Merantau di tempat yang jauh dari rumah dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan penyakit. Penyakit itu bernama homesick.
Suatu hari saya mendapat message dari teman se-SMU yang berprofesi sebagai calon dokter. Karena keberuntungannya, dia mendapat jatah training praktek di Papua, tepatnya di pedalaman Wamena. Sebelum dia hijrah ke Wamena, diharuskan menerima training singkat di Jayapura. Wuah…bagai oase di padang pasir. “Longgar mu hari apa, langsung ketemuan aja di tempatku, ntar aku ajak keliling pantai Base G deh”, itu bunyi short message untuknya. Hasilnya kami bertemu di hari minggu pagi, teman saya beserta seorang teman sesama dokter praktek dan saya naik sepeda motor menuju Pantai Base G. Nama Base G terlihat seperti istilah tentara ya? Yup. Tempat ini diberi nama oleh tentara Sekutu saat jaman perang dulu pernah mendaratkan kapal-kapal perang mereka di Papua.
Pantai Base G merupakan salah satu pantai berpasir putih di Jayapura, jaraknya hanya sekitar 10km saja dari kota. Jalan yang dilewatipun tidak susah, orang awam yang pertama kali kesini pun bisa dengan mudahnya menemukan tempat ini. Selain berpasir putih, air laut di pantai ini bening sekali, sampai bisa melihat dengan jelas batu-batu karang yang tertimbun di bawah pasir pantai.
Ini salah satu pantai favorit saya di Jayapura karena pantai ini bisa digunakan untuk berenang. Kedalaman air di tepi pantai hanya sekitar satu stengah meter sampai dua meter saja, dalam jarak 100m dari tepi pantai. Jadi mari kita berenang!
Harga tiket retribusi hanya 5.000 per orang, tapi harga parkir kendaraan nya bagai parkir VIP di suatu mall kota besar. Untuk sepeda motor dikenai biaya parkir 20.000 per kendaraan, sedangkan untuk kendaraan beroda empat dikenai 50.000-100.000 per kendaraan. Harga bisa berubah sewaktu-waktu tergantung di lahan mana kendaraan berhenti. Setiap jengkal pasir di pantai ini milik pemerintah milik perorangan. Jangan bingung mau parkir dimana. Dimana saja boleh kok, asal membayar kepada pemilik tanahnya. Kalau pantainya sepi, kadang bisa ditawar. Tapi kalau pantai terlihat sepi, jangan harap punya pikiran bisa kabur tanpa bayar parkir. Entah mereka bersembunyi dimana, pasti bisa ketahuan kalau kita mau kabur.
Wilayah masing-masing tuan tanah ditandai dengan batas berupa tebangan pohon-pohon kelapa yang biasanya di letakkan tiap jarak 10meter. Makin jauh jarak yang dibatasi dengan balok tersebut, brarti makin besar wilayah nya, berarti makin kaya donk tuan tanahnya.
Untuk urusan ganti baju atau mandi pun sama saja, harga sewa bilik dikenai biaya 10.000 per orang. Air tawar ditimba dulu dari sumur terdekat, kemudian bisa basuh-basuh di luar, dan barulah masuk ke bilik untuk ganti baju. Masih ada yang lebih parah, yaitu tempat duduk atau gazebo yang dibangun di pinggir pantai. Ini lebih seram lagi, lahan dibangunnya gazebo tersebut juga lahan tuan tanah. Jadi kalau mau duduk atau leha-leha disitu harus membayar sebesar 100.000 persekali sewa. Sekali duduk disitu dan ketahuan pemilik tanah, bisa langsung ditagih pembayarannya. What? Kalau saya mending leyeh-leyeh di pasir pantai saja, tidak perlu bayar, hehe. Keunikan budaya yang ngawur kadang membuat perjalanan jadi berkesan kan? Dibalik ke-ngawuran itu tersimpan pantai yang exotic di Jayapura. Enjoy it :-)
Surgaaaaa banget… emang keren2 pantai disana, hope someday I’ll be there.
satu hal yg sangat disayangkan besarnya tarif2 untuk menikmati fasilitas tertentu. *nangis*
Tarif nya bukan ditentuin pemerintah daerah…tapi warga setempat hehe…
Kalau berpikir demi kelangsungan hidup pantai, mungkin ada bagusnya…Nggak banyak orang dateng ke sana karena mikir dua kali mau bayar biaya parkir yang mahal :-D
WAW…KEREN!!!