada tanah pantai di Holtekamp yang disekat sedemikian rupa menjadi hak milik per individu, membuat pengunjung tidak merasa takut dikenai biaya ngawur.

Pantai Holtekamp ini memiliki pasir pantai berwarna keabu-abuan yang lembut sekali, dan pantainya yang landai dan luas membuat banyak pengunjung yang memanfaatkannya untuk bermain bola sepak. Takut kepanasan di pantai? Jangan khawatir, banyak sekali pohon kelapa tumbuh di pinggir pantai yag membuat suasana makin adem. Tapi kalau takut kelaparan bisa gawat, karena di pantai tidak ada warung makan sama sekali. Adapun makanan berupa bakso atau mie yang kadang muncul dibawa oleh penjual keliling naik sepeda motor dari daerah Koya.

sepak bola di pantai
sepak bola di pantai
Pantai Holtekamp yang menawan hati
Pantai Holtekamp yang menawan hati
batu kapur di pinggir pantai
batu kapur di pinggir pantai
Pantai Holtekamp
Pantai Holtekamp

5 comments

  1. Mas, kira-kira pantai yang ada di foto atas ini berapa jauh dari pembangkit PLN PLTU Holtekamp? Kebetulan perusahaan kami akan akan mengirim orang ke PLTU Holtekamp November 2013 ini.

  2. Ah nice, been there in 2011. a few days after tsunami in Japan. The locals said to avoid the rain in Holtekamp area due to its position straight to Japan. The rain might containing nuclear chemicals after the power nuclear was destroyed by tsunami. whether its true or not but ya thank God there are no rain on that day :)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

Gravatar
WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out / Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out / Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out / Change )

Google+ photo

You are commenting using your Google+ account. Log Out / Change )

Connecting to %s