Bercerita tentang keindahan alam sering menimbulkan perasaan dilema, perasaan bersalah akan akibat dari sebuah ekspektasi berlebihan di masa depan. Bercerita terlalu indah tentang keindahan alam membuat banyak orang penasaran dan ingin ikut mengagumi dari dekat. Gambar epik keindahan alam disebar luaskan di berbagai jejaring media sosial. Kemudahan pergi ke tempat terpencil yang konon “surga” dengan akomodasi mahal nun jauh di ujung timur sudah bisa dengan mudah dijangkau dengan bantuan travel agent.
Tentu badan pemerintahan yang menaunginya senang dengan lonjakan pariwisata yang semakin meningkat. Siap tidak siap, penduduk lokal harus rela menerima segala dampak buruk “surga berpindah” yang ditimbulkan dari lonjakan pendatang. Pantai menjadi penuh sampah… perusakan tanaman liar di hutan… atau bahkan pembantaian satwa… Siapa pelaku, siapa korban, pikirkanlah hal itu.
Apakah ekploitasi besar-besaran tersebut berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar objek wisata? Bisa ya, bisa tidak. Mungkin keuntungan pendapatan hanya dimiliki sepihak oleh pemerintah daerah… Mungkin turis yang singgah hanya menghuni akomodasi penuh kemewahan yang disediakan oleh investor asing… Tidak ada pengarahan terpadu terhadap penduduk lokal hanya bisa membuat mereka memilih untuk diam, rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan dipendam dalam hati. Mungkin menguap begitu saja, mungkin juga bisa meledak sewaktu-waktu.
Sharing is care. Hanya bisa berharap dengan kesadaran masing-masing untuk lebih mengagumi ciptaan-Nya dengan melestarikan alam, menjaga kebersihan dan tentu saja pedulilah dengan keberadaan penduduk lokal. Save our nature.





Sengaja tidak saya jabarkan how to get there, what to eat, dan pertanyaan ala turis lainnya. Jika berminat mengunjungi Sumba, terbanglah ke sana, bergaul dengan penduduk lokal, ajaklah serta mereka ke tempat indah menurut mereka, dan nikmatilah petualanganmu tanpa kecanggihan teknologi!
Cheers and Peace…
itu weekuri surut ya?kok warnanya jd kaya gitu
LikeLike
Surut pake banget, gak bisa buat renang karena waktu ke sana udah terlalu sore
LikeLike
Gua suka pesan akhir post ini karena benar adanya. Mungkin saat kita ngasih info tentang suatu tempat kita harus juga ingetin kalo kita harus jaga lingkungan dan selalu hormat sama penduduk lokal. Keindahan milik Tuhan lim, bukan hak kita untuk menyimpannya. Jadi gimana caranya ke sana?
LikeLike
Sependapat bahwa kita kudu sampaikan pesan penting di balik cerita indah yang dishare seperti menjaga kebersihan dll
Cara ke sana, penginapan di sana… ehmmm ini Mun *sodorin buku Lonely Planet* hehehe
LikeLike
Sumba kerenn pake banget
LikeLike
Kalo suka petualangan, tantangan dan siap hidup tanpa sinyal di daerah terpencil monggo intip Sumba
LikeLike
Reblogged this on eman salawe.
LikeLike
Suka postingan ini. Tapiiiii…kapan aku ke sumba lim, ayo tanggung jawab temenin
LikeLike
Tenang mbak, Sumba deket kok… cuma dua kali naik pesawat aja dari Jogja hehe
LikeLike
Kok Sumba selalu keren ya disetiap cerita atau potonya…
LikeLike
Jawabannya simpel, Kaz… karena belum terlalu banyak turis berdatangan hehehe
LikeLike
Masih suci dan jarang tersentuh yaaa ahahahaa
tapi emang alamnya keren sih ya..
aaakkk pengen kesana
LikeLike
Sumba masih sepi turis karena moda transportasi yg terbilang agak susah dibanding Flores. Jalan antar desa masih jelek, penginapan juga masih jarang di bbrp desa dan kurangnya kepedulian dinas pariwisata kali ya hehe. Tapi harapan tertinggiku semoga jgn ada Sail Sumba yg bikin pulau jd rame dan kotor seperti Sail Komodo. Amin😀
LikeLike
Wow!
Aamiin semoga saja, semoga alam Sumba tetap indah dan terjaga kealamiannya
LikeLike
Hallo Halim postcard from Sumba kereenn, mengobati rindu pulau yg pernah tak singgahi.. Thank’s & salam kenal sesama wong Solo..
LikeLike
Terima kasih udah mampir blog ini, Putri

Sumba masih bersih dan ngarepnya tetep seperti itu, nggak jadi “surga berpindah”. Btw Solo nya mana nih?
LikeLike
keren.. pengen mampir kesana😀
LikeLike
Kalau ke Sumba harus siap mental, jauhi interaksi medsoc selama berpetualang di sana biar sukses pedekate dengan lokal dan enjoy alam yang masih alami di sana😀
LikeLike
Tadinya lagi mau baca latest post tuh yg muncul di reader. Tapi pas lihat BeachLover…. langsung pindah haluan… keren ih pantainya… pengen banget dah.
Setuju mas. Kita kalau mau sharing pun jadi harus hati-hati ya. Seperti membuka jalan bagi “perusakan” alam. Sedihnya di sini *tunjuk dada*.
LikeLike
Ada cerita perjalanan yang perlu diceritakan agar dikenali banyak orang, ada juga yang rasanya pingin disimpan seorang diri sebagai moment tak terlupakan yg dikenang selagi masih hidup…
Terus kalo mo ke Sumba woro-woro yah, siapa tahu bisa nebeng hihihi
LikeLiked by 1 person
Hahaha. sepertinya saya yang nebeng sama mas deh.😀 Biar gak kayak orang ilang di sana.
LikeLike
[…] nanti semua tempat wisata yang ada. Baca deh tulisan dari Ranselijo dalam hal ini atau dari si Bocah Hilang. Sedih loh lihat semua tempat wisata hancur karena kita! Yup Kita sendiri yang […]
LikeLike
Masih cantik karena belum banyak yang datang ke sana. Entah beberapa tahun lagi. Pelajaran untuk ‘buanglah sampah pada tempatnya’ masih butuh banyak dipelajari ya. Doakan saya bisa ke Sumba suatu hari nanti.
LikeLike
Dibutuhkan pemahaman penduduk lokal agar sadar akan kebersihan lingkungannya juga, serta gertakan mereka terhadap wisatawan bandel yang membuang sampah sembarangan hehehe
Semoga kesampaian mengunjungi Sumba suatu hari nanti😉
LikeLike